Kasus Asusila

Anak Korban Kekerasan Seksual di Pariaman Sumbar: Hidup Harus Tetap Berjalan

Tengah hamil besar, Putri (nama tidak sebenarnya) harus menjalani kehidupan di RPSA Delima, Kota Pariaman, Sumatera Barat.

Penulis: Panji Rahmat | Editor: Fuadi Zikri
Foto: Panji Rahmat/tribunpadang.com
KASUS KEKERASAN SEKSUAL - Korban yang menjalani pendampingan di RPSA Delima Kota Pariaman Sumatera Barat sedang melatih keterampilan mereka. Tengah hamil besar, Putri (nama tidak sebenarnya) harus menjalani kehidupan di RPSA Delima, Kota Pariaman, Sumatera Barat. 

TRIBUNPADANG.COM, PARIAMAN - Untungnya bumi masih berputar, Untungnya ku tak pilih menyerah, Untungnya ku bisa rasa, Hal-hal baik yang datangnya belakangan.

Potongan lagu Bernadya berjudul Untungnya, Hidup Harus Tetap Berjalan itu, cukup menjadi bukti bagi kisah korban yang sedang menjalani pendampingan akibat pelecehan dan persetubuhan oleh orang terdekatnya.

Tengah hamil besar, Putri (nama tidak sebenarnya) harus menjalani kehidupan di RPSA Delima, Kota Pariaman, Sumatera Barat.

Ia merupakan gadis di bawah umur, korban pelecehan seksual dan persetubuhan, yang tetap harus mengarungi kehidupan, menata masa depan.

Usia kandungannya sudah memasuki bulan kesembilan, tidak lama lagi ia akan mempunyai anak, oleh sebab itu ia harus menjaga kesehatannya.

Kesehatannya memang sempat bermasalah, perilaku bejat pria dewasa yang merupakan orang terdekatnya, sudah menghancurkan masa depan putri.

Pukulan telak itu membuat mentalnya hancur, rasa percaya dirinya pudar, namun hidup terus berjalan, anak dalam kandungannya harus lahir dengan sehat dan selamat.

Baca juga: Sekolahku Bukan Sekolah, Menyiapkan Masa Depan Anak Bermasalah Hukum di RPSA Delima Pariaman

Perempuan yang baru berusia 15 tahun itu harus kehilangan masa remajanya, pendidikan dan masa depannya, pasca menerima perbuatan bejat tersebut.

Ia sudah tidak tahu lagi bagaimana untuk harus tetap bertahan dalam kondisi yang serba susah tersebut, dimana lingkungan sekitar sudah menyudutkannya.

Meski korban, situasi serupa itu belumlah dapat diterima masyarakat, stigma negatif tetap menghantui putri.

Beruntung ia bisa keluar dari lingkungan dan anggapan tersebut, lalu menata kehidupan kembali di RPSA Delima, memulai semuanya.

"Di sini saya kembali bisa merasa percaya diri dan menerima kenyataan yang seharusnya bisa saya hadapi sejak lama," ujarnya.

Di RPSA Delima, ia bisa menjalani rutinitas layaknya remaja lainnya, mulai dari beribadah, sekolah, belajar hal lain dan bermain serta berbagi cerita dengan penyintas lain.

Kepercayaan dirinya terbangun secara perlahan, meski butuh waktu ia bisa melewati semuanya, menerima kenyataan dan kembali menata harinya.

Ia mengaku saat anaknya sudah lahir, ia ingin kembali melanjutkan sekolah seperti anak sepantarannya yang lain.

Halaman
12
Sumber: Tribun Padang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved