Kuliner Sumatera Barat

Pondok Goreng Kawa Daun Mangkuto Tanah Datar, 20 Tahun Berdiri Terapkan Konsep Kejujuran

Pondok Goreng Kawa Daun Mangkuto masih eksis dan selalu ramai dikunjungi masyarakat.

Penulis: Rima Kurniati | Editor: Rahmadi
TribunPadang.com/Rima Kurniati
Suasana Pondok Goreng Kawa Daun Mangkuto yang masih eksis sejak 20 tahun dan selalu ramai dikunjungi masyarakat, Sabtu (1/7/2023) sore. 

TRIBUNPADANG.COM, PADANG- Pondok Goreng Kawa Daun Mangkuto masih eksis dan selalu ramai dikunjungi masyarakat.

Pengunjung pondok kawa daun legendaris ini tak hanya warga sekitar melainkan juga warga yang melintasi jalan lintas Baso, Kabupaten Agam- Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat (Sumbar).

Lokasinya mudah ditemukan yaitu di Bukit Siangin, Bayua Tanjuang Alam, Jalan Raya Batusangkar, Tabek Patah, Kecamatan Salimpaung, Kabupaten Tanah Datar

Penampakan pondok kawa daun ini sederhana, terbuat dari kayu, dengan atap seng. Di dalamnya kursi meja panjang tertata, plus satu balai-balai untuk duduk lesehan. 

Di bagian luar dibuat kursi sehelai papan, memanjang separuh pondok, ditambah satu meja di depannya.

Baca juga: Pasar Kuliner di Kota Padang Panjang: Solusi Bagi Pedagang, yang Kerap Pindah Lokasi Berjualan

Pemilik usaha pondok daun tersebut Syafrizal Mangkuto  Sabtu (1/7/2023) sore.
Pemilik usaha pondok daun tersebut Syafrizal Mangkuto Sabtu (1/7/2023) sore.

Meskipun sederhana, pondok kawa daun yang sudah berdiri sejak 2003 ini tetap eksis. Saat TribunPadang.com berkujung, Sabtu (1/7/2023) sore, semua meja penuh terisi. 

Pengunjung singgah untuk menikmati sajian hangat kawa daun ditambah gorengan. Penyajian kawa daun juga unik, disajikan dengan batok kelapa. 

Kawa daun ini bisa dipilih apa adanya, pakai susu atau gula. Jika pesan pakai gula, yang disajikan kawa daun original. Pengujung sendirilah yang menambahkan gula karena sudah tersedia diatas meja.

Mencicipi kawa daun disini, tidak lengkap tanpa gorengan. Berbagai jenis gorengan disediakan pada bagian etalase depan. Terdapat tahu isi, bakwan, risol, ubi goreng dan tahu isi. 

Pengunjung mengambil sendiri, jika kurang tambah sendiri tanpa dilayani. Saat gorengan di sana habis, pengunjung bisa ke dapur minta tambah.

Baca juga: Kue Lumpur Khas Betawi: Ragam Kuliner Indonesia, Ikuti Cara Membuatnya

Di bagian dapur, beberapa pekerja  memakai celemek, bekerja sigap. Sejumlah bejana besar berisikan bahan gorengan sedang dimasak. Beberapa yang sudah matang, disaring lalu diletakan di etalase.

Sudah kenyang dan puas mencicipi kawa daun dan gorengan, saatnya membayar. Kasir hanya bertanya, tanpa memeriksa jumlah gorengan yang sudah dimakan.

"Kalau 10 gorengan Rp 15 Ribu, tambah kawa daun dua Rp 12 Ribu, total Rp 27 Ribu," kata kasir, sekaligus pemilik usaha pondok daun tersebut Syafrizal Mangkuto.

Syafrizal Mangkuto mengaku pondok kawa daun miliknya sudah beroperasi sejak sekitar 20 tahun.

Saat itu harga gorengan masih Rp 300 Rupiah satu biji. Kawa daun hanya Rp 2.000 per mangkok. Kini harga gorengan Rp 1.500 per biji dan kawa daun original Rp 6.000 per porsi.

Baca juga: Bareh Randang: Kuliner Berbahan Dasar Tepung Beras Khas Payakumbuh

Sabtu (1/7/2023) sore12
Pelanggan saat mengambil gorengan di Pondok Goreng Kawa Daun Mangkuto, Sabtu (1/7/2023) sore.
Halaman
12
Sumber: Tribun Padang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved