Ngobrol Bareng Dedi Vitra Johor, Penulis Buku 'Knock Out': 21 Kisah Inspiratif
Lewat buku "Knock Out", kata dia, penulis bercerita tentang pahit getir kehidupan mereka dari membangun bisnis, lalu terpuruk, hingga terjadi sesuatu.
Penulis: Rizka Desri Yusfita | Editor: Saridal Maijar
Laporan Wartawan TribunPadang.com, Rizka Desri Yusfita
TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Masa pandemi Covid-19 memang berat bagi semua orang.
Ruang gerak dibatasi, banyak waktu luang, namun waktu itu tidak disia-siakan oleh Dedi Vitra Johor dan kawan-kawan.
Mereka tetap berkarya dan berkreasi di tengah pandemi Covid-19.
Baca juga: Cerita Agnez Monica Tolak Tawaran Dengan Bayaran 1M Hingga Berniat Rehat dari Dunia Entertain
Bersama PT Litera Mediatama, Dedi dan kawan-kawan telah menerbitkan buku berjudul "Knock Out" November 2020 lalu.
Buku tersebut ditulis berdasarkan kisah nyata dari 21 orang dengan beragam latar belakang.
Di antaranya Mardigu WP, Ira Pohan, Ihsan, Dedi Johor, Ust. Ali, dr, Farhan, Haersyah, Sarju, Satrio, Irfan, Destaza, Zaki, Riyadin, Habibah, Handiyoko, Iwan, Ilham, Nensi, Prapto, Zhakiyah, dan Darwan.
Dalam buku tersebut banyak kisah inspiratif yang bisa dipetik.
Dedi Vitra Johor berkesempatan menceritakan sepenggal kisah dari seluruh kisah inspiratif itu kepada wartawan di Padang, Kamis (7/1/2021).
Baca juga: Pembunuh Janda Muda di Palembang Masih Buron, Polisi Bentuk Tim Khusus Pemburu Pelaku
Lewat buku "Knock Out", kata dia, penulis bercerita tentang pahit getir kehidupan mereka dari membangun bisnis, lalu terpuruk, hingga terjadi sesuatu hal yang luar biasa.
"Kisah nyata ini di dalamnya ada saya, seorang pebisnis, dokter spesialis anestesi, pengusaha, ASN, hingga ibu rumah tangga," kata Dedi Vitra Johor.
Semua mereka berkolaborasi melahirkan sebuah karya di masa pandami Covid-19, selama kurang dari tiga bulan.
Awal Menulis Buku
Soal awal menulis buku "Knock Out", Dedi bercerita, ia tergabung dalam Komunitas Milionaire Midset Boot Camp (MMBC) bersama 20 penulis lainnya.
Dia berkumpul lebih dari 600 orang selama dua hari satu malam.
Dalam seminar tersebut, menurutnya ada sejumlah orang yang memiliki vibrasi yang sama.
Baca juga: Mantan Gelandang Persiraja Banda Aceh Merumput di Liga UEA, Bruno Dybal Berkostum Masfout Club
"Ada 21 orang dengan satu getaran pikiran ingin bertumbuh. Kami ingin menceritakan kelam masa lalu," tutur Dedi.
Saat ini buku "Knock Out" sudah sampai di Banda Aceh hingga Merauke.
"Buku tersebut mengupas tuntas, menghajar hati paling dalam dan pikiran tentang mindset yang ada di diri kita," tambah Dedi.
Dalam buku "Knock Out" Dedi Vitra Johor menulis tentang getaran energi menjadi magnet rezeki.
Sebagai penulis buku, Dedi Vitra Johor menceritakan judul tersebut tidak lepas dari pengalamannya, bagaimana dirinya mengalami trauma.
Baca juga: Sempat Tunda Pernikahan, Felicya Angelista dan Caesar Hito Akan Segera Menikah
"Ini berkaitan dengan kisah pribadi, yang kami coba ungkap, karena tidak selamanya yang menjadi kelemahan dan kekurangan, itu akan menjadi kelemahan terus di masa yang akan datang," ucap pria yang tak bisa menyebut huruf r ini.
Menurut Dedi Vitra Johor, kelemahan dan kekurangan itu bukanlah kondisi nyata, itu hanya asumsi terhadap diri sendiri.
Dedi Vitra Johor mengaku, saat masih sekolah dasar, ia termasuk orang yang ceria. Bahkan mampu menamatkan proses belajar selama 5 tahun saja.
Namun ketika masuk SMP, ada satu hal kecil yang membuat ia dibully yakni gemetaran ketika tampil di satu iven.
Baca juga: Mr X Ditemukan Meninggal Dunia di Perairan Pulau Pisang Kota Padang, Diselidiki Ada Bercak Darah
Dia dibully kawan-kawannya dengan sebutan Gempa-Man.
Hal itulah yang menjadikan Dedi sosok pribadi yang introvert.
Jangankan untuk tampil di panggung, menegur perempuan saja ia tak berani.
Dia begitu takut karena ia berpendapat orang-orang punya pemikiran negatif yang cukup besar.
"Saya sadar itu asumsi yang salah," ujarnya.
Baca juga: UPDATE Harga HP Xiaomi Terbaru 7 Januari 2021, Mi Note 10, Redmi Note 9 Pro hingga Poco X3 NFC
Ia mengatakan ada satu momen yang ia ingat ketika ibunya berkata "Kalau kamu masih mau menjadi pribadi seperti itu. Itu adalah masa lalu kamu."
Orangtua selalu meyakinkan dia bahwa masa lalu hanya masa lalu. Jangan dijadikan itu sebagai patokan. Melihat itu ke depan, jangan lihat pakai kaca spion, ke belakang.
Setelah itu Dedi melihat sebenarnya ia punya potensi.
Makanya ketika kuliah, Dedi mulai berubah dan bangkit dari keterpurukannya. Dia yang dulunya benci berdiri di panggung, sekarang justru hampir sering berdiri di panggung di berbagai kota di Indonesia.
Baca juga: Daswanto Dilantik Menjadi Anggota DPRD Sumbar, Gantikan Almarhum Syahrul Furqon
Bahkan ia menjadi seorang CEO PT ASB yang fokus pada konsultan bisnis dan training bagi pelaku usaha di seluruh Indonesia.
Dedi juga menyampaikan, lingkungan mempengaruhi cara seseorang berpikir. Kalau bertemu orang yang mengeluh setiap hari, maka kita akan begitu juga.
Namun kalau berbicara suatu hal yang optimis kita akan jadi pribadi yang optimis.
Menurut Dedi, cara berpikir dilihat dari melihat sesuatu dengan sudut pandang yang berbeda.
Cara berpikir atau mindset tersebut terbentuk oleh karena membangun kata-kata, trauma masa lalu dan model, sosok, atau publik figure.
"Ada satu benang merah, 88 persen seseorang bertindak atas mindset mereka. 12 persen oleh strategi mereka," tambah Dedi.
Sejak saat itu ia mulai berpikir teknis melawan bully-an ialah dengan berkarya. Berikan produktivitas terbaik. (*)