Citizen Journalism
SEJARAH - Saalah Yusuf Sutan Mangkuto: Perintis Islam Berkemajuan dari Sumatera Barat
HAMPIR seabad, gerakan Islam Berkemajuan di Sumatera Barat, telah menorehkan tinta emas dalam pengembangan amal
Meskipun Fakhruddin mengetahui telah terjadi diskriminasi di Pitalah dan Labuah, namun ia tidak memasukkannya dalam laporan perjalanannya. Fakhruddin punya penyelesaian elegan. Untuk meredakan konflik di tingkat cabang dan groep, ia mengutamakan otoritas adat.
Selama perjalananannya di Maninjau dan Padang Panjang, Fakhruddin dibantu oleh A R Sutan Mansur yang telah berhasil merangkul ninik mamak dan kepala nagari bergabung dalam Mu-hammadiyah. Sepeninggal Fakhruddin, Sutan Mansur terus Islam berkemajuan dengan beberapa metode pendekatannya yang unik.
Suksesnya tournee Fakhruddin, rupanya diiringi insiden penarikan diri dua ulama kharismatik dari Muhammadiyah Cabang Padang Panjang. Kisahnya bermula, ketika Syekh Muh. Djamil dan Syekh Muh. Zain menghadiri Kongres ke-16 Tahun 1927 di Pekalongan.
Dalam kongres ke-16, kedua ulama Kaum Tuabaru mengetahui posisi Muhammadiyah sebenarnya. KH Mas Mansur sebagai spreaker menjelaskan kepada seluruh peserta, mengenai khittah Muhammadiyah mengamalkan agama. Dan semenjak itulah Majelis Tarjih resmi berdiri (Hamka, 1971: 20).
Syekh Muh Djamil dan Syekh Muh Zain hanya terdiam dan tidak menyanggah ide yang dikemukakan KH Mas Mansur. Dan kedua ulama itu menyadari, bahwa mereka sudah “salah kamar”.
*) Penulis: Fikrul Hanif Sufyan, Pemerhati Sejarah Lokal Sumatera Barat (Sumbar).