Artikel
Rumah Pangan B2SA, dan Upaya Penanganan Stunting Berkelanjutan
Program Rumah Pangan B2SA itu juga bertujuan mengintervensi pemberian makanan B2SA kepada anak yang mengalami stunting, gizi buruk, gizi kurang.
Penulis: rilis biz | Editor: Emil Mahmud
Tidak sekadar kenyang
Direktur Penganekaragaman Konsumsi Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) Rinna Syawal mengatakan orang tua perlu selektif dalam memberikan makanan pada anaknya yang sedang bertumbuh.
Orang tua tidak boleh sembarangan memberikan makanan pada anak yang sedang bertumbuh. Makan mi (instan) dengan nasi itu kenyang, tapi tidak sehat. Karena itu, melalui program Rumah Pangan B2SA ini, pemerintah mengubah kebiasaan makan yang sekadar kenyang menjadi makan yang sehat.
Rumah Pangan B2SA merupakan program Badan Pangan Nasional yang bertujuan menyosialisasikan, mengedukasi dan mengimplementasikan ke masyarakat untuk menerapkan pola konsumsi pangan B2SA.
Program Rumah Pangan B2SA itu juga bertujuan mengintervensi pemberian makanan B2SA kepada anak yang mengalami stunting, gizi buruk, gizi kurang, ibu hamil, dan ibu menyusui, dalam rangka menurunkan angka stunting dan daerah rentan bahan pangan. Setiap lokasi yang mendapatkan bantuan Rumah Pangan B2SA tersebut mendapatkan dana sebesar Rp60 juta per lokasi. Kegiatan tersebut melibatkan kelompok masyarakat yang beranggotakan kader PKK desa. Dengan demikian diharapkan dapat menggerakkan perekonomian setempat.
Mengapa pemerintah melibatkan anggota PKK dalam program ini? Karena yang menyiapkan makanan biasanya adalah para ibu dan ibu harus tahu seperti apa makanan sehat itu.
Pertemuan dilakukan selama tiga kali dalam sepekan tersebut, tidak hanya diberikan menu makanan B2SA yang memenuhi kaidah "Isi Piringku" yang terdiri dari sepertiga makanan pokok, sepertiga sayuran, seperenam buah, dan seperenam lauk pauk yang tersedia dalam satu piring, para ibu juga diberikan edukasi mengenai pola makan yang baik dari tim pendamping gizi.
Untuk tumbuh sehat, tubuh manusia membutuhkan setidaknya 40 zat gizi. Oleh karena itu, makanan yang dikonsumsi harus beragam setiap harinya.
Karena itu, pemerintah menekankan bahwa anak yang menjadi peserta program ini tidak boleh diganti dan harus mengikuti program ini hingga akhir.
Terdapat tiga komponen dalam Rumah Pangan B2SA, yakni dapur pengolahan pangan B2SA, makan bersama B2SA dan sosialisasi konsumsi pangan B2SA. Untuk dapur pengolahan pangan B2SA, yang mana kelompok menyusun menu B2SA, sesuai dengan potensi sumber daya lokal yang selanjutnya dibagikan kepada sasaran penerima makanan B2SA di daerah stunting dan rentan rawan pangan.
Makan bersama B2SA, yakni kegiatan makan bersama yang dilaksanakan di rumah pangan B2SA, sekaligus memberikan sosialisasi dan edukasi konsumsi pangan B2SA oleh pendamping. Terakhir, sosialisasi konsumsi pangan B2SA yang dilaksanakan sebanyak tiga kali yang meliputi sosialisasi kepada anggota kelompok sebanyak satu kali dan kepada masyarakat sebanyak dua kali.
Lewat program ini, pemerintah terus menunjukkan komitmennya untuk menekan angka prevalensi stunting dan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya gizi, khususnya bagi tumbuh kembang anak. (*/ANT)
Pengaruh Positif Ekonomi Kreatif Terhadap, Rencana Kenaikan PPN 12 Persen |
![]() |
---|
Sinergi Fiskal untuk Optimalisasi Pembangunan Nasional |
![]() |
---|
Artikel: Potensi Hasil Hutan Bukan Kayu untuk Perekonomian Berkelanjutan |
![]() |
---|
Artikel: Merintis Harapan dalam Sekeping Hutan Sambungo |
![]() |
---|
Artikel: Dampak Positif PTSL terhadap Pembangunan dan Perekonomian Nasional |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.