Kabupaten Sijunjung

Galamai, Camilan Khas Perkampungan Adat Sijunjung Berbahan Alami dan Dibungkus Daun Pandan Kering

Berbeda dengan galamai pada daerah lain, masyarakat Perkampungan Adat masih mengolah bahan-bahannya secara manual.

Penulis: Hafiz Ibnu Marsal | Editor: Rahmadi
Istimewa
Galamai Perkampungan Adat, Nagari Sijunjung, Kecamatan Sijunjung, Kabupaten Sijunjung, Sumbar, Sabtu (22/10/2022) 

TRIBUNPADAN.COM, SIJUNJUNG - Perkampungan Adat yang terletak di Nagari Sijunjung, Kecamatan Sijunjung, Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat (Sumbar) memiliki kuliner khas berupa galamai.

Berbeda dengan galamai pada daerah lain, masyarakat Perkampungan Adat masih mengolah bahan-bahannya secara manual.

Seorang pembuat galamai di Perkampungan Adat Sijunjung Yanti menyebut, bahan dasar galamai terbuat dari beras pulut, sari pati santan dan gula merah.

"kami tidak menggunakan tepung beras pulut yang sudah dikemas, tetapi beras pulut tersebut kami tumbuk sendiri hingga halus," ungkapnya kepada TribunPadang.com, Sabtu (22/10/2022).

Kata Yanti, alasan menumbuk sendiri beras pulut itu, untuk menjaga ke alamian dalam bahan yang digunakan untuk pembuatan galamai.

Baca juga: Galamai, Kuliner Khas dan Buah Tangan Khas, dari Perkampungan Adat Nagari Sijunjung, Provinsi Sumbar

Ia menjelaskan, dalam memasak galamai, Yanti masih menggunakan tungku kayu.

"Sebelum dimasukan kedalam kuali, bahan-bahan yang sudah disediakan sebelumnya digabungkan hingga tercampur secara merata," tutur Yanti.

Selajutnya, bahan yang telah tercampur itu dimasukan ke dalam kuali dengan api yang sudah menyala.

Ia menambahkan, jika bahan tidak dicampurkan terlebih dahulu, proses pembuatannya akan lebih lama.

"Setelah masuk di kuali, adonan galamai harus terus diaduk hingga mengental dan siap untuk dikemas," imbuhnya.

Baca juga: BBPOM Luncurkan Aplikasi Galamai, Mudahkan Masyarakat Bertanya dan Melaporkan Produk

Kata Yanti, untuk satu adonan galamai yang ia buat, proses pembuatanyya memakan waktu 3 sampai 4 jam.

Sementara, ciri khas lain dari galamai itu tertelak pada kemasannya yang juga alami, terbuat dari anyaman daun pandan kering.

"Kemasannya kami sebut kambuik, itu terbuat dari daun pandan yang sudah kering," ucap Yanti.

Penggunaan kambuik, kata Yanti bertujuan untuk mengurangi kandungan minyak yang ada pada galamai.

Lanjutnya, karena kambuik memiliki celah pada anyamannya, minyak dari galamai akan keluar dari celah tersebut, sehingga galamai bisa bertahan lebih lama.

Baca juga: Resep Siomay Ikan Kulit Tahu, Camilan Lezat Favorit Keluarga

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved