Gempa Guncang Pasaman Barat
Pascagempa, Sekolah di Kecamatan Talamau Masih Diliburkan hingga Masa Tanggap Darurat Berakhir
Semua sekolah di Kecamatan Talamau Kabupaten Pasaman Barat masih diliburkan hingga berakhirnya masa tanggap darurat.
Penulis: Wahyu Bahar | Editor: Rizka Desri Yusfita
Laporan Wartawan TribunPadang.com, Wahyu Bahar
TRIBUNPADANG.COM, PASAMAN BARAT- Semua sekolah di Kecamatan Talamau Kabupaten Pasaman Barat Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) masih diliburkan hingga berakhirnya masa tanggap darurat bencana pada 10 Maret 2022 mendatang.
Hal tersebut diungkapkan oleh Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pasaman Barat, Agusli pada, Senin (7/3/2022) siang.
Agusli menyampaikan, hampir 100 persen sekolah di Kecamatan Talamau terdampak pascagempa bumi berkekuatan M 6,1 mengguncang Pasaman Barat pada, Jumat (25/2/2022) pagi.
"Khusus Kecamatan Talamau yang paling terimbas dan dekat dengan sumber gempa, sekolah diliburkan hingga masa tanggap darurat berakhir," ujar Agusli.
Baca juga: Update Kerusakan Sekolah Pasca Gempa di Pasaman Barat: 20 SD, 3 TK/ Paud, 4 SMP, Mengalami Kerusakan
Baca juga: Pasca Gempa, Ratusan Pelajar di Pasaman Masih Libur, Pemkab Mulai Bangun Ruang Belajar Sementara
Sementara, kata dia, sekolah-sekolah lain yang berada di 10 kecamatan, selain Kecamatan Talamau, tetap melaksanakan pembelajaran tatap muka (PTM) seperti biasa.
"PTM tidak ada terhenti di 10 kecamatan, selain Kecamatan Talamau. Tiga hari pascagempa, sekolah yang mengalami rusak ringan tetap beraktivitas seperti biasanya," ujar Agusli.
Ia mengatakan, jikapun masa tanggap darurat diperpanjang, pihaknya telah mempersiapkan pembelajaran di masa darurat.
Dan kesiapan itu, kata dia, juga tergantung ketersediaan tenda yang akan digunakan di setiap sekolah yang terdampak.
"Tergantung kesiapan tenda yang sudah kita ajukan ke Kemendikbud," lanjutnya.
Selain itu, kata dia, selama tanggap darurat pihaknya juga telah mengidentifikasi kondisi siswa, dan pendataan bangunan yang terdampak gempa.
Kegiatan trauma healing secara maraton juga dilakukan di tenda-tenda pengungsian.
Selain dilakukan oleh guru, kegiatan trauma healing dibantu juga dari pemerhati pendidikan, serta lembaga swadaya masyarakat (LSM), organisasi kemasyarakatan serta kepemudaan. (*)