Kisah Buyuang Amai, Penjual Sapu Lidi di Guguak 50 Kota, Tak Bisa Melihat, Butuh Rumah Layak Huni
Namanya Wardi Peri, akrab disapa Buyuang Amai. Usianya tak muda lagi. Sekitar 67 tahun. Setiap hari ia berangkat dari rumahnya di Guguak Lima Puluh
Penulis: Rizka Desri Yusfita | Editor: Mona Triana
Buyuang Amai lebih memilih mendapatkan uang yang sedikit, namun dari kerja kerasnya sendiri, dibandingkan mendapatkan uang banyak namun dari belas kasihan orang.
Ia juga anak satu-satunya. Tidak ada lagi sepeninggalan ibunya. Kadang-kadang keluarga dari ibunya yang bantu. Tapi itu tidak bisa terus-menerus.
Baca juga: Kisah Nenek Martini Hidupi 2 Cucu yang Ditinggal Orang Tua di Padang, Hampir Diusir dari Kontrakan
Baca juga: Kisah Seorang Ibu di Padang Pariaman, Hidupi 3 Orang Anak, Penghasilan Rp 30 Ribu Sehari
"Kadang-kadang terlupa. Keluarganya juga kurang mampu."
"Namun beliau tidak mau minta-minta, beliau maunya berusaha," ungkap Almuhsinin.
Almuhsinin menambahkan, rumah Buyuang Amai sekarang harus diperbaiki sesuai dengan kebutuhan dan ramah bagi beliau yang seorang tunanetra.
Baca juga: Kisah Zulkan: Driver Pariwisata yang Beralih Jadi Pengusaha Kuliner di Kamang Mudiak, Agam
Baca juga: Tulislah Pesan yang Terdapat pada Dongeng Kisah Petani dan Anak Harimau!
Sebab, sangat berbahaya jika beliau menempati rumah yang tidak layak huni tersebut.
"Harapannya ada sedikit bantuan kamar mandi yang posisinya di dalam kamar. Sekarang saja, ambil air harus ke belakang rumah, tidak ada pembatas, sangat berbahaya bagi beliau," tukas Almuhsinin.
Jika Tribunners ingin membantu bisa via rekening BSI Aksi Cepat Tanggap di nomor 717 888 1005 atau via Tautan IndonesiaDermawan.id/RumahBuyuangAmai. (*)