Gadis di Pariaman Sakit Setelah Divaksin, Kepala RS Sadikin Belum Bisa Memastikan Penyebabnya
Belum bisa memastikan sakit yang diderita Adinda (17) warga Desa Bato adalah kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) 2 jam setelah suntik vaksin.
Penulis: Wahyu Bahar | Editor: Saridal Maijar
Laporan Wartawan TribunPadang.com, Wahyu Bahar
TRIBUNPADANG.COM, PARIAMAN - Kepala Rumah Sakit Sadikin Pariaman, dr Arlina Azra menyampaikan bahwa, pihaknya belum bisa memastikan sakit yang diderita Adinda (17) warga Desa Bato adalah kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) 2 jam setelah suntik vaksin.
Sebelumnya, diketahui bahwa Adinda mengalami sakit, 2 jam setelah disuntik vaksin di Pustu Talago Sarik Desa Talago Sariak, Kecamatan Timur pada hari Sabtu (21/8/2021).
Sakit yang dideritanya ialah nyeri dan bengkaknya payudara sebelah kanannya.
Baca juga: Pertimbangan Penditribusian Vaksin, Nadia: Jumlah Penduduk, Kasus Positif hingga Mutasi Virus
"Kita belum bisa memastikan apakah sebelumnya anak ini (Adinda) punya primer di dalam payudaranya, kita tidak tahu, dan bisa jadi dia sendiri juga tidak tahu," ujar dr Arlina.
Ia mengatakan, bahwa juga sudah menanyai rekan nakesnya di Kota Padang, mengenai apakah pernah ada kasus post vaksinasi seperti ini.
"Sejauh ini dia belum mengonfirmasi adanya kasus serupa, bisa jadi ini kasus pertama, tentunya harus dipelajari lebih lanjut," kata dr Arlina.
Ia melanjutkan, satu-satunya teori yang mungkin ada hubungannya dengan kasus ini ialah terkait respon tubuh terhadap benda asing yang masuk.
Baca juga: Serbuan Lanjutan Vaksinasi di Pesisir Selatan, BIN Sasar Santri, Pelajar dan Masyarakat
"Yang kita suntikkan itu kan benda asing oleh tubuh, apapun benda asing yang dimasukkan ke dalam tubuh, pasti tubuh meresponnya, justru tubuh yang merespon tersebut menandakan kita sehat," ucap dia.
Lebih lanjut dikatakannya, terhadap orang yang imunnya kurang, atau daya tahan tubuh yang lemah, tubuhnya tidak akan merespon.
"Contohnya kalau kita sehat, ada virus atau bakteri kita akan bersin atau batuk, tandanya kita punya daya tahan tubuh, itu adalah suatu bentuk respon awal tubuh," kata dia.
"Kembali lagi, saya belum memastikan itu KIPI ya, tidak bisa kita menjawab kasus ini pasti karena vaksin, harus ada penelitian lebih lanjut, karena vaksin virus ini baru, dan bentuk kejadian yang dialami Adinda tidak lumrah," ucapnya.
Kemudian kata dia, menurut teori KIPI yang sering terjadi itu ialah pingsan, pusing, yang sifatnya sistemik.
Baca juga: Evaluasi Wajib Vaksin bagi Wisatawan Padang, Arfian: Pengunjung Destinasi Wisata Jadi Berkurang
"Kalau kasus ini sifatnya bukan sistemik, lokal di situ, sedangkan paling banyak kejadian lokal itu di sekitar lengan tempat disuntikkannya vaksin, efeknya misalnya bengkak atau memerah, bukan di payudara," lanjutnya.
"Yang jadi pertanyaannya adalah kenapa di payudaranya bengkak tapi di sekitar lenggannya tidak," imbuh dia.
"Kalaupun itu karena vaksin, satu-satunya kemungkinan karena adanya faktor pemicu ketika kita menyuntikkan benda asing ke tubuh, tapi ada mediator di dalam tubuhnya si anak ini, apakah dia dulu pernah ada gangguan hormonal, hormon yang tidak stabil, apakah dia sedang di masa awal menstruasi, karena beberapa orang cendrung alami bengkak di bagian payudara menjelang menstruasi, tapi ndak semua anak-anak juga, bisa jadi tanpa ada gangguan, karena ada faktor hormon, maka payudaranya membengkak, tapi itu sifatnya sementara," terang dia.
Baca juga: Baru 22,16 Persen Remaja Divaksin, Diskes Padang Panjang Gelar Gebyar Vaksin untuk SMP SMA
Ia melanjutkan, kemungkinan ada kecendrungan mengenai gangguan hormon itu, ditambah lagi ada vaksin yang dimasukkan ke tubuh.
"Kita harus pastikan dulu anak ini sebelum vaksin bagaimana, harus kita tahu secara individualnya, apakah ada unstabilitas hormonnya," ujar dia.
Selanjutnya ia menyampaikan, sudah berkoodinasi dengan dokter yang memeriksa Adinda, dokter tersebut menyampaikan bahwa setelah diberi obat di IGD bengkaknya tidak lagi, tapi saat dilakukan pemeriksaan fisik Adinda merasa nyeri.
Adinda sudah kontrol kembali pada hari Senin (30/8/2021) ke RS Sadikin, kata dr. Arlina, dari keterangan dokter yang bersangkutan sakit yang dialami Adinda hanya tinggal nyeri saja, kemudian ia juga tidak bisa memastikan atau mendiagnosa hal tersebut, apakah memang gejala ikutan dari vaksin.
“Sejauh ini KIPI berupa itu memang belum pernah ditemui di Pariaman, saya akan coba konfirmasi ke RS M Djamil Padang, karena KIPI vaksin ini pusatnya disana, saya bantu mencari informasi kesana, siapa tahu mereka sudah punya data,” imbuhnya.
Kelapa RS Sadikin ini mengungkapkan bahwa akan mengusahakan untuk berkonsultasi langsung ke spesialis imun, karena sepertinya juga berhubungan dengan imunitas.
“Kalau menurut saya, sekarang kita belum bisa memastikan itu apakah itu memang karena vaksin atau tidak, yang jelas sifatnya tidak permanen, setelah diterapi tinggal nyeri saja, nanti kalau nyerinya juga iudah hilang tak ada masalah lagi,” katanya.
Ia mengaku pihaknya terus mengawasi Adinda, jika saja Adinda punya keluhan lagi, maka ia akan di kontrol atau diperiksa kembali. (*)