Berita Universitas Andalas

Tim FIB Universitas Andalas Lakukan Riset, Terkait Tujuan Wisata di Pulau Samosir

TIM Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas (FIB Unand) melakukan penelitian atau riset terkait salah satu tujuan wisata di Pulau Samosir, yakni Hut

Editor: Emil Mahmud
ISTIMEWA
Tim Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas (FIB Unand) dipimpin Dr Ike Revita, MHum melakukan penelitian atau riset terkait salah satu tujuan wisata di Pulau Samosir, yakni Huta Siallagan di Provinsi Sumatera Utara (Sumut), baru-baru ini. 

TIM Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas (FIB Unand) melakukan penelitian atau riset terkait salah satu tujuan wisata di Pulau Samosir, yakni Huta Siallagan berada di wilayah Provinsi Sumatera Utara.

Rilis yang diterima redaksi Rabu (17/8/2022) menyebutkan, sebelumnya Tim dari Fakultas Ilmu Budaya Unand Padang yang melakukan penelitian atau riset tersebut dipimpin Dr Ike Revita, MHum.

"Kami melakukan penelitian setelah memasuki wilayah Kabupaten Samosir. Melewati daerah yang disebut Tele, mata langsung disambut oleh pemandangan indahnya Pulau Samosir dari ketinggian," ujar Dr Ike Revita melalui rilisnya.

Sejauh ini lanjut Dr Ike Revita, bahwa tidak ada seorang pun kiranya, di Indonesia umumnya yang tidak mengenal Samosir.

Yakni, Pulau yang terletak di tengah Danau Toba ini merupakan satu-satunya daerah tingkat kabupaten atau daerah tingkat dua di Indonesia yang dikelilingi oleh danau terbesar di Indonesia.

"Berdasar data ilmiah ungkapnya danau ini sekaligus jadi danau vulkanik yang terbesar di kawasan Nusantara dengan kedalaman rata-rata Danau Toba menempati peringkat ke 15 dunia," paparnya.

Baca juga: Destinasi Wisata Sejarah Lubang Jepang di Padang, FIB Unand Dukung Program Membangun 11 Desa Tematik

Tim Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas (FIB Unand) dipimpin Dr Ike Revita, MHum melakukan penelitian atau riset terkait salah satu tujuan wisata di Pulau Samosir, yakni Huta Siallagan di Provinsi Sumatera Utara (Sumut), baru-baru ini.
Tim Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas (FIB Unand) dipimpin Dr Ike Revita, MHum melakukan penelitian atau riset terkait salah satu tujuan wisata di Pulau Samosir, yakni Huta Siallagan di Provinsi Sumatera Utara (Sumut), baru-baru ini. (ISTIMEWA)

Baca juga: 12 Mahasiswa & 2 Dosen Sambangi Bukittinggi, Kuliah Lapangan Prodi Magister Linguistik FIB Unand

Sebelumnya, Danau Toba terbentuk sebagai dampak letusan Gunung Toba yang terjadi di sekitar 73.000 tahun hingga 75.000 tahun yang lalu.

"Letusan gunungnya lalu membentuk kaldera atau kawah raksasa yang lalu terisi oleh air hingga kemudian menjadi danau yang indah tersebut. Kemudian akibat tekanan ke atas oleh magma yang belum bisa keluar sebelumnya lalu menyebabkan terbentuknya Pulau Samosir," jelas Dr Ike.

Konon katanya, keberadaan Danau Toba dan Pulau Samosir ini menjadi legenda yang dikisahkan secara turun temurun. Toba merupakanseekor ikan, jelmaan seorang putri.

Kemudian, imbuhnya tersangkut dalam jala seorang nelayan muda dan akhirnya menikah dengan pemuda itu. Terjadi kesepakatan bahwa si pemuda tidak akan pernah membuka kisah bahwa Toba adalah seekor ikan.

Hingga suatu ketika anak mereka yang bernama Samosir memakan bekal yang seyogyanya disiapkan untuk bapaknya, si pemuda ini. Karena marah, terucaplah rahasia yang selama ini disimpan.

Singkatnya, seusai hujan turun dengan derasnya seperti airmata Toba yang tiada berhenti hingga terbentuklah Danau Toba dan Pulau Samosir.

Baca juga: 4 Mahasiswa FIB Unand Wisata ke Lobang Japang, di Padang: Tim PkM Tata Lokasi, Agar Layak Dikunjungi

Akses Lewat Jalur Darat

Sedangkan, untuk akses mencapai ke Pulau Samosir dari wilayah di sekitar Pulau Sumatera dapat dilakukan lewat jalur darat.

Tim yang dipimpinnya, jelang memasuki Pulau Samosir, melewati jalan dengan ukuran rusa jalan yang tidak terlalu lebar, sehingga mobil harus pelan-pelan saat berpapasan.

"Jalan tanah ini masih dalam proses pembangunan jembatan yang akan mempermudah dan memperlancar perjalanan menuju Pulau Samosir," ujar Dr Ike.

Dikatakan, Samosir sebagai kepingan surga karena begitu banyak dijumpai keindahan alam dan destinasi wisata. Salah satunya adalah Huta Siallagan. Huta Siallagan ini disebut juga Kampung Siallagan (salah satu suku masyarakat Batak Toba).

"Huta Siallagan ini berlokasi di Desa Ambarita, sekitar 1 jam dari Ibu Kota Samosir, Parurungan. Jalan yang mulus tetapi memerlukan kehati-hatian karena pengunjung seakan-akan berjalan menelusuri pinggir danau," ujarnya.

Hingga kini, lanjutnya Huta Siallagan baru saja mengalami revitalisasi.

"Sebagai lokasi yang pernah dianggap sebagai kampung kanibal karena diperlakukannya hukum pancung kepada anggota masyarakat yang bersalah, Huta Siallagan menyimpan banyak nilai budaya Masyarakat Batak Toba.

Yakni, mulai dari Rumah Bolon, batu persidangan, serta tempat dilakukannya pemancungan, menjadi bagian yang menarik untuk dikunjungi. Kunjungan ini semakin menarik saat para tamu disambut dengan Tarian Tor-tor bersama si Gale-gale.

Dalam diskusi yang dilakukan dengan salah seorang Putra Raja Siallagan, disebutkan bahwa semenjak revitalisasi ini, Huta Siallagan semakin ramai dikunjungi.

"Apalagi setelah Presiden Jokowi datang ke Huta Siallagan dan kemudian memerintahkan agar dilakukan revitalisasi serta menjadi salah satu tempat yang menjadikan Samosir tidak hanya kepingan surga tetapi ada kepingan-kepingan lainnya. Apabila dikelola secara profesional dan didukung oleh sarpras yang memadai akan menjadikan Pulau Samosir ini sebagai Bali kedua di Indonesia," kata Ike Revita.(*/rls)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved