Tragedi Wamena

Ini Sepenggal Kisah Perantau Minang yang Selamat dari Kerusuhan di Wamena

Tiga perantau asal Pesisir Selatan, Sumatera Barat berhasil menyelamatkan diri dari kerusuhan yang terjadi di Wamena, Papua.

Penulis: Rizka Desri Yusfita | Editor: Emil Mahmud
TribunPadang.com /Rizka Desri Yusfita
Perantau Minang berfoto bersama dengan Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit sesaat sebelum naik bus menuju kampung halaman di Pesisir Selatan, Minggu (6/10/2019). 

Sepenggal Cerita Perantau Minang Selamat dari Kerusuhan di Wamena

Laporan Wartawan TribunPadang.com, Rizka Desri Yusfita

TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Tiga perantau asal Pesisir Selatan, Sumatera Barat berhasil menyelamatkan diri dari kerusuhan yang terjadi di Wamena, Papua.

Ketiganya sudah kembali ke kampung halaman. Masing-masing Aswendri (45), Ahmad Farazis, dan Winda.

Mereka masuk rombongan perantau Minang yang pulang ke kampung halaman menggunakan kapal.

Namun, kondisi tidak memungkinkan. Beberapa orang jatuh sakit. Maka, diputuskan, mereka naik pesawat ke Padang.

Aswendri bercerita, sebelum peristiwa kerusuhan terjadi masyarakat masih melakukan aktivitas seperti biasa.

Perantau Minang Bertahap Tinggalkan Wamena Papua, Gubernur Sumbar: Kami Tidak Bisa Melarang

Pelajar Wamena Papua yang Eksodus ke Sumbar Dijamin Pendidikannya, Wagub: Jangan Tanya Persyaratan

BREAKING NEWS: 585 Perantau Minang Eksodus, 250 Orang Bertahan di Papua dan Mulai Bekerja

"Saya sedang berjualan bahan pokok di Pasar Potikelek, Wamena. Saat kerusuhan, saya lari ke luar.

Saat itu saya terkepung di Pasar. Tapi Alhamdulillah saya tiba di kampung halaman hari ini dengan selamat," syukur Aswendri.

Akibat kerusuhan itu, Aswendri tidak bisa menyelamatkan barang-barang berharga miliknya. Kios dan isi dagangannya habis terbakar.

"Rumah saya kena," katanya singkat kepada TribunPadang.com, Minggu (6/10/2019).

Aswendri sudah tinggal dan menetap di Wamena sejak tujuh tahun silam.

Sejak 2013 ia telah menjalankan berbagai macam usaha.

"Macam-macam. Pertama, bantu adik buka variasi mobil. Kemudian, buka warung. Sebelum kerusuhan, jualan bumbu. Pernah juga berdagang, tapi sepi," ungkap Aswendri.

Saat pulang ke kampung halaman, Aswendri hanya membawa pakaian yang ia kenakan di badan.

Halaman
12
Sumber: Tribun Padang
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved