Kota Pariaman
Pengelola Objek Wisata Sawah di Pariaman Pertahankan Agar Tetap Viral, Sajikan Kesenian Tradisional
Tak jarang sebuah destinasi wisata hanya viral sesaat saja. Polanya lebih kurang sama, yakni heboh atau viral di media sosial, lalu diserbu oleh wisa
Penulis: Wahyu Bahar | Editor: Emil Mahmud
TRIBUNPADANG.COM, PARIAMAN - Tak jarang sebuah destinasi wisata hanya viral sesaat saja. Polanya lebih kurang sama, yakni heboh atau viral di media sosial, lalu diserbu oleh wisatawan, kemudian lenyap dan sepi kunjungan.
Hal tersebut diamini oleh pengelola wisata sawah 'Fajar Rezeki Illahi' di Kota Pariaman, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar).
Diketahui, pengelolaan objek wisata sepenuhnya dilaksanakan oleh BUMDes Desa Pauh Timur bernama Al Fajar.
Direktur BUMDes sekaligus pengelola objek wisata ini, Idrian mengatakan bahwa pihaknya sudah menyusun matang-matang konsep yang disajikan di destinasi wisata yang baru diresmikan pada akhir Desember 2021 lalu itu.
Konsep tersebut menurutnya yang akan menepis tren viral sesaat sebuah objek wisata.
Idrian menjabarkan, setidaknya ada dua konsep yang mendukung hal itu, yakni pelayanan dan Inovasi serta kreasi.
Ia memberikan contoh pelayanan-pelayanan yang diberikan kepada pengunjung.
Baca juga: Belum Genap Satu Bulan, Objek Wisata Sawah di Kota Pariaman, Sukses Raup Omzet Rp 25 Juta

Baca juga: Objek Wisata Sawah di Pariaman, Kasifah Tahunya dari Instagram, sedangkan Puja Ngaku Dapatkan TikTok
"Pola yang kami sajikan, terutama bagi pengunjung yang datang dari lokal atau luar Pariaman, yakni memberikan arahan spot foto terbaik di lokasi ini kepada pengunjung," kaya Idrian, Selasa (25/1/2022).
"Kami melihat dulu cara mereka (pengunjung) berfoto, misalnya di tempat-tempat tertentu kami dipandu untuk berfoto di spot yang menurut kami paling bagus, sehingga hasil fotonya bagus dan orang yang melihat foto itu di media sosial menjadi tertarik untuk datang ke sini," tambah dia.
Kemudian pelayanan yang diberikan kepada pengunjung ialah fasilitas yang bisa dipinjam oleh pengunjung sebagai aksesoris dalam menikmati keindahan yang ada.
Misalnya, pengunjung dapat menggunakan tuduang (caping bagi petani untuk ke sawah), bakul untuk aksesoris foto, dan juga kipas yang terbuat dari anyaman bambu.
Selain itu, kata dia, juga ada dua buah gazebo sebagai tempat berteduh dan beristirahat bagi pengunjung.
Kemudian, pengunjung juga dapat memakai fasilitas karaoke yang dapat disewa kepada pengelola.

Konsep Inovasi dan Kreasi
Inovasi dan kreasi menurut Idrian sangat penting untuk keberlangsungan sebuah objek wisata.
Ia mengatakan, inovasi dan kreasi ini sudah mulai diterapkan, dan akan terus dilakukan oleh pihaknya.
"Tiap bulan akan ada inovasi dan kreasi yang berbeda. InsyaAllah bulan depan kami merencanakan pengadaan kolam bola untuk anak-anak, di dekat spot utama," kata dia.
Nantinya, ujar dia, kolam bola itu juga akan diberi hiasan lampu pada malam hari.
Seiring berjalannya nanti, pihaknya juga sudah merencanakan rehab untuk pengadaan terowongan untuk spot siang hari.
"Dengan adanya terowongan itu akan ada taman bunga di dalamnya, dan akan dipasang lampu hujan, jadi suasana malam hari semakin asyik," imbuh Direktur BUMDes Al Fajar ini.
Tak hanya itu, kedepannya BUMDes sebagai pengelola akan menyiasati sebuah spot foto baru di arah jalan keluar objek wisata ini.
Kata dia, pengunjung akan mendapatkan sensasi berfoto seakan-akan tidur di atas padi.
Ia menjanjikan, setiap bulannya akan ada inovasi dan kreasi di objek wisata sawah yang sedang viral itu.
Dikatakannya, kreasi yang diupayakan akan hadir di sana secara terus menerus ialah adanya penampilan kesenian.
"Penampilan kesenian ini telah mulai dilaksanakan dua pekan sebelum yang lalu, tepatnya pada hari Sabtu, saat itu kita tampilkan gandang katumbak berkolaborasi dengan musik organ," ungkap Idrian.
"Kemudian pada hari Sabtu kemarin juga ada penampilan gandang tasa dari masyarakat setempat," lanjutnya.
Sedangkan, untuk Sabtu pekan ini, sesuai rencana akan dihiasi oleh musik yang lebih berwarna lagi, namun kata dia tergantung kondisi cuaca. Jika cuaca bagus akan diselenggarakan.
Idrian menuturkan, pihaknya juga punya pilihan seandainya tidak bisa menyajikan kesenian tradisional.
Menghadirkan mini band menurutnya adalah sebuah opsi, yang terpenting menurutnya, pengunjung nyaman, aman, dan tak ada gangguan.
Selanjutnya, ia menguraikan gambaran target di objek wisata tersebut.
"Kami menggunakan pola, pada bulan Januari 2022 pengunjung datang, pada Februari pengunjung akan bertambah," ucap dia.
"Maret diprediksi akan sepi karena bulan puasa, namun menjelang bulan puasa kami akan coba hadirkan pedagang yang menjual pabukoan," terang Idrian.
Jadi, kata dia, semua konsep tersebut diharapkan berdampak terhadap perkembangan lokasi ini, agar tentunya tetap dilirik oleh wisatawan, dan tak hanya viral sesaat.(TribunPadang.com/ Wahyu Bahar).