Tragedi Wamena
Ini Sepenggal Kisah Perantau Minang yang Selamat dari Kerusuhan di Wamena
Tiga perantau asal Pesisir Selatan, Sumatera Barat berhasil menyelamatkan diri dari kerusuhan yang terjadi di Wamena, Papua.
Penulis: Rizka Desri Yusfita | Editor: Emil Mahmud
"Hanya sebatang badan ini. Sendal terbakar. Tapi Alhamdulillah saya pulang dengan selamat," ucapnya.
Sementara itu, seorang pemuda bernama
Ahmad Farazis juga selamat dari kerusuhan. Saat kerusuhan, ia sedang tidur di dalam rumah.
"Sadang lalok-lalok lamak (sedang tidur enak). Tiba-tiba ibu saya membangunkan saya. Katanya ada kerisuhan. Namun pembakaran kemudian terjadi. Tapi agak jauh dari rumah. Dan semua orang telah waspada," katanya.
Ahmad Farazis di Wamena sejak 2016. Ia ke sana ikut kedua orang tuanya.
"Ayah bawa angkot," ujarnya.
• Alasan di Balik Kunjungan Wagub Sumbar Nasrul Abit ke Wamena: Saya Tidak Berpikir untuk Politik
• Nasrul Abit : Saya Sempat Menangis, karena tidak Tega Melihat Mereka
Di sisi lain, Winda beserta anak perempuannya juga selamat dari kerusuhan.
Ia masih ingin berpikir apakah kembali ke Wamena atau tetap bertahan di kampung halamannya.
"Lihat situasi dulu, aman atau tidak di sana. Kalau tidak aman, kita di sini (Pesisir Selatan) saja," ujarnya kepada wartawan.
Winda akan mencarikan sekolah untuk anaknya di kampung halaman. Kalau anaknya bisa sekolah di kampung, dirinya belum terpikirkan untuk kembali ke Wamena.
"Kalau anak saya bisa sekolah di sini, saya tidak ke sana. Biar bapaknya saja di sana, anaknya tetap di sini.
Rencana, mau cari sekolah dulu. Kalau tidak bisa lulus tahun depan di sini, anak saya tidak mau mengulang.
Tahun depan dia harus SMP. Tidak mau, kalau tidak SMP," tutur Winda. (*)