Kabupaten Mentawai

Aman Laulau Wafat, Antropolog: Satu lagi 'Sumber Referensi Budaya Mentawai Hilang'

Pengajar di Jurusan Antropologi Sosial Universitas Andalas ini mengatakan, Aman Laulau dari Uma Salakirat ialah seorang Sikerei dari Buttui, dari ...

Penulis: Wahyu Bahar | Editor: Fuadi Zikri
Dok. Rus Akbar
Tokoh adat dan kebudayaan Kepulauan Mentawai Aman Laulau dalam suatu momen. Aman Laulau meninggal dunia pada Senin (27/2/2023). 

TRIBUNPADANG.COM, KEPULAUAN MENTAWAI - Antropolog dari Universitas Andalas Dr. Maskota Delfi menyampaikan duka cita mendalam kepada keluarga besar dari Uma Salakirat atas wafatnya tokoh adat dan budaya Mentawai Aman Laulau.

"Berita duka dari Buttui, satu lagi 'Sumber Referensi Budaya Mentawai hilang'," ujar Maskota Delfi kepada TribunPadang.com, Selasa (28/2/2023).

Pengajar di Jurusan Antropologi Sosial Universitas Andalas ini mengatakan, Aman Laulau dari Uma Salakirat ialah seorang Sikerei dari Buttui, dari lembah Rereiket yang banyak dikenal oleh orang luar (Sasareu).

Menyebut nama Buttui (salah satu dusun di Desa Madobag-Ugai) yang memiliki sungai yang jernih akan mengingatkan orang dengan Uma Salakirat. Itu berarti juga mengingatkan orang dengan Sikerei Aman Laulau.

"Hari ini saya mendengar berita duka tentang kepergian beliau, seorang yang memiliki banyak pengetahuan tentang pengobatan tradisional Mentawai sekaligus juga pengetahuan budaya Mentawai Rereiket," kata Maskota.

Baca juga: Mengenang Aman Laulau: Tokoh dan Pejuang Kebudayaan Mentawai

Sebagai seorang Kerei, Aman Laulau adalah salah seorang tokoh yang selama ini sudah menjaga dan merawat budaya Mentawai, karena Aman Laulau dan keluarga besar Uma Salakirat mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi Maskota, menyebut nama Buttui akan selalu berasosiasi dengan Aman Laulau. Pengetahuan budaya Mentawai yang sudah dibagikan oleh Aman Laulau lewat tuturan ataupun prilakunya menjadi suatu 'repdemen' (pemberian yang akan mengingatkan selalu pada Aman Laulau) baginya.

"Sekalipun kini Aman Laulau sudah tiada, sekalipun tidak akan kami dengar lagi dencingan jejeneng (lonceng) dari tangan beliau, tidak akan kami dengar lagi gemericing gelang dari hentakan-hentakan kaki beliau yang lincah menari (muturu’) di puturukat atau di berbagai event budaya Mentawai yang digelar di berbagai arena, namun pengetahuan budaya yang beliau sudah bagikan ke saya dan mahasiswa Antropologi tetap akan ada," lanjut Maskota.

"Tidak hanya karena foto dan video beliau yang sudah tersebar di belantara internet atau catatan-catatan lapangan bersama beliau sudah dituliskan, namun cerita tentang Buttui dan Uma Salakirat (Aman Laulau) tersimpan baik dalam memori kami," tambahnya.

Pengetahuan budaya dari Aman Laulau (yang dibaca dari para Kerei Mentawai) ibarat sungai-sungai yang mengalir di Rereiket, ibarat 'bat Buttui' walaupun musim kemarau tetap akan mengalir karena mata airnya yang jernih tetap terjaga di kaki-kaki leleu (hutan perbukitan) Siberut.

Baca juga: Tokoh Adat Aman Laulau Meninggal Dunia, Yudas Sabaggalet: Sosok Penting dalam Perkembangan Mentawai

"Keiat Aman Laulau, Sura’ Sabeu kadurut puagaiijat siake’nu”! (Selamat jalan Aman Laulau’, terima kasih banyak ilmunya)," ujar Maskota.

Perjumpaan dan Kenangan bersama Aman Laulau

Maskota Delfi menuturkan, ia sudah sejak lama mengenal Aman Laulau. 1997-1999 lalu, ia berkunjung ke Ugai. Namun, saat itu masih minim pembicaraan antara Maskota dan Aman Laulau, lantaran Maskota masih punya keterbatasan berbahasa Mentawai dialek Rereiket.

Seiring berjalannya waktu, Maskota yang terus mempelajari bahasa Mentawai, akhirnya dapat berinteraksi lebih intens dengan Aman Laulau.

Pada tahun 2016, Maskota juga mengunjungi Aman Laulau ke bangunan Uma Salakirat di Buttui, yang sekarang disebut puumaijat (tempat bangunan Uma lama).

Kala itu, maksud kedatangan Maskota ke Buttui ialah untuk meminta Aman Laulau menerima kedatangan seorang mahasiswa Antropologi Unand yang tengah mempelajari tentang primata endemik Siberut dan relasinya dengan orang Mentawai.

Tahun itu juga, Maskota membawa satu angkatan mahasiswa Antropologi Unand untuk kuliah lapangan Etnografi Mentawai.

"Saya ke Buttui ditemani oleh Bapak Jonas Salemurat yang memang menjadi narahubung saya dengan Orang Siberut sejak berpuluh tahun yang lalu," katanya.

Lanjut dia, Aman Laulau juga dikenal sebagai orang yang punya suara keras. Bagi orang yang mengenal dan sering berinteraksi dengan Aman Laulau menurutnya akan tahu karakter dan kekhasan Aman Laulau itu.

"Saat itu beliau minta maaf kepada saya kalau suara beliau memang keras, tetapi saya tidak marah. Itu ingat betul saya saat duduk di samping beliau di udenen (tempat duduk) yang ada di laibokat Uma (beranda Uma). Saya menitipkan Tresno (mahasiswa Antropologi Unand) kepada beliau saat itu," ujar Maskota.

Selanjutnya, Maskota semakin sering lagi bertemu dengan Aman Laulau karena beberapa kali kuliah lapangan Etnografi Mentawai, mahasiswa memilih lokasi di Buttui.

Dia pikir, semua mahasiswa Antropologi Sosial Unand yang kuliah lapangan di Buttui atau di Ugai dan Madobag akan kenal dengan Aman Laulau, meski menginap di bangunan Uma Aman Lepon (anaknya Aman Laulau).

Selama dia dan mahasiswa berada di Buttui, Aman Laulau selalu datang mengunjungi di Umanya Aman Lepon. "Saat ada mahasiswa yang sakit di Buttui beliau juga ikut membantu mengobatinya dengan 'cara Mentawai'," ungkap Maskota.

Sementara itu, Ketua Forum Mahasiswa Mentawai Sumatera Barat (Formma) Heronimus Eko Pintalius Zebua menuturkan, pertama kali ia berjumpa dengan Aman Laulau ialah saat menghadiri festival budaya Mentawai beberapa tahun yang lalu.

Namun, Heronimus merasa mengenali Aman Laulau sudah sejak lama, lantaran Aman Laulau acap kali muncul diberbagai platform media.

"Mengenal sosok beliau sudah lama, karena beliau artisnya Mentawai, sering nampak di spanduk di YouTube itu terkenal, paling sering muncul di media sosial. Wajahnya sangat familiar," kata Heronimus kepada TribunPadang.com, Selasa (28/2/2023) siang.

Adapun perjumpaan paling mengesankan bagi Heronimus dan anak muda Mentawai lainnya ialah saat Aman Laulau dan anaknya Aman Lepon berkunjung ke Sekretariat Formma di Kota Padang.

Saat itu, Aman Laulau, Aman Lepon dan Formma duduk bersama membahas sekelumit masalah di Mentawai dan tantangannya di kemudian hari.

"Pesan beliau (Aman Laulau) yang paling saya ingat ialah anak muda Mentawai harus menjaga kebudayaannya. Lalu beliau menjelaskan pentingnya menjaga hutan untuk kehidupan, karena hutan bisa menghidupi kita, dan pastinya tidak boleh dirusak. Ada keseimbangan antara alam dan manusia," ucap Heronimus.

Ketua Formma mengaku begitu terinsipirasi dengan ketokohan Aman Laulau. Ia melihat Aman Laulau sangat konsisten menjaga kebudayaan Mentawai.

Aman Laulau dinilai begitu menjaga betul marwahnya sebagai Sikerei. Generasi penerus, katanya mesti mencontoh sikap Aman Laulau yang selalu menyambut dan mengayomi siapapun, termasuk tamu-tamu yang datang dari luar daerah hingga luar negeri.

Sikap semacam itu yang menurutnya membuat Aman Laulau begitu dikenal dan disegani oleh orang lain, sehingga banyak wisatawan yang lebih banyak berkunjung ke Uma milik keluarga Aman Laulau.

Selain itu, Aman Laulau dinilai punya segudang pengalaman dan menjadi sumber kepustakaan kebudayaan Mentawai. Banyak ilmu yang dipunyai Aman Laulau, yang tutup usia diumur 67 tahun itu.

Kabar Aman Laulau Meninggal Dunia

Diberitakan sebelumnya, tokoh adat dan kebudayaan Kepulauan Mentawai Aman Laulau meninggal dunia pada Senin (27/2/2023).

Kabar duka tersebut disampaikan oleh Heronimus Eko Pintalius Zebua kepada TribunPadang.com, Selasa (28/2/2023). Heronimus mengatakan, Aman Laulau meninggal dunia di usia 67 tahun.

"Saya menelpon cucu beliau (Aman Laulau), katanya Aman Laulau meninggal dunia jam 4 sore di Puskesmas Muara Siberut," ujar Heronimus.

Sebelum meninggal dunia, kata dia, Aman Laulau menderita sakit kurang lebih selama satu bulan.

Kabar dari sang cucu, lanjut Heronimus, Aman Laulau menderita sakit rematik, sakit kepala serta penyakit non fisik.

Aman Laulau sebelum wafat juga berobat secara tradisional dan medis di puskesmas.

Mentawai berduka karena berpulangnya Aman Laulau yang bernama lengkap Josep Teuki Ogok Salakkirat.

Aman Laulau ialah tokoh inspiratif bagi banyak orang, baik itu masyarakat Mentawai, maupun di luar Mentawai.

Ia tinggal di Dusun Buttui Desa Madobag Kecamatan Siberut Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai.

Aman Laulau ialah seorang Sikerei yang kerap menjadi narasumber utama bagi periset serta antropolog yang mengkaji budaya Mentawai.

Ia juga sering tampak menghiasi layar kaca dan berbagai platform media dalam memperkenalkan unsur-unsur kebudayaan Mentawai.

Begitu juga, wisatawan dari luar negeri acap kali sengaja berkunjung Mentawai untuk bertemu dan belajar banyak dari Aman Laulau perihal konsep hidup yang berdampingan dengan alam.

Ia ialah tokoh yang acap kali memperkenalkan lebih dalam soal budaya Mentawai di berbagai kesempatan.

Diketahui, Aman Laulau beberapa kali juga tampil sebagai tokoh mewakili Mentawai di luar negeri dalam ajang promosi budaya. (TribunPadang.com/Wahyu Bahar)

Sumber: Tribun Padang
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved