Gempa Guncang Pasaman Barat
Cerita Weni Saat Melihat Langsung Masjid Raya Kajai Roboh, Ada Suara Gemuruh & Turut Tertimpa Puing
Masjid Raya Kajai di Nagari Kajai, Kecamatan Talamau, Kabupaten Pasaman Barat, Provinsi Sumatra Barat (Sumbar) kini tinggal puing.
Penulis: Muhammad Fuadi Zikri | Editor: Rizka Desri Yusfita
Laporan Reporter TribunPadang.com, Muhammad Fuadi Zikri
TRIBUNPADANG.COM, PASAMAN BARAT - Masjid Raya Kajai di Nagari Kajai, Kecamatan Talamau, Kabupaten Pasaman Barat, Provinsi Sumatra Barat (Sumbar) kini tinggal puing.
Salah satu masjid besar nagari itu sebelumnya ambruk bersamaan dengan beberapa rumah di daerah itu setelah diguncang gempa pada, Jumat (25/2/2022) pagi.
Satu orang lansia (lanjut usia) bernama Yunismar, berusia sekitar 73 tahun ditemukan meninggal dunia tertimpa reruntuhan masjid.
Yunismar telah berhasil dievakuasi pada Jumat malam, sekira pukul 21.00 WIB dengan satu alat berat.
Baca juga: Perjuangan Syafril, Hujan-hujan Bawakan Baju untuk Dua Putrinya di Tenda Pengungsian
Baca juga: Yusar Ceritakan Detik-Detik Gempa Guncang Pasaman Barat hingga Kepalanya Robek Akibat Runtuhan Rumah
Weni (45) yang tinggal tepat di depan masjid pun mengisahkan detik-detik ambruknya tempat ibadah itu.
"Ketika itu saya berada di dalam rumah," ujarnya saat awal bercerita kepada TribunPadang.com, Sabtu (26/2/2022) kemarin.
Weni menuturkan saat gempa pertama terjadi, yaitu berkekuatan Magnitudo 5,2, ia langsung kabur ke luar rumah.
Ia bersama warga lainnya yang tengah sibuk dengan aktivitas rumah kaget dengan guncangan gempa yang disertai suara gemuruh.
"Saat gempa pertama, bangunan belum hancur, bangunan hancur saat gempa yang kedua," ungkapnya.
Weni melanjutkan, gempa kedua dirasakannya ketika ia baru saja hendak masuk rumah.
Ketika itu ia kembali lari keluar rumah dan begitu pula dengan tetangganya dan warga lain disepanjang jalan.
Gempa kedua yang terjadi, Weni menyebut agak berbeda dengan gempa yang pertama.
Selain guncangan dan suara gemuruh yang lebih kencang, bangunan di sekitar ia lihat menggelombang.
"Sebelum roboh, masjid itu bergelombang-gelombang," ucapnya.

Weni menyebut saat masjid itu runtuh ia juga turut tertimpa puing-puing bangunan masjid.
"Saya ketika itu memang dekat dengan bangunan masjid itu, jadi ikut tertimpa sedikit di bagian lengan," terangnya.
Setelah gempa selesai, lanjut Weni, ia pun memeriksa tangannya ke tim medis.
"Kata tim medis, ada keretakan di bahu saya, alhamdulillah tidak patah."
"Petugas memberi saya obat dan dikasih penopang tangan ini," tutur Weni sembari melihatkan tanganya.
Saat ini, kata Weni, kondisi tangannya sudah membaik meski agak sulit digerakkan.

Baca juga: Pengungsi Lansia yang Wafat di Pasaman Barat Dimakamkan di Panyabungan Sumut, Keluarga Ungkap Alasan
Soal Yunismar, Weni menambahkan, saat itu korban hendak mengikuti pengajian yang akan digelar di masjid tersebut.
Korban memang datang lebih awal dari jadwal yang ditetapkan pada pukul 09.00 WIB
"Jadi ada empat orang di dalam masjid, tiga lainnya berhasil keluar, sedangkan korban tidak," katanya.
Weni menuturkan korban memang sudah sangat tua sehingga tak dapat berlari kencang untuk menyelamatkan diri.
Pada saat kejadian itu, situasi menjadi mencekam, warga yang selamat langsung lari ke atas puing masjid mencoba melihat keadaan korban.
"Korban ini tinggal tidak jauh dari masjid ini, beberapa meter ke arah atas (ke arah Talu)," tutupnya. (*)