Buya Syafii Maarif Wafat

Cerita Ketua PW Muhammadiyah Sumbar Numpang Mobil Butut Buya Syafii Maarif, Dihalau Satpam tapi . .

Kala itu mobil Suzuki butut digunakan menghadiri konferensi pertemuan pemimpin agama seluruh dunia tahun 2004 di Istana Keraton Jogjakarta

Penulis: Rima Kurniati | Editor: afrizal
TRIBUNJOGJA.COM/Noristera Pawestri
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif atau Buya Syafii 

Laporan Reporter TribunPadang.com, Rima Kurniati

TRIBUNPADANG.COM, PADANG- Ketua PW Muhammadiyah Sumbar Buya Shofwan Karim langsung terbang ke Yogyakarta melayat ke rumah duka Buya Syafii Maarif.

"Iya beliau meninggal pukul 10.00 WIB tadi, saya sedang siap-siap, nanti jam 3 sore berangkat ke Yogya," ungkapnya, saat dihubungi, Jumat (27/5/2022).

Shofwan Karim mengatakan, Buya Syafii Maarif sosok yang rendah hati.

Baca juga: Buya Syafii Maarif Pernah Mendapatkan Penghargaan Ramon Magsaysay dari Pemerintah Filipina pada 2008

Baca juga: Sosok Buya Syafii Maarif, Kelahiran Sumpur Kudus hingga Pernah Jadi Guru di Sebuah Kampung di Lombok

Sosok yang juga mulia pemikirannya dan sangat bersahabat dengan semua lapisan tanpa memilih golongan bahkan agama.

"Betul-betul sosok yang bertuhan dan memanusiakan manusia," ungkapnya.

Shofwan Karim mengaku, memiliki banyak kenangan bersama eks Ketua PP Muhammadiyah tersebut.

Dikatakannya, sewaktu mengurus Muhammadiyah, Buya Syafii Maarif punya semboyan "Melelahkan tetapi Membahagiakan".

Shofwan Karim mengaku juga pernah punya cerita menarik kala dia menumpang mobil buntut milik  Buya Syafii Maarif.

Kala itu mobil butut itu digunakan menghadiri konferensi pertemuan pemimpin agama seluruh dunia tahun 2004 di Istana Keraton Jogjakarta.

Baca juga: Buya Syafii Maarif Wafat di RS PKU Muhammadiyah Gamping Pukul 10.15 WIB

Saat mobil itu hendak parkir dan berhenti di depan istana, justru dihalau satpam.

"Namun ketika satpam melihat beliau turun, satpam malah mempersilahkan Buya turun dan satpamlah yang memarkirkan mobil itu," ungkapnya.

Belakangan, kata Shofwan Karim apa saja yang Buya Syafii Maarif tulis, selalu mengirimkan tulisan kepadanya.

"Beliau rutin menulis resonansi yang ditulis di Republika. Tulisan beliau selalu memuliakan agama Islam," ungkapnya. 

Sosok Buya Syafii Maarif tidak bisa dilepaskan dari dunia pendidikan.

Sejak masih muda, pemilik nama Ahmad Syafii Maarif ini sudah mengajarkan pengetahuannya.

Berbagai daerah sudah dikunjungi sebagai guru.

Termasuk salah satunya adalah sebuah kampung di Lombok Timur, NTB.

Baca juga: Buya Syafii Maarif Wafat di RS PKU Muhammadiyah Gamping Pukul 10.15 WIB

Baca juga: BREAKING NEWS Buya Syafii Maarif Wafat, Pernah Jabat Ketua PP Muhammadiyah 1998-2005

Sekitar tahun 1957, Buya Syafii Maarif sudah mengahar di sekolah Muhammadiyah di daerah tersebut.

Mengutip Tribunnews.com, Prof Dr H Ahmad Syafii Maarif dikenal sebagai salah satu tokoh dan pemikir Islam di Indonesia.

Ahmad Syafii Maarif atau yang akrab dipanggil Buya Syafii lahir di Sumpur Kudus, 31 Mei 1935.

Ahmad Syafii Maarif menempuh pendidikan dasarnya di sekolah rakyat di Sumpur Kudus dan kemudian melanjutkan ke Madrasah Mualimin di Balai Tengah, Lintau, Sumatera Barat.

Setelah itu, Ahmad Syafii Maarif merantau ke Jawa dan melanjutkan pendidikannya di Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah di Yogyakarta.

Setelah lulus, Ahmad Syafii Maarif diharuskan mengabdi di pendidikan yang dikelola organisasi Muhammadiyah dan dikirm ke Lombok, Nusa Tenggara Timur selama setahun.

Setelah menyelesaikan masa pengabdian, Syafii Maarif kemudian melanjutkan pendidikannya ke Fakultas Hukum Universitas Cokroaminoto Surakarta.

Karena adanya pemberontakan PRRI/Permesta yang mengakibatkan terputusnya hubungan Sumatera-Jawa, Syafii Maarif tidak bisa lagi mendapatkan bantuan biaya kuliah dari saudaranya yang berada di Sumatera.

Ahmad Syafii Maarif pun memutuskan untuk berhenti kuliah.

Pada saat itu, Syafii Maarif menyambung hidupnya dengan menjadi guru desa di wilayah Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.

Ahmad Syafii Maarif kembali melanjutkan kuliahnya di Jurusan Sejarah Universitas Cokroaminoto dan berhasil meraih gelar Sarjana Muda pada 1964.

Sedangkan gelar Sarjananya diperoleh dari IKIP Yogyakarta empat tahun kemudian.

Ahmad Syafii Maarif juga meraih gelar master di bidang sejarah dari Ohio State University, Amerika Serikat.

Gelar doktornya diperoleh dari Program Studi Bahasa dan Peradaban Timur Dekat, Univesitas Chicago, AS dengan disertasinya yang berjudul Islam as the Basis of State: A Study of The Islamic Political Idead as Reflected in the Constituent Assembli Debates in Indonesia. 

Rekam jejak

Ahmad Syafii Maarif diketahui aktif di dunia pendidikan.

Selain itu, Ahmad Syafii Maarif juga pernah menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah periode 2000 - 2005.

Setelah tidak menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah, Ahmad Syafii Maarif aktif di Institute Maarif yang didirikannya.

Ahmad Syafii Maarif juga aktif menulis dan atas karya-karya yang dihasilkannya, Ahmad Syafii Maarif mendapatkan penghargaan Ramon Magsaysay dari pemerintah Filipina pada 2008. (2)

Pada awal 2015, Ahmad Syafii Maarif mendapatkan tawaran dari Presiden Joko Widodo untuk mengisi posisi Dewan Pertimbang Presiden, tapi Syafi'i menolaknya.

Ahmad Syafii Maarif juga pernah menjadi Ketua Tim Independen 2015 yang mengatasi konflik Polri-KPK.

Riwayat Karier

Guru di Sekolah Muhammadiyah, Lombok Timur, NTB (1957-)

Guru Bahasa Inggris dan Indonesia SMP di Baturetno, Surakarta (1959-1963)

Guru Bahasa Inggris dan Indonesia SMA Islam Surakarta (1963-1964)

Dosen Sejarah dan Kebudayaan Islam Universitas Islam Indonesia Yogyakarta (1964-1969)

Dosen IKIP Yogyakarta (1967-1969)

Asisten dosen paruh waktu Sejarah dan Kebudayaan Islam di Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta (1969-1972)

Asisten Dosen Sejarah Asia Tenggara IKIP Yogyakarta (1969-1972)

Dosen paruh waktu Sejarah Asia Barat Daya IKIP Yogyakarta (1973-1976)

Dosen senior Filsafat Sejarah IKIP Yogyakarta (1983-1990)

Profesor tamu di University of Iowa, AS (1986)

Dosen senior (paruh waktu) Sejarah dan Kebudayaan Islam IAIN Kalijaga, Yogyakarta (1983-1990)

Dosen senior (paruh waktu) di UII Yogyakarta (1984-1990)

Dosen senior (paruh waktu) Sejarah Ideologi Politik Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta (1987-1990)

Dosen senior (pensyarah kanan) di Universitas Kebangsaan Malaysia (1990-1994)

Dosen senior Filsafat Sejarah IKIP Yogyakarta (1992-1993)

Profesor tamu di McGill University, Kanada (1992-1994)

Profesor Filsafat Sejarah IKIP Yogyakarta (1996)

Wakil Ketua PP Muhammadiyah (1995-1998)

Ketua PP Muhammadiyah (1998-2000)

Ketua PP Muhammadiyah (2000- 2005)

Pengurus Masyarakat Sejarawan Indonesia

Pemimpin Redaksi majalah Suara Muhammadiyah Yogyakarta (1988-1990)

Anggota Staf Ahli jurnal Ummul Qur'an (1988)

MAARIF Institute for Culture and Humanity (2002)

Presiden World Conference on Religion for Peace (WCRP) (3)

Karya

Mengapa Vietnam Jatuh Seluruhnya ke Tangan Komunis, Yayasan FKIS-IKIP, Yogyakarta, 1975

Dinamika Islam, Shalahuddin Press, 1984

Islam, Mengapa Tidak?, Shalahuddin Press, 1984

Percik-percik Pemikiran Iqbal, Shalahuddin Press, 1984

Islam dan Masalah Kenegaraan, LP3ES, 1985 (4)

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved