Berita Sumbar Hari Ini
Tragedi Gempa Sumbar 30 September 2009, BMKG: Makin Sering Gempa, Kurangi Potensi Skala Besar
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut semakin sering terjadi gempa, makin berkurangnya risiko megathrust
Penulis: Rezi Azwar | Editor: Emil Mahmud
Laporan Wartawan TribunPadang.com, Rezi Azwar
TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut semakin sering terjadi gempa, semakin berkurang terjadinya potensi gempa dengan skala yang besar.
Sebelumnya, peristiwa gempa pada 30 September 2009 silam berkekuatan Mw 7.6, yang terjadi di 25 kilometer/KM -- arah Barat Laut (SW) dari Kota Pariaman, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar).
Sedikitnya 1.117 orang tewas, 1.214 luka-luka, 181.665 bangunan hancur atau rusak dan sekitar 451.000 orang pengungsi di daerah Padang - Pariaman.
Akibat gempa tersebut telah membuat tanah longsor, aliran listrik dan komunikasi terganggu di daerah tersebut.
Peta goncangan gempa bumi Padang dilaporkan meruntuhkan banyak bangunan di Kota Padang dan sekitarnya karena kekuatan getarannya yang cukup tinggi.
Berdasarkan perhitungan intensitas gempa bumi, goncangan di kota Pariaman dan Padang mencapai skala Instrumental Intensity VI-VIII, (VI) di Bukittinggi, (IV) di Bengkulu, Duri, Mukomuko dan Sibolga, (III) di Pekanbaru. Juga terasa (IV) di Gunungsitoli, Nias dan (II) di Jakarta, Jawa.
• 3 Kali Gempa Mengguncang Sumbar Sepekan Terakhir, BMKG: Tidak Ada Dirasakan Masyarakat
• IAGI Sumbar Gelar Webinar: Potensi Bencana Likuefaksi di Kota Padang, Belajar dari Gempa Palu 2018
Dirasakan di seluruh Sumatera dan di sebagian besar Jawa. Merasa (III) di Singapura dan di George Town, Johor Bahru, Kuala Lumpur, Petaling Jaya Alam, Shah dan Sungai Chua, Malaysia.
Dirasakan di sebagian besar Semenanjung Malaysia dan jauh seperti Chiang Mai, Thailand. A 27-cm (pusat-ke-puncak) tsunami lokal tercatat di Padang, Sumatera Barat.
Menurut data historis gempa bumi merusak telah terjadi di daerah Padang dan sekitarnya sejak 26 Agustus 1835 sampai dengan 12 September 2009. Terdapat 16 kali gempabumi merusak dalam periode tersebut
Secara garis besar gempa - gempa merusak tersebut telah banyak menimbulkan kerugian dari segi jiwa dan materi.
Kepala Stasiun Geofisika BMKG Padang Panjang, Irwan Slamet mengatakan terjadinya gempa bumi di Sumatera Barat terjadi, karena beberapa penyebab.
Kata dia, seperti Mentawai megathrust itu, kemudian Mentawai subsistem yang antara Mentawai dan Pulau Sumatera, dan ada lagi sesar Sumatera serta sesar-sesar kecil lainnya.

"Kalau untuk gempa tanggal 30 September 2009 disebabkan oleh subduksi, karena kedalaman gempa di atas 80 km. Sedangkan, berat gempanya berada di anatara Mentawai - Sumatera," kata Irwan Slamet, Rabu (30/9/2020).
Tapi karena sesar Mentawai megatrush itu menujam dari Barat ke Timur, artinya dari sebelah barat Mentawai menuju arah Sumatera.
• Peringatan Gelombang Tinggi Rabu 30 September 2020, Berpotensi Hingga 2,5 Meter di Perairan Sumbar
• BMKG: Sebagian Wilayah Sumbar Sudah Masuki Musim Hujan, Puncak November hingga Desember 2020
"Gempanya itu kalau diukur, itu sekitar 87 kilometer. Potensi-potensi energi di sekitar itu sampai sekarang masih kita hitung terus, saya masih menghitung berapa pelepasan energinya itu," katanya.
Ia mengatakan semakin sering lepas energinya secara perlahan, maka potensi terjadinya gempa bermagnitudo 8.8 berkurang.
Hal itu dikarenakan, kekuatannya terlepaskan secara perlahan dan membuat energinya mengendor.
Namun, jika terkunci sehingga tidak lepas secara perlahan akan membuat patahan sehingga berpotensi terjadinya gempa berkekuatan besar.
"Pada tahun ini energinya itu sudah sering keluar bermagnitudo 6 dan 5. Harapan kami bahwa energi itu terlepas secara pelan-pelan begitu dan tidak dibayar kontan dengan bermagnitudo 8.8," sebutnya.