Webinar

Komisioner KPU Sumbar Edukasi Mahasiswa Universitas Bung Hatta, Bahas Tentang Pemilu Bersih

Komisi Pemilihan Umum atau KPU Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) bersama civitas akademika Universitas Bung Hatta secara virtual membahas topik Urgensi

Editor: Emil Mahmud
ISTIMEWA
Ilustrasi: Komisioner KPU Sumbar, Nova Indra bersama civitas akademika Universitas Bung Hatta secara virtual membahas topik Urgensi Pemilu Bersih Untuk Kemajuan Bangsa melalui webinar dalam kegiatan Pendikar (Pendidikan Karakter) mahasiswa Universitas Bung Hatta Edisi ke 9 pada Jumat (4/12/2020). 

TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Komisi Pemilihan Umum atau KPU Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) bersama civitas akademika Universitas Bung Hatta secara virtual membahas topik Urgensi Pemilu Bersih Untuk Kemajuan Bangsa melalui webinar.

Melalui kegiatan Pendikar (Pendidikan Karakter) mahasiswa Universitas Bung Hatta Edisi ke 9 pada Jumat (4/12/2020), menghadirkan Komisioner KPU Provinsi Sumbar melalui forum secara daring, yaitu Nova Indra, S.T.

Rektor Universitas Bung Hatta, Prof Dr. Tafdil Husni, S.E, M.B.A melalui Wakil Rektor (WR) 3, Dr Ir Hidayat M.T.,IPM mengemukakan alasan untuk memilih topik; Urgensi Pemilu Bersih Untuk Kemajuan Bangsa.

"Kami memang sengaja mengangkat, Urgensi Pemilu Bersih Untuk Kemajuan Bangsa kali ini untuk mengedukasi mahasiswa baru Universitas Bung Hatta, yang pada umumnya mereka adalah pemilih pemula," ujar Hidayat melalui rilis, di Padang pada Jumat (4/12/2020).

Baca juga: Prof Tafdil Husni Dilantik Jadi Rektor Universitas Bung Hatta Periode 2020-2024

Baca juga: Tafdil Husni Sebut Jumlah Alumni Unand Mencapai 126 Ribu Orang

Pihaknya mengharapkan, agar para mahasiswa memahami pentingnya terlibat aktif dalam proses pemilihan pemimpin melalui Pilkada Serentak tanggal 9 Desember 2020 mendatang.

"Orang yang berkarakter pasti peduli dengan nasib bangsa kedepan," imbuh Hidayat.

Sementara itu, Komisioner KPU Sumbar, Nova Indra, S.T mengungkapkan, persoalan yang dihadapi oleh pemilih pemula untuk berpartisipasi dalam Pemilu pada umumya.

Di antaranya, kebingungan politik kaum muda yang merupakan implikasi dari situasi politik yang tidak pasti seperti korupsi, masalah hukum sehingga membuat pemilih pemula ada yang apatis, sinisme, alienasi, anomi.

Selanjutnya, menggunakan hak pilih karena dasar rasa penasaran, rasa ingin tahu. 

Sejauh ini lanjutnya di antara kandidat masih didominasi wajah-wajah lama serta bagi yang muka baru belumlah dikenali secara detail sosoknya.

"Masih kurangnya pendidikan politik, yg akan berpengaruh terhadap kualitas demokrasi. Pada akhirnya mereka tidak peduli dan banyak memilih golput," ujar  Nova Indra, yang juga alumni Universitas Bung Hatta.

Menurut Indra, mahasiswa harus siap dengan konsep dan solusinya, jangan golput, karena golput itu adalah suatu aktifitas yang sangat tidak produktif.

Hal itu dikatakannya, sama saja dengan menarik diri dari proses politik dan kehilangan kesempatan maupun momentum untuk bisa melahirkan pemimpin yang berkualitas dan sesuai dengan idealisme.

"Jangan jadi pemuda yang apatis, karena terpilihnya seseorang tergantung pada persentase keterpihannya. Jika banyak pemuda yang nota bene memiliki pemikiran kritis, produktif namun golput maka akan terpilih pemimpin yang tidak kredibel," paparnya.

Karenanya, imbuh Nova Indra bahwa sebagai pemuda jadilah pemilih yang bersih, jujur, tidak membeli kucing dalam karung, tidak golput, tidak terlibat politik uang.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved