Kabupaten Agam

74 Tahun Front Palupuah Lawan Agresi Militer Belanda Diperingati dengan Seminar Nasional

Kecamatan Palupuah, dulu di masa Kolonial Belanda merupakan bagian dari Laras Tilatang (Kamang), Afdeling Agam.

Penulis: Rahmadi | Editor: Rahmadi
Istimewa
Seminar Nasional memperingati 74 tahun perjuangan Front Palupuah, di Kantor Camat Palupuah Kabupaten Agam, Sumatera Barat (Sumbar), Sabtu (24/12/2022). 

“Dengan penyelenggaraan Seminar Nasional Front Palupuah, kami dari satuan Brimob berharap, agar perjuangan di Palupuah ini tetap diingat dan dikenang oleh generasi selanjutnya.” Demikian tukas AKP John Hendri yang mewakili Danton Brimob Padang Panjang dalam pemaparannya.

Pasca pindah ke Bateh Sariak Palupuh pada 22 Desember 1948, sambung Fikrul Hanif, Mobbrig digerakkan oleh A.K.B.P Sulaiman Efendi, Inspektur Polisi II Kaliansa Situmorang (Komandan Polisi bagian Sumatra Barat), dan Inspektur Polisi I Amir Machmud selaku Komandan perjuangan Front Palupuh.

Taktik bertahan dan menerobos maju yang diilhami dari pertahanan semesta dalam jarak 5 kilometer itu, membuat Belanda putus asa.

“Belanda benar-benar frustasi, karena gagal menerobos bagian Utara yang menghubungkan dengan Sibolga. Selain itu, pertahanan yang dikoordnir MPRK itu, juga menghalangi Belanda untuk masuk ke Koto Tinggi, Kabupaten Limapuluh Kota.”. tambah mantan reporter harian Rakyat Merdeka itu.

Luaran yang dicapai pasca penyelenggaraan Seminar Nasional Front Palupuh ini, tidak sekadar sebagai pengingat, juga menyempurnakan buku Front Palupuh yang pernah ditulis oleh Darwis –sesepuh dari Palupuh pada tahun 1999.

Baca juga: Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam Bersatu Bela Palestina, Kutuk Keras Agresi Israel

“Buku Front Palupuh ini untuk meluruskan peristiwa yang kurang tepat, yang pernah disinggung oleh sejarawan sebelumnya. Naskah itu selesai tahun 1998. Dan tahun 1999 buku ini dilaunching di tugu peringatan Front Palupuah,” jelas Sri Raflesia di sela-sela Seminar Nasional tersebut.

Beragam upaya untuk menindaklanjuti dalam usaha merawat memori kolektif perjuangan di Palupuh, melalui penerbitan buku dan menyebarkannya untuk generasi muda.

Untuk menggaungkan dan menjadikan Front Palupuh seluruh narasumber sepakat, supaya masyarakat Palupuh bersiap-siap untuk membuat iven tahunan seperti mengadakan sayembara penulisan, vlog, kontes fotografi yang berhubungan dengan masa perjuangan PDRI, termasuk mengembangkan diri dalam sektor pariwisata.

“Ya, Palupuh ini punya potensi kuat sebagai aset wisata. Dan untuk wisata sejarah, tentu saja memungkinkan untuk kedepannya,” sambung Aslinda menutup pemaparannya.(*)

Sumber: Tribun Padang
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved