Gadis di Pariaman Sakit Setelah Divaksin, Kepala RS Sadikin Belum Bisa Memastikan Penyebabnya
Belum bisa memastikan sakit yang diderita Adinda (17) warga Desa Bato adalah kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) 2 jam setelah suntik vaksin.
Penulis: Wahyu Bahar | Editor: Saridal Maijar
"Kalaupun itu karena vaksin, satu-satunya kemungkinan karena adanya faktor pemicu ketika kita menyuntikkan benda asing ke tubuh, tapi ada mediator di dalam tubuhnya si anak ini, apakah dia dulu pernah ada gangguan hormonal, hormon yang tidak stabil, apakah dia sedang di masa awal menstruasi, karena beberapa orang cendrung alami bengkak di bagian payudara menjelang menstruasi, tapi ndak semua anak-anak juga, bisa jadi tanpa ada gangguan, karena ada faktor hormon, maka payudaranya membengkak, tapi itu sifatnya sementara," terang dia.
Baca juga: Baru 22,16 Persen Remaja Divaksin, Diskes Padang Panjang Gelar Gebyar Vaksin untuk SMP SMA
Ia melanjutkan, kemungkinan ada kecendrungan mengenai gangguan hormon itu, ditambah lagi ada vaksin yang dimasukkan ke tubuh.
"Kita harus pastikan dulu anak ini sebelum vaksin bagaimana, harus kita tahu secara individualnya, apakah ada unstabilitas hormonnya," ujar dia.
Selanjutnya ia menyampaikan, sudah berkoodinasi dengan dokter yang memeriksa Adinda, dokter tersebut menyampaikan bahwa setelah diberi obat di IGD bengkaknya tidak lagi, tapi saat dilakukan pemeriksaan fisik Adinda merasa nyeri.
Adinda sudah kontrol kembali pada hari Senin (30/8/2021) ke RS Sadikin, kata dr. Arlina, dari keterangan dokter yang bersangkutan sakit yang dialami Adinda hanya tinggal nyeri saja, kemudian ia juga tidak bisa memastikan atau mendiagnosa hal tersebut, apakah memang gejala ikutan dari vaksin.
“Sejauh ini KIPI berupa itu memang belum pernah ditemui di Pariaman, saya akan coba konfirmasi ke RS M Djamil Padang, karena KIPI vaksin ini pusatnya disana, saya bantu mencari informasi kesana, siapa tahu mereka sudah punya data,” imbuhnya.
Kelapa RS Sadikin ini mengungkapkan bahwa akan mengusahakan untuk berkonsultasi langsung ke spesialis imun, karena sepertinya juga berhubungan dengan imunitas.
“Kalau menurut saya, sekarang kita belum bisa memastikan itu apakah itu memang karena vaksin atau tidak, yang jelas sifatnya tidak permanen, setelah diterapi tinggal nyeri saja, nanti kalau nyerinya juga iudah hilang tak ada masalah lagi,” katanya.
Ia mengaku pihaknya terus mengawasi Adinda, jika saja Adinda punya keluhan lagi, maka ia akan di kontrol atau diperiksa kembali. (*)