BERITA POPULER SUMBAR
POPULER SUMBAR - Indonesia Mercusuar Dunia 'Muncul' di Pariaman| Kisah Sedih Korban Banjir
Hingga 24 jam terakhir, pemberitaan populer di Kanal Sumatera Barat portal TribunPadang.com, tentang Puluhan rumah warga di Kili
Penulis: Emil Mahmud | Editor: Emil Mahmud
TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Hingga 24 jam terakhir, pemberitaan populer di Kanal Sumatera Barat portal TribunPadang.com, tentang Setelah heboh soal Kerajaan Keraton Agung Sejagat, kini muncul Indonesia Mercusuar Dunia (IMD) di Kota Pariaman, Sumatera Barat (Sumbar).
Simak berikut rangkumannya;
1. Setelah Keraton Agung Sejagat, Kini Muncul Indonesia Mercusuar Dunia di Sumbar, Punya 80 Anggota
Setelah heboh soal Kerajaan Keraton Agung Sejagat, kini muncul Indonesia Mercusuar Dunia (IMD) di Kota Pariaman, Sumatera Barat (Sumbar).
Dikutip dari Antara, Indonesia Mercusuar Dunia diduga melakukan penipuan berkedok organisasi masyarakat (ormas) di Desa Sikapak Timur, Kecamatan Pariaman Utara.
Aktivitas yang dilakukan Indonesia Mercusuar Dunia hampir sama dengan raja dan ratu Keraton Agung Sejagat.
Kapolres Pariaman AKBP Andry Kurniawan mengatakan, pihaknya menduga kuat organisasi itu melakukan tindakan penipuan.
"Modus yang digunakan ormas IMD tersebut hampir sama dengan Keraton Agung Sejagat di Jawa Tengah," ujarnya, Kamis (23/1/2020).
Meskipun diduga ada penipuan, namun pihak kepolisian belum memprosesnya secara hukum karena belum ada warga yang melapor dirugikan karena pengurus baru memasang spanduk.
Dibubarkan Wali Kota Pariaman
Wali Kota Pariaman, Genius Umar harus membubarkan kegiatan IMD tersebut.
Modus IMD ini, setiap anggota dijanjikan mendapatkan uang setiap bulan yang mencapai Rp3 miliar.
"Kegiatan seperti ini sudah sering terjadi di sejumlah daerah di Indonesia, terakhir yang menghebohkan muncul Keraton Agung Sejagat di Jawa Tengah, dan IMD ini juga diduga penipuan," kata dia di Pariaman, Kamis (23/1/2020).
Namun untuk menjadi anggota organisasi tersebut harus membayar uang pendaftaran mencapai Rp1.750.000 per orang.
Berita selengkapnya klik di sini!
2.KISAH Korban Banjir di Kiliran Jao Kabupaten Sijunjung, Selamat karena Digendong Anak
Puluhan rumah warga di Kiliran Jao, Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) terendam banjir baru-baru ini.
Sebelum banjir melanda Kiliran Jao, Sijunjung didahului curah hujan yang cukup deras pada Selasa (21/1/2020) dini hari lalu.
Hamsyiar (55) seorang warga Kiliran Jao menuturkan rumahnya menjadi satu dari sekian rumah yang terbawa arus derasnya sungai.

Masih teringat jelas di ingatan Hamsyiar detik-detik saat banjir mulai menerjang rumah yang dihuninya bersama suami dan ke delapan anaknya.
Tidak ada persiapan yang dilakukan, karena dirinya tak menyangka banjir bakal terjadi saat itu.
"Saat hujan deras itu saya sedang tidur, hanya suami yang terbangun. Dia langsung membangunkan saya. Tiba-tiba saya kaget air sudah masuk ke dalam rumah," jelas Hamsyiar berkaca-kaca, yang kini tengah didera penyakit stroke.
Dirinya sekeluarga langsung berkemas menyelamatkan diri, tanpa mempedulikan barang-barang yang tertinggal di dalam rumah.
"Saya diselamatkan oleh anak laki-laki saya. Dia menggendong saya keluar rumah," tutur Hamsyiar.(*)
Berita selengkapnya klik di sini!
3. Buaya Muara Seusai Menetaskan Telur Lalu Begini Perlakuan Induk pada Anaknya
Pengendali Ekosistem Hutan BKSDA Resor Agam Ade Putra menyebutkan bahwa buaya muara (crocodylus porosus) biasanya seusai menetaskan telurnya akan melakukan beberapa hal.
Di antaranya, membuatkan jalan menuju muara dan akan membiarkan hidup mandiri pada saat umur satu tahun.
Ade Putra menjelaskan bahwa ada buaya bertelur bertelur di perkebunan kelapa sawit milik warga Ujung Labung, Nagari Tiku Limo Jorong, Kecamatan Tanjung Mutiara, Kabupaten Agam.

"Berdasarkan prilaku dan kebiasaan, buaya bertelur mencapai jumlah 500 butir dan menetas dalam waktu 90-110 hari, selama itu ia akan tetap menunggui telurnya," kata Ade Putra, Kamis (23/1/2020).
Sedangkan waktu yang dibutuhkan oleh telur tersebut untuk menetas membutuhkan waktu 90-110 hari ke depan.
"Tingkat keberhasilan persentase kehidupannya kecil sekali, menetas paling tinggi tidak sampai 50 persen, dan yang akan menjadi dewasa tidak sampai 10 persen," sebut Ade Putra.
Dijelaskannya, bahwa anak buaya akan tetap bersama dengan induknya sampai usia satu tahun.
"Untuk induknya juga akan tetap bersama anaknya, dan menjaganya sampai usia satu tahun, dan sebelum anaknya bisa hidup mandiri," tutup Ade Putra.
Sejauh ini lanjutnya perjuangan anak buaya tidak hanya sampai disana, karena ketika sudah kembali ke muara, anak-anak buaya rentan dimangsa predator dan buaya lainnya.
"Setelah menetas induknya akan membuat jalan untuk kembali ke muara, dan pada hari ke tujuh setelah menetas induk dan anak-anak buaya akan kembali ke muara atau rawa," ujar Ade Putra.
Berita selengkapnya klik di sini!
4. Catat! Syarat Jadi Petugas PPK, Calon Tidak Boleh Terikat Perkawinan Sesama Penyelenggara
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Pesisir Selatan telah membuka pendaftaran Panitia Pemilihan Kecamatan (PKK) untuk Pilkada 2020.

Pendaftar sudah bisa memasukkan berkas sejak, Sabtu (18/1/2020) hingga besok Jumat (24/1/2020).
Satu di antara syarat PPK ialah tidak berada dalam ikatan perkawinan dengan sesama Penyelenggara Pemilu.
Ketua KPU Pesisir Selatan, Epaldi Bahar mengatakan, ada alasan hal tersebut dipersyaratkan.
"Bisa jadi itu untuk menjaga independensi penyelenggara Pemilu," kata Epaldi Bahar.
Dia menjelaskan, sesama penyelenggara yang dimaksud tidak hanya sebatas PPK.
"Namun juga antara PPK dengan anggota PPS, anggota KPU, anggota Bawaslu, Panwascam, dan PPL," jelas Epaldi Bahar, Kamis (23/1/2020).