Tabuik Pariaman
Semarak Hoyak Tabuik Pariaman 2022, Pesta Budaya Penuh Makna
Lengkap kemeriahan Hoyak Tabuik Pariaman 2022, harapan Gubernur Mahyeldi dan Wali Kota Genius Umar, pesta budaya penuh makna di setiap prosesi.
Penulis: Panji Rahmat | Editor: Rizka Desri Yusfita
Laporan Wartawan TribunPadang.com, Rahmat Panji
TRIBUNPADANG.COM, PARIAMAN - Hoyak Tabuik Pariaman 2022 baru saja selesai digelar.
Ratusan ribu orang membanjiri Pantai Gandoriah untuk menyaksikan acara puncak Hoyak Tabuik Pariaman 2022.
Ada sekitar 250 ribu pengunjung yang hadir pada perhelatan Hoyak Tabuik Pariaman 2022.
Baca juga: FOTO Hoyak Tabuik Pariaman 2022, Proses Maarak Tabuik ke Laut
Jumlah itu lebih banyak dari populasi penduduk Kota Pariaman yang berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2021 yaitu sebanyak 95.294 jiwa.
Melalui Tabuik dan keindahan pantainya, kota yang baru mekar di tahun 2002 ini, sebelum Covid 19 (tahun 2019) mampu mendatangkan 3,1 juta wisatawan nasional dari total 8 juta wisatawan yang datang ke Sumatera Barat.
Gubernur Sumbar Mahyeldi menilai Tabuik Pariaman bisa dinobatkan sebagai festival budaya terbesar di sepanjang pesisir barat Pulau Sumatera.
Baca juga: FOTO Hoyak Tabuik Pariaman 2022, Proses Maarak Tabuik ke Laut
Kedatangan masyarakat pada Hoyak Tabuik Pariaman 2022 diharapkan Mahyeldi bisa jadi jalan pembuka untuk wisatawan lainnya.
Pemerintah setempat bisa melakukan promosi destinasi wisata lainnya dengan upaya publikasi visual dan teks.
"Tabuik Pariaman ini harus selalu dirawat dan dilestarikan untuk masa yang akan datang,” kata mahyeldi saat memberi sambutan, Minggu (14/8/2022).
Baca juga: FOTO Tabuik Pariaman 2022, Rangkaian Prosesi Tabuik Naiak Pangkek
Pada pelaksanaan Hoyak Tabuik Pariaman 2022 terjadi peningkatan pengunjung yang luar biasa dari tahun sebelumnya.
Tercatat jumlah pengunjung sebanyak 250 ribu orang.
Angka kunjungan itu tidak pernah sebanding dengan kunjungan harian wisatawan ke Kota Pariaman saat mengadakan festival budaya lainnya.
Malah jumlah ini setara dengan konser music band Oasis di Knebworth tahun 1996, dimana konser itu dijadikan film dokumenter dengan judul Knebworth 1996 dan rilis pada September 2021 lalu.
Rasa rindu menjadi faktor utama bagi masyarakat Pariaman baik yang berada di ranah maupun di perantauan.
Sehari sebelum Tabuik Pariaman berlangsung hanya beberapa penginapan yang tersisa.
Tabuik merupakan budaya masyarakat Pariaman yang sudah berumur ratusan tahun, budaya ini berhasil dirawat oleh masyarakat Pariaman dan bertahan hingga saat ini.
“Tabuik ini sudah mendarah daging untuk masyarakat Pariaman,” kata Genius Umar.
Baca juga: Prosesi Tabuik Naiak Pangkek Hoyak Tabuik Pariaman 2022 Selesai, Tabuik Setinggi 12 M Berdiri Kokoh
Keberadaannya diharapkan bisa jadi pemersatu masyarakat Pariaman baik yang berada di ranah maupun di rantau.
Kehadiran Tabuik Pariaman tahun ini juga tidak terlepas dari desakan masyarakat Pariaman di seluruh Indonesia, serta tuo tabuik rumah tabuik pasa dan rumah tabuik subarang.
Tabuik Pariaman ini bagi pemerintah diharapkan bisa jadi momentum dan jembatan untuk mengambangkan pariwisata di Kota Pariaman.
Serta membuka mata investor lokal maupun internasional untuk berinvestasi.
Baca juga: Pesona Hoyak Tabuik Pariaman 2022: Pelepas Rindu bagi Warga
Kerinduan akan tabuik Pariaman juga dirasakan oleh Gempar's (Gerakan Pemuda Pariaman Sekitarnya) yang melakukan pulang basamo untuk menyaksikan langsung acara puncak Tabuik Pariaman.
Ketua Gempar’s Riau Amran Tambi datang bersama 36 orang rombongannya untuk mengobati kerinduan akan tabuik.
Kedatangannya tidak sia-sia, bahkan Amran Tambi menilai antusias masyarakat tahun ini juga meningkat dari dua tahun lalu.
“terobat juga hati rasanya melihat tabuik,” katanya.
Baginya Tabuik Pariaman adalah sebuah budaya yang harus terus dilestarikan dan tidak boleh hilang.
Melalui tabuik ia menilai muncul kebersamaan dan rasa kekeluargaan yang erat antar masyarakat Pariaman.
Sementara itu Tuo Tabuik Pasa generasi kelima Zulbakri, menilai tabuik merupakan sebuah nilai budaya dan masyarakat pariaman.
Ia berharap masyarakat bisa memaknai seluruh rangkain prosesi tabuik dengan bijak. Karena selama tabuik pariaman digelar ada makna filosofis yang bernilai penting untuk masyarakat Pariaman.
Prosesi Tabuik Pariaman dan Maknanya
Mak Etek sapaan akrab Zulbakri menerangkan seluruh prosesi tabuik Pariaman 2022 beserta maknanya.
Sebelum Tabuik Pariaman dimulai, masing-masing rumah Tabuik menyiapkan sebuah tempat persegi empat dan dilingkari dengan bambu.
Di dalamnya diberi tanda sebagai kiasan bercorak makam yang dinamakan Daraga.
Fungsi daraga adalah sebagai pusat prosesi dan tempat pelaksanaan maatam.
Dengan adanya daraga baru berlangsung sejumlah prosesi, pertama adalah prosesi maambiak tanah.
Prosesi ini dimulai setiap 1 Muharram, pada prosesi ini kedua rumah Tabuik (Tabuik Subarang dan Tabuik Pasa) melakukan pengambilan tanah di Desa Pauh dan Kelurahan Alai Galombang.
Baca juga: Asal Mula Tabuik Pariaman hingga Jadi Tradisi Tahunan, Diawali Maambiak Tanah hingga Dihoyak ke Laut
Dalam pelaksanaannya kedua rumah Tabuik melakukan arak-arakan dari tempat masing-masing menggunakan gandang tasa.
Pengambilan tanah dilakukan oleh seorang laki-laki berjubah putih, melambangkan kesucian.
Tanahnya bermakna kehidupan manusia yang berasal dari tanah dan akan kembali ke tanah.
Lalu, pada 5 Muharram dilaksanakan prosesi maambiak batang pisang.
Prosesi ini merupakan cerminan dari ketajaman pedang milik husein yang digunakan saat perang di Padang Karbala.
Maambiak Batang Pisang ini dilakukan oleh seorang laki-laki dengan berpakaian silat.
Batang pisang tersebut harus putus dengan sekali tebas.
Selanjutnya, pada 7 Muharram dilakukan prosesi maatam, sehabis sholat Dzuhur.
Prosesi itu dilakukan oleh pihak keluarga penghuni rumah Tabuik, dengan berjalan mengelilingi daraga sambil membawa peralatan Tabuik seperti jari-jari, saroban (Sorban) dan pedang sebagai pertanda kesedihan mendalam atas kematian Husein
Di hari yang sama juga berlangsung prosesi maarak jari-jari, melambangkan jari tangan Hosein yang tercincang.
Tujuannya untuk diinformasikan kepada masyarakat bukti kekejaman sewaktu peperangan di Padang Karbala.
Pelaksanaannya dimeriahkan oleh hoyak Tabuik lenong (sebuah Tabuik berukuran kecil) yang diletakkan di atas kepala seorang laki-laki sambil diiringi oleh gandang tasa.
Baca juga: Melihat Prosesi Maarak Jari-jari dalam Rangkaian Pesona Hoyak Tabuik Budaya Piaman 2022
Selang sehari, tanggal 8 Muharram berlangsung prosesi maarak saroban, dengan tujuan mengabarkan kepada masyarakat penutup kepala Husein yang terbunuh dalam perang padang karbala.
Hampir serupa dengan peristiwa maarak panja, kegiatan ini juga diiringi miniatur Tabuik lenong dan gemuruh gandang tasa sambil bersorak sorai.
Lalu puncaknya tanggal 10 muharram menjelang fajar, dua bagian fisik Tabuik (Pangkek Ateh dan Pangkek Bawah) yang telah siap dibangun di rumah Tabuik, disatukan saat prosesi Tabuik naik pangkek (Naik pangkat).
Seiring matahari terbit, Tabuik diarak ke jalan, dihoyak sepanjang hari tanggal 10 muharram setiap tahunnya.
Pada pukul 09.00 WIB, Tabuik Pasa dan Tabuik Subarang disuguhkan pada pengunjung pesta Tabuik sebagai hakikat peristiwa perang karbala dalam sejarah Islam.
Acara hoyak Tabuik berlangsung hingga sore hari.
Secara perlahan Tabuik dibawa menuju pinggir pantai seiring turunnya matahari.
Tepat pukul 18.00 WIB, masing-masing Tabuik dilemparkan ke laut oleh kelompok anak nagari Pasa dan Subarang.
Pada 2022, prosesi mambuang Tabuik ke laut berlangsung pada Minggu (14/8/2022) atau bertepatan dengan 16 Muharram 1444 H.
(*)
Â
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/padang/foto/bank/originals/Ratusan-ribu-warga-berkumpul-di-sekitar-Tabuik-jelang-prosesi-membuang-Tabuik.jpg)