Citizen Journalism

Transmigrasi 'Bedol Deso' di Sitiung Dharmasraya, Sejarah Perjuangan, dan Dampaknya

Program Transmigran di Nagari Sitiung, Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) yang telah

Editor: Emil Mahmud
ISTIMEWA
Ilustrasi keluarga di Sitiung,Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumbar. 

Oleh: Dita Adelia Putri, Penulis adalah Mahasiswa Ilmu Sejarah FIB Unand

PROGRAM Transmigran di Nagari Sitiung, Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) yang telah dumulai semenjak berpuluh tahun silam, kiranya menarik untuk dicermati. 

Utamanya, sekelumit serta kisah dari para transmigran yang berjuang menghadapi tantangan demi masa depan yang lebih baik.

Transmigrasi adalah program pemerintah yang dirancang untuk meratakan pembangunan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan memindahkan penduduk dari daerah yang padat ke wilayah yang masih terbuka dan berpotensi untuk dikembangkan.

Program ini terutama melibatkan perpindahan penduduk dari Pulau Jawa ke pulau-pulau lain di Indonesia, termasuk Pulau Sumatera, khususnya di wilayah Dharmasraya.

Program transmigrasi di wilayah ini bertujuan membuka lahan baru, meningkatkan produksi pertanian, dan mengurangi kepadatan penduduk di daerah asal transmigran. 

Program ini dimulai pada era Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto. Salah satu tujuan utamanya adalah untuk memberikan peluang bagi penduduk Pulau Jawa yang saat itu mengalami kepadatan penduduk yang sangat tinggi. 

Beberapa penduduk dipindahkan ke Sumatra Barat, tepatnya di Nagari Sitiung. Pada masa itu, Kabupaten Dharmasraya belum terbentuk; Sitiung masih termasuk dalam wilayah Sijunjung dan Sawahlunto. 

Program transmigrasi ini dilakukan dengan serius oleh pemerintah, salah satunya adalah untuk mengurangi kepadatan penduduk di daerah Wonogiri, Jawa Tengah.
 

Selain itu, transmigrasi juga bertujuan untuk mendukung pembangunan waduk yang berguna bagi irigasi sawah, penghijauan, dan pariwisata di daerah asal transmigran. 

Hingga kini, kawasan tersebut telah berkembang menjadi destinasi wisata yang cukup pesat. 
Transmigrasi yang terjadi di Sitiung memiliki kekhasan tersendiri, dikenal sebagai Transmigrasi Bedol Deso.

Istilah Bedol Deso berarti perpindahan seluruh desa, mulai dari kepala desa hingga perangkat desa dan seluruh penduduknya.

Transmigrasi Bedol Deso dari Wonogiri ini dilakukan akibat pembangunan Proyek Waduk Gajah Mungkur, yang mengharuskan seluruh desa dipindahkan ke Sumatera. 

Proses pemindahan dimulai pada 16 September 1976, dengan gelombang pertama sebanyak 100 Kepala Keluarga (KK) tiba di Sitiung. Pemindahan ini berlanjut secara berkala setiap hari Rabu, dengan masing-masing gelombang terdiri dari 100 KK.

Desa-desa yang dipindahkan terbagi ke beberapa jorong (dusun), seperti Jorong Sinikan, Jorong Piruko Tengah, Jorong Piruko Selatan, dan lainnya, hingga total mencapai lebih dari 2.600 KK. 

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved