Artikel

Wangi kopi yang Menyejahterakan Petani Sirukam

Kopi bantuan dari Dinas Kehutanan saat ini sudah berbuah lebat. Untuk kopi jenis robusta ini, KUPS Kopi Aia Langang menerima dalam bentuk biji cherry.

Penulis: rilis biz | Editor: Emil Mahmud
Istimewa
Kopi bantuan dari Dinas Kehutanan saat ini sudah berbuah lebat. Untuk kopi jenis robusta ini, KUPS Kopi Aia Langang menerima dalam bentuk biji cherry. 

ASAP tipis menyeruak dari biji kopi yang berputar konstan dalam wadah mesin roasting. Asap itu membawa aroma kopi yang lembut. Sungguh aroma wangi yang menggoda.

Tidak berapa lama, ruangan pengolahan kopi seluas 5 x 5 meter di Nagari Sirukam, Kecamatan Payung sekaki, Kabupaten Solok itu sudah disesaki harum kopi.

Bagi pecinta kopi, aroma yang sangat memikat hidung itu, sulit untuk ditahan. Rasanya biji kopi yang selesai di-roasting itu ingin segera digiling untuk dinikmati.

Namun, menurut anggota Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) Kopi Aia Langang Lembaga Pengelola Hutan Nagari (LPHN) Sirukam, Hendrio Putra, kopi yang selesai di-roasting tidak bisa langsung digiling. Harus didiamkan dahulu beberapa jam untuk menghilang karbon dioksida yang terkandung di dalam biji.

Beruntung di tempat pengolahan kopi itu sudah ada biji kopi yang siap untuk digiling. Kopi yang baru saja digiling itu, alangkah nikmat dan harumnya saat diseduh dengan air mendidih. Tidak perlu diproses dengan rumit. "Ditubruk" saja, seperti kebiasaan di kampung. Rasanya sungguh tidak akan terlupakan. Apalagi bila menyeruputnya di ketinggian Bukit Barisan.

Udara sejuk, angin semilir, pemandangan hamparan sawah yang terbentang seperti permadani, serta siluet perbukitan dan Gunung Talang yang menjulang, menjadikan rasa kopi terasa makin nikmat.

Nagari Sirukam, Kecamatan Payung Sekaki, Kabupaten Solok, terletak di ketinggian sekitar 600-1.400 mdpl. Perumahan penduduk rata--rata berada di kaki perbukitan. Makin ke atas, rumah-rumah semakin jarang, berganti dengan tanaman perdu, dengan kawasan hutan yang masih terawat.

Ada dua pembagian tanaman kopi di Sirukam. Kopi yang mulai ditanam sejak 2016 dengan bibit bantuan dari Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat dan kopi "asli" Sirukam, yang oleh masyarakat disebut kopi londo.

Kopi bantuan dari Dinas Kehutanan saat ini sudah berbuah lebat. Untuk kopi jenis robusta ini, KUPS Kopi Aia Langang menerima dalam bentuk biji cherry. Atau biji kopi pilihan yang sudah masak sempurna dan telah disortir.

Sementara untuk kopi londo, mereka masih mau menerima biji pelangi atau biji kopi yang belum disortir. Sebagian sudah masak sempurna, sebagian lagi ada yang masih muda. 

Pohon kopi di Sirukam tersebar mulai dari permukiman penduduk hingga ke dalam kawasan hutan. Hampir semua penduduk yang mayoritas adalah petani memiliki beberapa batang pohon kopi di halaman rumahnya. Mayoritas kopi itu jenis robusta yang bisa tumbuh di bawah ketinggian 800 mdpl.

Masyarakat Sirukam biasa menyebut pohon kopi itu dengan istilah kopi londo atau kopi belanda. Itu adalah pohon kopi peninggalan sistem tanam paksa (cultuurstelsel) Belanda di Ranah Minang, termasuk di Solok lebih 1,5 abad yang lampau.

Kemungkinan, sistem tanam paksa itu efektif berjalan di Ranah Minang pada tahun 1847 pasca-Perang Padri (Zulkarnain. https://www.researchgate.net/publication/330560140_SERBA-SERBI_TANAM_PAKSA).

Anggota Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) Kopi Lembaga Pengelola Hutan Nagari (LPHN) Sirukam, Hendrio Putra, menyebut pohon kopi londo itu memang sudah sangat tua. Diameter pohonnya sekitar 30 cm dengan tinggi menjulang.

Karena tingginya pohon kopi itu, masyarakat Sirukam kesulitan untuk menyortir buah cherry atau buah yang sudah berwarna merah sehingga saat pengambilan buah yang masih hijau juga ikut terbawa. Buah yang bercampur-campur itu disebut buah pelangi. Buah pelangi kopi londo.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved