Kota Padang
Kisah Pengrajin Atap Rumbia di Padang, Ikhlas Diupah Rp400 Per Lembar Demi Penuhi Kebutuhan Keluarga
Suani Agus pengrajin atap rumbia di Padang mendapat upah hanya Rp 400 per lembar
Penulis: Rima Kurniati | Editor: Rizka Desri Yusfita
Sebab suami Suani, hanya seorang nelayan, saat cuaca buruk tidak bisa melaut menangkap ikan.
Seperti, beberapa minggu belakangan suaminya jarang melaut karena cuaca di Kota Padang tidak menentu.
Sementara dua orang anaknya masih bersekolah, anak kedua duduk di bangku SMP dan si bungsu masih kelas enam Sekolah Dasar (SD).
"Kalau tidak pergi melaut, tidak ada uang. Di sela-sela waktu, saya ikut membuat atap rumbia ini," ujarnya.
Suani menyebut, jumlah atap rumbia yang mampu dibuatnya dalam sehari tidak menentu.
Terkadang ia baru menjahit atap rumbia setelah selesai salat Zuhur hingga Ashar.
Jika waktu kosong, Suani mampu menjahit atap rumbia dari pagi hingga sore hari, berhenti hanya untuk makan dan salat.
"Biasanya berapa selesai kita hitung, lalu dicatat, kalau selesai 10 lembar baru dapat uang Rp 4.000," ujarnya.

Suani mengatakan, uang dari hasil pekerjaannya tersebut diambil ketika ada kebutuhan yang mendesak.
"Misalnya untuk beli buku anak, butuh berapa, diambil dulu sejumlah itu. Misalnya suami tidak ngasih uang, butuh uang untuk belanja, saya minta dulu misalnya Rp 200 Ribu," ungkapnya.
Di samping menjadi pengrajin atap rumbia, Suani mengaku juga membuka usaha pijit orang dewasa dan anak-anak.
"Kalau hari-hari besar seperti 17 Agustus, saya juga jualan di tepi jalan," ungkapnya.
Suani mengatakan, meskipun upah sebagai pengrajin atap rumbia tidak seberapa ia tetap ikhlas, dengan begitu bisa membantu memenuhi kebutuhan keluarganya.
"Walaupun upahnya tidak seberapa, yang penting dapur tetap berasap, anak bisa juga sekolah seperti orang kebanyakan," pungkasnya. (TribunPadang.com/ Rima Kurniati)