Festival Panen Raya Nusantara KKI Warsi dan Unand, Ajang Pertemuan Kelompok Usaha Perhutanan
Sebanyak 42 unit usaha perhutanan sosial bertemu untuk meningkatkan akses pasar melalui kegiatan beranda temu usaha yang berlangsung di Kota Padang
Penulis: Rizka Desri Yusfita | Editor: Mona Triana
Laporan Wartawan TribunPadang.com, Rizka Desri Yusfita
TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Sebanyak 42 unit usaha perhutanan sosial bertemu untuk meningkatkan akses pasar melalui kegiatan beranda temu usaha yang berlangsung di Kota Padang, Rabu (22/12/2021).
Pertemuan ini dikemas dalam acara Festival Panen Raya Nusantara (Parara) yang terdiri atas gabungan 27 NGO di Indonesia, yang pada tahun ini untuk regional Sumatera dikoordinasikan oleh Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi.
Baca juga: Epidemiolog Unand Defriman Djafri Soal Varian Omicron: Sumbar Harus Cepat Mendeteksi Melalui Uji WGS
Baca juga: Antisipasi Gelombang Ke-3 Covid-19, Sumbar Dapat Hibah 1.200 Tabung Oksigen untuk Pemprov & RS Unand
Direktur Kelompok Konservasi Indonesia (KKI) Warsi Rudi Syaf mengatakan kegiatan ini bertujuan untuk membantu meningkatkan dan memperluas pemasaran produk hasil usaha komunitas di tingkat regional, nasional dan internasional.
Serta mendorong praktik ekonomi yang berbasis lingkungan, budaya dan sosial.
Mengingat pada 2021 ini kondisi pandemi masih belum terkendali, kegiatan festival dilaksanakan secara online di tingkat nasional serta offline di tingkat regional.
Baca juga: Beragam Motivasi Mahasiswa Asing Belajar Bahasa Indonesia di Unand
Baca juga: BKSDA Sumbar Kembalikan 3 Satwa Dilindungi ke Alamnya di Hutan Pendidikan Biologi Unand
Dalam pertemuan ini, para pengelola usaha perhutanan sosial membawa sejumlah produk andalan yang dibagi ke dalam tiga ketegori yaitu usaha kopi, hasil hutan bukan kayu dan agro industri dari Jambi dan Sumatera Barat.
Festival Parara menampilkan produk dari kelompok usaha masyarakat yang meliputi kopi, rotan manau dan madu serta beras organik.
Selain itu ada pula usaha berbasis Agroindustri seperti sirup pala, minyak kemiri, kerupuk udang, dan selai buah kerben.
Baca juga: LPPM Unand Gelar Pelatihan Digital Marketing dan Manajemen, Tingkat Pemasaran UMKM Istana Rendang
Baca juga: Pembacaan Ayat Suci Alquran dan Lagu Indonesia Raya, Tandai Pengukuhan Pengurus DPP IKA Unand
“Parara sudah berjalan secara serial dari tahun 2018. Dulu terpusat di Jakarta, sekarang kita memecahnya berdasarkan wilayah, sekarang di Padang untuk produk komunitas dari Sumbar dan Jambi."
"Parara akan membuka ruang antara pelaku bisnis tingkat lokal untuk salin berinteraksi harapannya tercipta pasar,” kata Rudi Syaf.
Ia juga menyampaikan acara ini diselenggarakan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh kelompok usaha perhutanan sosial.
Baca juga: Sempat Diselamatkan Warga Kota Padang, BKSDA Sumbar Lepaskan Trenggiling ke Hutan Biologi Unand
Baca juga: Fakultas Ilmu Budaya Unand Berduka, Doktor Gusdi Sastra Meninggal Dunia di RSUP M Djamil Padang
Ada 6 tantangan pengembangan usaha komunitas, diantaranya keterbatasan manajemen kelompok dalam menjalankan usaha dan keterbatasan untuk mengakses teknologi untuk pengembangan produk.
Lalu, keterbatasan akses pasar, kendala perizinan produk, keterbatasan ketersediaan modal dan akses modal, dan keterbatasan pelaku usaha untuk menjaga kualitas produk.
Baca juga: Fakultas Ilmu Budaya Unand Berduka, Doktor Gusdi Sastra Meninggal Dunia di RSUP M Djamil Padang
Baca juga: Perbaikan Jalan di Lingkungan Kampus Unand Padang Telan Anggaran Rp 7,2 M, Rektor Sebut Pakai Beton
Kata dia, Festival Parara merupakan salah satu cara untuk menjawab tantangan usaha komunitas untuk akses pasar.
Selama ini produsen mampu menghasilkan produk, tetapi masih memiliki kendala dalam memasarkan hasil produksi.
“Dalam kegiatan ini difasilitasi bertemunya antara produsen dengan market."
"Selama ini bagi pelaku usaha komunitas, pasar itu seperti diselimuti kabut yang artinya masyarakat sulit memastikan komoditas yang kita produksi akan laku atau tidak,” tambahnya.
Baca juga: Dana Hibah dari Pemprov Sumbar untuk Laboratorium FK Unand Masih Berproses
Baca juga: Reaksi Gubernur Sumbar Mahyeldi Dianggap Tak Peduli dengan Labor FK Unand: Silakan Saja!
Menjawab tantangan tersebut, KKI Warsi menjalin hubungan kerja sama dengan Universitas Andalas melalui penandatangan MOU pada saat pembukaan Festival Parara.
Kedepannya diharapkan kerja sama kedua lembaga ini menjawab persoalan kelompok usaha masyarakat.
Di sisi lain, Kelompok Usaha Kompos LPHN Pakan Rabaa mengungkapnya, komunitasnya telah memproduksi sebanyak 15 ton pupuk kompos.
Kelompok usaha itu telah memproduksi pupuk kompos dari peternakan sapi yang berjumlah 17 ekor.
"Saat ini pupuk kompos LPHN Pakan Rabaa telah digunakan oleh masyarakat di Pasar Rabaa untuk bertani cabai dan sawah," ungkap Elvita anggota KUPS Kompos LPHN Pakan Rabaa.
Begitu juga dari segi produk Agroindustri yang telah memiliki pasar yaitu kerupuk udang dari Kelompok Usaha Wanamina Kuala Tungkal, Jambi.
Kelompok usaha ini mengolah udang yang hidup di kawasan hutan mangrove.
"Kerupuk udang adalah hasil olahan udang di sekitar hutan mangrove. Kualitas kerupuk dari udang di hutan mangrove lebih bagus lebih dibandingkan udang pantai."
"Keunggulan produk salah satunya 1 kg kerupuk berasal dari 2 kg udang segar, jadi udangnya lebih terasa," ujar Sulaiman salah seorang anggota Kelompok Usaha Wana Mina. (*)