Ribuan Orang di London Memberikan Dukungan Kepada Demonstran AS Memprotes Kematian George Floyd
Ribuan orang berkumpul di London, Minggu (31/5/2020) untuk memberikan dukungan kepada demonstran AS yang memprotes kematian George Floyd.
TRIBUNPADANG.COM - Ribuan orang berkumpul di London, Minggu (31/5/2020) untuk memberikan dukungan kepada demonstran AS yang memprotes kematian George Floyd.
Mereka berkumpul di Trafalgar Square dan pengabaikan aturan pemerintah Inggris terkait pedoman jarak sosial selama Covid-19.
Pada pemrotes bersatu dan menyerukan, "Tidak ada keadilan! Tidak ada kedamaian!," dengan mengangkat plakat yang bertuliskan, "Berapa banyak lagi?,".
Aparat kepolisian dilaporkan tidak menghentikan mereka.
Dikutip Tribunnews dari Time, demonstran kemudian berbaris di Kedutaan Besar AS.
Barisan petugas kepolisian juga terlihat mengepung gedung.
Beberapa ratus orang duduk di jalan dan mengangkat plakat.
• Seorang Oknum Polisi Sawahlunto Diduga Terlibat Pencurian Mobil
• Polisi Ungkap Penyebab Kebakaran Warung di Bukittinggi, Kerugian Mencapai Rp 32 Juta
Demo di Berlin
Lebih jauh, Kedutaan AS di Berlin juga menjadi tempat berkumpulnya masa, Sabtu (30/5/2020).
Para demonstran mengangkat plakat bertuliskan pesan: "Keadilan untuk George Floyd".
Aparat kepolisian mengatakan, aksi tersebut diselenggarakan melalui media sosial.
Skalanya pun lebih besar dari yang dibayangkan, tetapi tidak ada penangkapan.
Secara terpisah, surat kabar Bild di Jerman pada Minggu, memuat tajuk sensasional, "Polisi pembunuh ini membakar Amerika", dengan panah yang menunjuk ke foto Derek Chauvin.
Sebagaimana diketahui, George Floyd menghembuskan napas terakhirnya di tangan Derek Chauvin.
Kini Derek Chauvin, yang memiliki jabatan Perwira Polisi itu telah dipecat.
Dalam kematian George Floyd, Derek Chauvin dituduh melakukan pembunuhan tingkat tiga.
• Polisi Sasar Pantai di Kota Padang, Bubarkan Masyarakat yang Nongkrong Lalu Bagikan Uang
• Seorang Lelaki di Padang Harus Berlebaran di Kantor Polisi, Diduga Curi Baju dan Butuh Uang
Kematian George Floyd
George Floyd Masuk Daftar Orang Kulit Hitam yang Mati di Tangan Polisi
Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia mengutuk aksi pembunuhan komunitas Afika-Amerika yang tidak bersenjata di Amerika Serikat pada Kamis (28/5/2020) lalu.
Michelle Bachelet juga menyerukan agar polisi AS tidak menggunakan kekuatan berlebihan bila tidak ingin dituntut atau dihukum karena kejahatan mereka, dikutip dari The Hill.
Michelle merilis pernyataan ini terkait George Floyd yang meninggal setelah ditindih lehernya oleh polisi.
Berdasarkan video yang beredar, Floyd beberapa kali meminta agar polisi Derek Chauvin melepaskan lehernya itu.
"Tolong, aku tidak bisa bernapas," ucap Floyd lirih.
Namun, Chauvin tetap pada posisinya selama kurang lebih 9 menit dan pada Jumat (29/5/2020) dia sudah didakwa pembunuhan.
"Ini adalah yang terbaru dalam garis panjang pembunuhan orang-orang Afrika-Amerika yang tidak bersenjata oleh polisi AS dan anggota masyarakat," kata Bachelet.
"Saya kecewa harus menambahkan nama George Floyd di antara Breonna Taylor, Eric Garner, Michael Brown, dan banyak orang Afrika-Amerika tak bersenjata lainnya yang telah meninggal selama bertahun-tahun di tangan polisi."
"Serta orang-orang seperti Ahmaud Arbery dan Trayvon Martin yang dibunuh oleh anggota publik yang bersenjata," jelas Michelle menyebutkan daftar orang-orang yang senasib dengan George Floyd.
Komisioner menyerukan otoritas AS untuk mengambil tindakan serius untuk menghentikan pembunuhan pada komunitas minoritas ini.
"Prosedur harus diubah, sistem pencegahan harus diberlakukan, dan diatas semua," ungkapnya.
"Petugas polisi yang menggunakan kekuatan berlebihan harus dituntut dan dihukum karena kejahatan yang dilakukan," tulisnya.
Meski Michelle menyambut baik penyidikan insiden Floyd, dia juga menyangsikannya.
• Polisi Amankan Barang Bukti Hasil Curian dari Napi Asimilasi Dibantu Ibunya, Bernilai Jutaan Rupiah
• Polisi Bertekad Putuskan Penyebaran Covid-19, Imbau Warga Tetap di Rumah Saat Takbiran
Berkaca pada kejadian serupa di masa lalu, penyidikan berujung pada pembunuhan dibenarkan dengan alasan yang dipertanyakan.
Atau bahkan hanya ditangani dengan pemberian sanksi administratif.
"Peran yang dimainkan dan menyebar luas dalam diskriminasi rasial dalam kematian seperti itu juga harus diperiksa, diakui, dan ditangani dengan baik," ujar Michelle.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/padang/foto/bank/originals/ilustrasi-pengunjukrasa-berdiri-di-depan-gedung-yang-terbakar.jpg)