Kabupaten Solok

Punya Meriam Tua, Rumah Gadang yang Terbakar di Solok Pernah Jadi Dapur Umum Masa Perang Revolusi

Ada dua musabab musnahnya Rumah Gadang, bangunan yang erat kaitannya dengan suku Minangkabau, khususnya di daerah darek (daerah ketinggian di ...

Penulis: Nandito Putra | Editor: Fuadi Zikri
TribunPadang.com/Nandito Putra
Rumah gadang yang terbakar di Cupak, Rabu (4/1/2023) punya sejarah panjang dan berusia ratusan tahun. Pernah jadi dapur umum di masa perang revolusi. 

TRIBUNPADANG.COM, SOLOK - Ada dua musabab musnahnya Rumah Gadang, bangunan yang erat kaitannya dengan suku Minangkabau, khususnya di daerah darek (daerah ketinggian di Sumatera Barat).

"Kalau tidak lapuak tak terurus ditinggal penghuninya, ya karena terbakar," ujar Darmansyah, salah seorang warga Nagari Cupak, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok.

Menurut dia, faktor lain yang masih erat kaitannya kenapa rumah gadang ditinggal pemiliknya adalah kebiasaan orang Minang pergi merantau.

Terputusnya garis keturunan perempuan, misalnya, juga menyebabkan tidak ada lagi yang mengurus rumah gadang.

Seperti warga lainnya, Darmansyah repot-repot datang untuk melihat kebakaran yang meludeskan enam bangunan tua, termasuk tiga rumah gadang di Jorong Balai Pandan, Nagari Cupak, Rabu (4/1/2023) dini hari.

Baca juga: Kebakaran di Cupak Solok Hanguskan Enam Rumah, Tiga di Antaranya Rumah Gadang

Kebakaran, seperti di banyak tempat, memang selalu mengundang keramaian.

Darmansyah mengatakan, awalnya warga sekitar mencoba memadamkan api pakai air pipa PDAM yang dijebol di pinggir jalan.

Upaya itu tak membuahkan hasil. Api keburu membesar, melahap rumah yang terbuat dari kayu dengan begitu mudah.

Tidak butuh waktu lama, meski mobil pemadam kebakaran dikerahkan, 30 menit sejak kemunculan api pertama, enam rumah tua tersebut sudah diselubungi api.

"Panas sekali, kulit seperti mau terpanggang, orang-orang kemudian menjauh," kata Darmansyah.

Baca juga: Kronologi Kebakaran 6 Rumah di Cupak Solok, Rumah Gadang Berusia Ratusan Tahun Ikut Ludes

Setelahnya, yang tersisa hanya landasan puing dan arang, juga tiang-tiang penyangga rumah gadang yang hangus terpanggang, mengeluarkan kepulan asap putih.

Tiga rumah gadang itu, kata Lisda Sentosa (56) sudah dibangun sejak ratusan tahun lalu.

Lisda adalah anak dari Datuak Tan Mandaro, gelar adat yang pernah disandang oleh almarhum ayahnya, Dasril.

Ia menceritakan, masing-masing rumah gadang punya datuak sendiri-sendiri.

Rumah gadang Datuak Tan Mandaro berada di posisi paling ujung dari titik awal kemunculan api.

Baca juga: 28 Orang Terdampak Kebakaran 6 Rumah di Cupak Solok, Korban Dapat Bantuan Tenda dan Bahan Pokok

Ayah Lisda meninggal di usia 90 tahun pada 2017 silam. "Sedangkan rumah gadang ini sudah dibangun sejak nenek ayah saya," katanya.

Di antara tiga rumah gadang yang terbakar, milik keturunan Datuak Tan Mandaro termasuk yang masih terawat dengan baik.

Dindingnya dipenuhi ukiran dengan cat berwarna cerah. Rumah itu, kata Lisda, selalu dipugar ketika ada bagian yang rusak.

"Selalu dirawat oleh kaum sehingga kondisinya tetap kuat dan kokoh meski sudah ratusan tahun," katanya.

Di samping Rumah Gadang Datuak Mandaro, ada Rumah Gadang Atok Genteng, merujuk pada atap yang digunakan terbuat dari tanah liat atau genteng.

Baca juga: Bupati Solok Epyardi Asda Tinjau Lokasi Kebakaran di Cupak, Sebut akan Bantu Korban Bangun Rumah

Rumah Gadang Atok Genteng dimiliki oleh Datuak Cupak, salah satu gelar adat tertua yang ada di nagari tersebut.

Ini termasuk rumah gadang yang unik, juga menyimpan nilai sejarah yang penting bagi Nagari Cupak.

Tidak ada yang tahu pasti kapan rumah gadang Datuak Cupak dibangun. Yang jelas usianya sudah ratusan tahun.

Yulia Fransiska (37) adalah keturunan kelima dari Datuak Cupak.

Ia tidak tinggal di rumah gadang tersebut, sebab ditempati oleh kerabatnya yang lain.

Yulia tahu sedikit banyak soal cerita rumah gadang milik kaumnya dari cerita-cerita orang tua.

Ketika masa revolusi, Rumah Gadang Datuak Cupak punya peran dalam membantu perjuangan tentara pejuang melawan agresi militer Belanda.

Yulia mengatakan, ketika itu rumah gadang ini dijadikan seperti posko dapur umum.

"Tetua kami dulu akan memasak nasi lalu memberinya secara gratis kepada para laskar pejuang yang butuh makanan," katanya.

Rumah gadang Datuak Cupak terdiri dari tiga tingkat. Tanpa ukiran, namun kondisinya cukup terawat.

Di halamannya terdapat sebuah tabuah atau beduk setengah terbakar yang dulunya digunakan untuk memberitahu keadaan darurat.

Semua sejarah seperti ranji, foto-foto lama, dan benda-benda pusaka yang ada di rumah gadang Datuak Cupak hangus tak bersisa.

Lampu gantung sebanyak enam buah yang berbahan perak, yang dibuat pada masa kolonial, juga ludes terbakar.

Kemudian juga ada dua unit meriam yang digunakan laskar pejuang untuk melawan belanda, yang sampai sekarang belum ditemukan lantaran tertimbun reruntuhan arang.

"Tidak ternilai berapa kerugiannya, semua benda peninggalan kaum tidak ada yang bisa diselamatkan," kata Yulia.

Kebakaran rumah gadang, bagi Yulia, dan mungkin oleh semua orang Minangkabau yang punya rumah gadang, adalah hal yang begitu memilukan.

Ada banyak memori kolektif tersimpan di rumah gadang. Seperti kenangan akan acara perkawinan, penyerahan gelar datuak dan yang terpenting, adalah tempat  di mana kehidupan dimulai.

Yulia tak tahu kapan rumah tersebut akan dibangun kembali. Yang jelas, membangun rumah gadang tak semudah membangun rumah biasa.

Butuh proses adat yang rumit dan biayanya tidak sedikit.

Sementara Lisda, sebagai anak pisang (status dalam sistem matrilineal yang diberikan kepada anak dari saudara laki-laki), tidak bisa menjawab.

Sementara itu, kemenakan Dasril, pemangku gelar Datuak Tan Mandaro saat ini, belum bisa berkata apa-apa.

Tatapan pria bertopi dengan badan agak kurus itu terlihat kosong. Ia berdiri tepar di depan beranda rumah gadangnya yang masih tersisa.

Bagi seorang Datuak sekaligus mamak kaum, keberadaan rumah gadang memiliki peranan penting.

Ia menolak dengan halus saat Tribunpadang.com memperkenalkan diri.

"Maaf, dik, saya sedang berduka," katanya. (TribunPadang.com/Nandito Putra)

Sumber: Tribun Padang
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved