Festival Panen Raya Nusantara KKI Warsi dan Unand, Ajang Pertemuan Kelompok Usaha Perhutanan
Sebanyak 42 unit usaha perhutanan sosial bertemu untuk meningkatkan akses pasar melalui kegiatan beranda temu usaha yang berlangsung di Kota Padang
Penulis: Rizka Desri Yusfita | Editor: Mona Triana
“Dalam kegiatan ini difasilitasi bertemunya antara produsen dengan market."
"Selama ini bagi pelaku usaha komunitas, pasar itu seperti diselimuti kabut yang artinya masyarakat sulit memastikan komoditas yang kita produksi akan laku atau tidak,” tambahnya.
Baca juga: Dana Hibah dari Pemprov Sumbar untuk Laboratorium FK Unand Masih Berproses
Baca juga: Reaksi Gubernur Sumbar Mahyeldi Dianggap Tak Peduli dengan Labor FK Unand: Silakan Saja!
Menjawab tantangan tersebut, KKI Warsi menjalin hubungan kerja sama dengan Universitas Andalas melalui penandatangan MOU pada saat pembukaan Festival Parara.
Kedepannya diharapkan kerja sama kedua lembaga ini menjawab persoalan kelompok usaha masyarakat.
Di sisi lain, Kelompok Usaha Kompos LPHN Pakan Rabaa mengungkapnya, komunitasnya telah memproduksi sebanyak 15 ton pupuk kompos.
Kelompok usaha itu telah memproduksi pupuk kompos dari peternakan sapi yang berjumlah 17 ekor.
"Saat ini pupuk kompos LPHN Pakan Rabaa telah digunakan oleh masyarakat di Pasar Rabaa untuk bertani cabai dan sawah," ungkap Elvita anggota KUPS Kompos LPHN Pakan Rabaa.
Begitu juga dari segi produk Agroindustri yang telah memiliki pasar yaitu kerupuk udang dari Kelompok Usaha Wanamina Kuala Tungkal, Jambi.
Kelompok usaha ini mengolah udang yang hidup di kawasan hutan mangrove.
"Kerupuk udang adalah hasil olahan udang di sekitar hutan mangrove. Kualitas kerupuk dari udang di hutan mangrove lebih bagus lebih dibandingkan udang pantai."
"Keunggulan produk salah satunya 1 kg kerupuk berasal dari 2 kg udang segar, jadi udangnya lebih terasa," ujar Sulaiman salah seorang anggota Kelompok Usaha Wana Mina. (*)