Live Facebook- Pameran Silek Art di Museum Adityawarman Padang, Kurambiak,Minyak Uruik Dipajang
Tribunners, ada yang baru di Museum Aditywarman Padang, yaitu pameran Silek Art. Pameran Silek Art ini bagian dari Silek Art Festival yang bertema "S
Penulis: Rima Kurniati | Editor: Mona Triana
Laporan Wartawan TribunPadang.com, Rima Kurniati
TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Tribunners, ada yang baru di Museum Aditywarman Padang, yaitu pameran Silek Art.
Pameran Silek Art ini bagian dari Silek Art Festival yang bertema "Sapakaik Mangko Balega".
Kegiatan ini dilaksanakan semenjak tanggal 20 sampai 31 Agustus 2019.
Pameran atau Figura Silek Art berada di ruangan arsitek tradisional Minangkabau Museum Aditywarman.
• Patung Bagindo Aziz Chan di Museum Adityawarman, Berdiri Semenjak 1973
• Kunjungan Wisata ke Museum Adityawarman Turun, Masih Kekurangan SDM Penerangan
Museum Aditywarman hanya menyediakan tempat saja untuk Figura Silek Art ini.
"Figura Silek Art ini dibuka dari 19 Agustus sampai 31 Agustus 2019," jelas Adi Saputra kepada TribunPadang.com, Senin (21/8/2019).
Namun tidak dapat dipungkiri Figura Silek Art ini bisa terus berada di ruangan tersebut.
"Panitia memang membuka kesempatan figura tersebut untuk tetap berada di Museum Aditywarman, kita masih merencanakannya," jelas Adi Saputra.

Adi Saputra menerangkan, Figura Silek Art berguna untuk mengenalkan silek pada generasi muda.
"Selain itu juga mendokumentasikan silek Minangkabau yang nantinya akan dijadikan ensiklopedia," jelas Adi Saputra.
Pada pemeran tersebut terdapat sejumlah Figura Silek.
Di antaranya baju silek, manantiang saraek, keris, ladiang, kurambiak, pisau, minyak uruik, vidio dokumentasi silek.
Selain itu, juga ada figura penjelasan tentang silek Minangkabau.
• Ramalan Zodiak Hari Ini Jumat 23 Agustus 2019, Scorpio Tidak Ada yang Menarik, Aquarius Inisiatif
• Ishq Mein Marjawan Episode 33 Tayang Hari Ini di ANTV Pukul 11.00 WIB, Baca Sinopsisnya!
• Amalan Sunnah yang Dikerjakan Umat Muslim di Hari Jumat serta Keistimewaannya
Menurut penjelasannya, silek di Minangkabau dikembangkan oleh seorang penasehat Sultan Sari.