Kuliner Sumatera Barat
Pondok Goreng Kawa Daun Mangkuto Tanah Datar, 20 Tahun Berdiri Terapkan Konsep Kejujuran
Pondok Goreng Kawa Daun Mangkuto masih eksis dan selalu ramai dikunjungi masyarakat.
Penulis: Rima Kurniati | Editor: Rahmadi
TRIBUNPADANG.COM, PADANG- Pondok Goreng Kawa Daun Mangkuto masih eksis dan selalu ramai dikunjungi masyarakat.
Pengunjung pondok kawa daun legendaris ini tak hanya warga sekitar melainkan juga warga yang melintasi jalan lintas Baso, Kabupaten Agam- Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat (Sumbar).
Lokasinya mudah ditemukan yaitu di Bukit Siangin, Bayua Tanjuang Alam, Jalan Raya Batusangkar, Tabek Patah, Kecamatan Salimpaung, Kabupaten Tanah Datar.
Penampakan pondok kawa daun ini sederhana, terbuat dari kayu, dengan atap seng. Di dalamnya kursi meja panjang tertata, plus satu balai-balai untuk duduk lesehan.
Di bagian luar dibuat kursi sehelai papan, memanjang separuh pondok, ditambah satu meja di depannya.
Baca juga: Pasar Kuliner di Kota Padang Panjang: Solusi Bagi Pedagang, yang Kerap Pindah Lokasi Berjualan

Meskipun sederhana, pondok kawa daun yang sudah berdiri sejak 2003 ini tetap eksis. Saat TribunPadang.com berkujung, Sabtu (1/7/2023) sore, semua meja penuh terisi.
Pengunjung singgah untuk menikmati sajian hangat kawa daun ditambah gorengan. Penyajian kawa daun juga unik, disajikan dengan batok kelapa.
Kawa daun ini bisa dipilih apa adanya, pakai susu atau gula. Jika pesan pakai gula, yang disajikan kawa daun original. Pengujung sendirilah yang menambahkan gula karena sudah tersedia diatas meja.
Mencicipi kawa daun disini, tidak lengkap tanpa gorengan. Berbagai jenis gorengan disediakan pada bagian etalase depan. Terdapat tahu isi, bakwan, risol, ubi goreng dan tahu isi.
Pengunjung mengambil sendiri, jika kurang tambah sendiri tanpa dilayani. Saat gorengan di sana habis, pengunjung bisa ke dapur minta tambah.
Baca juga: Kue Lumpur Khas Betawi: Ragam Kuliner Indonesia, Ikuti Cara Membuatnya
Di bagian dapur, beberapa pekerja memakai celemek, bekerja sigap. Sejumlah bejana besar berisikan bahan gorengan sedang dimasak. Beberapa yang sudah matang, disaring lalu diletakan di etalase.
Sudah kenyang dan puas mencicipi kawa daun dan gorengan, saatnya membayar. Kasir hanya bertanya, tanpa memeriksa jumlah gorengan yang sudah dimakan.
"Kalau 10 gorengan Rp 15 Ribu, tambah kawa daun dua Rp 12 Ribu, total Rp 27 Ribu," kata kasir, sekaligus pemilik usaha pondok daun tersebut Syafrizal Mangkuto.
Syafrizal Mangkuto mengaku pondok kawa daun miliknya sudah beroperasi sejak sekitar 20 tahun.
Saat itu harga gorengan masih Rp 300 Rupiah satu biji. Kawa daun hanya Rp 2.000 per mangkok. Kini harga gorengan Rp 1.500 per biji dan kawa daun original Rp 6.000 per porsi.
Baca juga: Bareh Randang: Kuliner Berbahan Dasar Tepung Beras Khas Payakumbuh

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.