Kota Pariaman

Senja Kala Batik Sampan di Dusun Sampan Pariaman

Ibu dua anak itu, mulai belajar batik sampan sejak tahun 2007. Saat itu Dewi masih remaja, ia diajak oleh Kepala Dinas Perdagangan, Koperasi dan .

Penulis: Panji Rahmat | Editor: Fuadi Zikri
TribunPadang.com/Panji Rahmat
Dewi Sartika (36) pembatik sampan di Dusun Sampan sedang mencanting pesanan batik konsumen di rumahnya. 

"Jadi untuk menyesuaikan kebutuhan konsumen, saya coba variasikan dan padukan motif tersebut tanpa menghilangkan maknanya," jelas Dewi.

Saat ini batik sampan di Dusun Sampan terus tergusur. Pelakunya hanya menyisakan Dewi. Kebanyakan masyarakat masih belum tertarik meneruskan identitas Dusun Sampan itu.

Kendati demikian batik sampan masih eksis di Kota Pariaman, hanya saja tempat produksi masifnya sudah tidak lagi di Dusun Sampan.

Kepala Desa Punggung Ladiang Kota Pariaman Aulia Mardhani Arif, mengatakan, persoalan sejarah batik sampan ini memang luput dari masyarakat Dusun Sampan.

Hanya saja ia menilai, sejarah itu masih bisa diulas kembali melalui pelakunya yang masih tersisa.

"Kami sedang berupaya untuk mendapatkan sejarah dari batik sampan ini, saya berharap batik sampan bisa kembali eksis seperti masa lampau," terangnya.

Batik Sampan di Dusun Sampan Perlu Dilestarikan

Meski batik sampan lahir di Dusun Sampan, kondisinya sekarang pekerja batik sampan yang masih aktif, tinggal Dewi seorang.

Pada tahun 2019, ia sempat membuat kelompok batik untuk mengerjakan sejumlah pesanan. Hanya saja satu tahun belakang anggota kelompok itu memiliki kesibukan lain.

Dewi mengaku minat masyarakat untuk belajar batik sampan dan menjadi pembatik di Dusun Sampan terus berkurang.

Ia yang sudah belasan tahun jadi pembatik, banyak anak muda di daerah itu belum mau bergelut membuat batik sampan ini.

"Kalau pelakunya terus berkurang, saya takut batik sampan di Dusun Sampan hanya tinggal nama saja," terang, ibu dua anak itu.

Bersandar pada sejarah, batik sampan dinamai demikian karena asal usul dan ciri khas pembuatannya. Kalau hanya nama batik sampan yang tersisa, tapi pembuatannya di daerah lain, akan membuat masyarakat Dusun Sampan rugi.

Menurutnya sejarah batik sampan ini harus kembali disampaikan pada masyarakat luas, terutama anak muda. Agar mereka mau belajar batik sampan dan menghidupkannya kembali.

Berdasarkan pengamatan Dewi, menurutnya pelaku batik sampan ini tidak terlepas dari proses pengerjaannya yang tidak instan.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Padang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved