Kisah Inspiratif
KISAH Maknah Jualan Bengkoang di Pasar Raya Padang, Suami Terbaring Sakit dan Biayai Sekolah Anak
SEORANG nenek yang akrab disapa Maknah merupakan satu di antara sejumlah pedagang Pasar Raya Padang yang telah menjalani tes swab tenggorokan.
Penulis: Rima Kurniati | Editor: Emil Mahmud
SEORANG nenek yang akrab disapa Maknah merupakan satu di antara sejumlah pedagang Pasar Raya Padang yang telah menjalani tes swab tenggorokan.
Hingga saat Maknah, menginjak usianya 60 tahun lebih, namun terlihat masih bersemangat berjualan di Pasar Raya Padang, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar), Jumat (22/5/2020) siang.
Menurutnya, selama lebih kurang tiga puluh tahun terakhir ini dirinya berjualan Bengkoang di Pasar Raya Padang.
"Iya memang takut ke pasar, kata orang sudah banyak yang positif. Kalau saya tidak ke pasar, tidak tahu harus bekerja apa lagi," kata Maknah, Jumat (22/5/2020
Dijumpai di lapak di Pasar Raya Padang, terlihat Maknah mengampar jualan ikatan hasil pertanian jenis umbi-umbian bernama Bengkoang.
• Giat Tim Satgas Aman Nusa II Polda Sumbar, Tinjau Rapid Test di Pasar Pagi Parak Laweh Kota Padang
• Cara Masak Rendang Asli Padang, Terungkap Rahasia yang Bikin Daging Sapi Empuk tapi Tak Hancur
• UPDATE Positif Covid-19 yang Sembuh di Padang Bertambah, Total 87 Orang Dinyatakan Sembuh
Maknah sempat tidak memedulikan, seberapa banyak pedagang Pasar Raya Padang yang terkonfirmasi positif Covid-19
Namun demikiam, Maknah menuturkan bahwa dirinya sempat agak khawatir atau takut berjualan.
Hanya saja, dirinya mengurungkan niat untuk berhenti berjualan gegara ketakutan tersebut.
Hingga kini, Maknah masih tetap berjualan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Sampai saat ini, Maknah sudah berjualan bengkoak sejak umur anak-anaknya masih kecil.
Maknah menyebutkan di antara anak-anaknya, yang telah menikah atau berkeluarga sebanyak tiga orang.
Kini, katanya hanya tinggal anak bungsunya masih berada di Sekolah Menangah Atas (SMA), yang belumlah menikah.
Berjualan Meski Sepi Pembeli
Di sisi lain, Maknah mengungkapkan dirinya harus tetap berjualan Bengkoang, meskipun gegara wabah Virus Corona membuat pembeli jadi relatif sepi.
"Kalau ada yang mau ngasih uang atau pinjamkan uang mau di rumah juga. Anak tidak ada yang pegawai," ungkap Maknah.
Sebab, dirinyalah tulang punggung keluarganya.
Dari hasil berjualan Bengkoang, Maknah mengaku dapat menyokong kehidupan keluarganya, termasuk menyekolahkan seorang anaknya.
Di samping itu, Maknah juga masih harus merawat suaminya yang jatuh sakit sejak dua tahun yang lalu.
"Suami saya tidak bekerja, karena sudah dua tahun sakit lemah badan, cuma bisa duduk dan makan di rumah," ujarnya.
Maknah mengungkapkan dirinya telah menjalani (tes) swab tenggorokan beberapa hari yang lalu.
Hingga saat ini dirinya masih menunggu hasil pemeriksaannya.
• Soal Pengendara Mobil Terobos Posko Cek Poin PSBB Covid-19, Wagub Sumbar: Harus Ditindak Tegas
• 51 Penumpang dan Awak Kapal Ambu-ambu Dikarantina dan Menunggu Hasil Tes Swab
"Sekitar tiga hari yang lalu, saya periksa di Puskesmas Belimbing, karena diajak teman," ungkapnya.
Maknah berharap hasilnya negatif dan bengkoangnya bisa laku serta banyak dibeli.
Maknah pun mengakui bahwa omzet penjualan Bengkoang pada waktu belakangan makin menurun.
Jika biasanya bisa menjual satu karung Bengkoang dalam sehari, akhir-akhir ini sudah sulit untuk mencapai penjualan serupa.
Lantaran, makin sepi pembeli, maka dia berinisiatih untuk mengurangi harga jual Bengkoang.
Menurutnya, dibanding semula dijual Rp10.000 per Kg, kini turun menjadi Rp 5.000 per Kg saja.
Kenyataannya, imbuh Maknah, walaupun harga Bengkoang diturunkan, hanya saja daya beli masyarakat tetap lemah.(*/TribunPadang.com/Rima Kurniati)