Citizen Journalism

Dan Di Senja Itu: Pertunjukan Monodrama & Autobiography Dato’ Zulkifli Zain di ISI Padang Panjang

Pertunjukan monodrama autobiography Dan Di Senja Itu karya/Aktor Norzizi Zulkifli, Arahan Sutradara Hamz

Editor: Emil Mahmud
ISTIMEWA/SS TATANG R MACAN
Pertunjukan monodrama autobiography Dan Di Senja Itu karya/Aktor Norzizi Zulkifli, Arahan Sutradara Hamzah Mohamed Tahir di Teater Arena Mursal Esten ISI Padang Panjang; Selasa, (5/3/2024) pukul 20.00 WIB. 

Tengah area panggung yang di desain dengan kain halus layar putih transparan, ukuran lebar satu meter, bergayut menjuntai dari atas diantara bottem lampu di atas panggung turun ke bawah lantai panggung. Kain-kain layar putih transparan tersebut, digantungkan di atas panggung sebanyak enam lembar, kain berderet tiga samping kiri dan kanan dengan membentuk lorong pada tengah-tengahnya.

Sett area tersebut dipersiapakan untuk kepenting Pertunjukan guna mengidentifikasi multi ruang yang sesuai dengan perubahan suasana dramatic dari monodrama Dan Di Senja Itu. Disamping sett area ruang dan lorong yang telah didesain, penataan panggung menghadirkan juga elemen kontras ornamentasi pemanggungan yakni hadirnya penempatan pedupaan di lantai panggung kiri Dewan.

Pedupaan tersebut ditata dengan warna merah menyala, sehingga tampak lebih menyita pandangan mata apresiator.

Norzizi dalam kehadiran persembahan Dan Di Senja Itu di atas panggung, telah memberikan kerja ke aktoran yang tampak militant, dengan postur tubuh dan kekuatan warna vocal yang kuat, gestikulasi gesture yang dinamis, stabil sepanjang pertunjukan berlangsung boleh diacungi Jempol.

Persembahan Norzizi malam itu cukup memukau, aktor panggung perempuan seusia Norzizi sekarang masih mampu menampilkan pertunjukan dengan warna yang jernih diusianya, termasuk penulis dan pengamat sekaligus kreator seni pertunjukan harus mengatakan salut dengan presentasi Norzizi.

…”dalam usia anda sekarang, Zizi anda hebat dan berhasil menampilkan pertunjukan berdurasi 90 menit ini tanpa terlihat lelah”…

Namun dari keberhasilan Norzizi sebagai aktor, ada satu kelemahan besar dari presentasi persembahan yang ditampilkan.

Hal ini menjadi titik balik kelemahan pertunjukan, monodrama autobiography Dan Di Senja Itu secara teks drama memiliki kelemahan dramatik. Monodrama Dan Di Senja Itu, secara konstruksi naskah drama ditampilkan dengan tanpa memiliki “tulang punggung” drama yang biasa dipahami sebagai puncak atau tangga drama yakni “konflik atau krisis”.

Memang monodrama dimaknai sebagai pertunjukan drama yang hanya menampilkan satu tokoh atau watak. Pertunjukkan seperti itu sering kali (secara salah) disebut sebagai monolog. Monodrama, yakni sebuh drama yang diperankan atau dirancang untuk diperankan oleh satu orang.

Misalnya sejumlah drama Samuel Beckett diantaranya; Krapp's Last Tape (1958) dan Happy Days (1961) itu adalah monodrama. Pemaknaan teks drama seperti ini menjadi berbeda untuk teks Dan Di Senja Itu karya Norzizi, teks karya Norzizi cenderung memainkan banyak karakter oleh satu orang aktor di atas panggung dihadapan publik penonton.

Dalam komposisi permaianan Norzizi sebagai aktor penutur, yang menampilkan karakter tokoh “Dato’ Zulkifli Zain”, ia juga harus menampilkan karakter tokoh “Ibu” yang melahirkan anak, serta keberadaan karakter tokoh “Bayi” yang diberi nama “Norzizi Zulkifli”.

Maka komposisi permaianan, harus menampilkan “jembatan keledai” sebagai ruang transisi aktor, untuk menjadi jembatan atau benang merah penyambung perpidahan adegan dengan kehadiran karakter tokoh yang lainnnya.

Konstruksi struktur plot seperti itu, telah berusaha dihadirkan oleh Norzizi di atas pentas pertunjukannya. Tetapi masih terjadi kealfaan pada jalannya struktur plot, hingga akhir pertunjukan, plot mengalir menjadi narasi biasa tanpa konflik baik konflik fisikal atau pun batin- (psikologis).

Pertunjukan drama tanpa konflik hanyalah sebatas obrolan biasa yang monoton.
Pertunjukan solo atau monodrama, juga disebut sebagai pertunjukan satu orang, menampilkan satu orang yang menceritakan sebuah kisah kepada penonton. Jenis pertunjukan ini hadir dalam banyak variasi, termasuk kreasi otobiografi, aksi komedi, adaptasi novel, vaudeville, puisi, musik dan tarian.

Pertunjukan monodrama atau pertunjukan solo digunakan untuk mencakup istilah luas dari satu orang yang tampil di hadapan penonton. Beberapa ciri utama pertunjukan dapat mencakup dikuranginya dinding ke empat, bahkan bisa sama sekali dihilangkannya dinding ke empat untuk kepentingan pertunjukan.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved