Menikmati Menyeruput Kopi Luwak di Rafflesia Luwak Coffee Kabupaten Agam, Gratis Scrub Wajah
Surga tersembunyi bagi para pecinta kopi ternyata ada di Kabupaten Agam, Provinsi Sumatra Barat (Sumbar). Sebuah desa di daerah itu menyimpan salah
Penulis: Muhammad Fuadi Zikri | Editor: Mona Triana
Di samping itu ia juga menerapkan ilmu yang ia peroleh dari teman, tetangga dan petani kopi.
Dikatakan Umul, biji kopi yang diperolehnya bukan dari kotoran luwak yang telah dikandangkan, melainkan dari kotoran luwak liar di alam.
"Kotorannya kita pilih langsung dari alam," ucapnya.
Menurut Umul, kotoran luwak liar jauh lebih bagus ketimbang kotoran luwak yang dikandangkan khusus untuk kopi luwak.

Sebab, di alam luwak hanya memakan biji kopi terbaik yang diperolehnya dari penciumannya yang sangat tajam.
Berbanding terbalik dengan luwak yang ada di kandang yang telah disuguhkan seonggok kopi yang harus dimakan.
Selain itu, ia juga berpendapat bahwa mengandangkan luwak liar untuk tujuan komersial tidak lah baik.
Ia memastikan, kopi dari kotoran luwak ini tetap higenis dan aman dikonsumsi meski diambil dari kotoran luwak.
Hal itu karena biji kopi dari kotoran luwak tetap terlindungi oleh cangkang kopi sehingga bijinya tidak bercampur dengan kotoran.
"Kalau di alam liar, cari kotoran luwak ini tidak sulit, karena kebiasaan luwak yang higenis, ia selalu 'pup' ditempat yang bersih dan mudah kita temukan," paparnya.
Umul mengatakan, biji kopi yang ia olah merupakan jenis arabika yang memang banyak tumbuh segar di Kabupaten Agam.
Biji kopi yang telah ia peroleh dibersihkan dengan dua metode, yaitu dengan bantuan air hujan dan dibersihkan langsung secara manual.
Untuk menyangrai nya sendiri, ia tak menggunakan alat 'roasting' kopi canggih yang saat ini banyak dipergunakan orang.

Umul masih menggunakan metode lama, yaitu menyangrai kopi dengan menggunakan belanga meski memakan waktu yang panjang.
"Kalau pakai mesin roasting kan 15 menit bisa siap, kalau ini bisa sampai satu hingga dua jam," terangnya.