Tradisi Makan Ka Padang Saat Idul Adha di Palembayan Agam, Pemuda Bertugas Memasak Daging Kurban 

Seperti tradisi Idul adha masyarakat Paraman, Nagari Sipinang Kecamatan Palembayan Kabupaten Agam Sumatera Barat ini, Makan Ka Padang

Penulis: Rima Kurniati | Editor: afrizal
istimewa/@desmiwati_emil
Tradisi Makan Ka Padang di Paraman, Nagari Sipinang Kecamatan Palembayan Kabupaten Agam Sumatera Barat 

Laporan Wartawan TribunPadang.com, Rima Kurniati

TRIBUNPADANG.COM, AGAM - Setiap daerah memiliki tradisi sendiri merayakan Idul Adha

Bukan saja sebatas menyembelih hewan kurban setelah shalat Idul Adha, beberapa daerah memiliki tradisi yang tidak ada di daerah lain. 

Seperti tradisi Idul adha masyarakat Paraman, Nagari Sipinang Kecamatan Palembayan Kabupaten Agam Sumatera Barat ini.

Idul Adha 2019 di desa ini ada 5 sapi dan 4 kambing yang disembelih sebagai hewan kurban. 

Namun, tidak seluruh daging dari hewan kurban itu dibagikan pada warga dalam bentuk daging kurban mentah.

Kumpulan Insiden Hewan Kurban Sebelum Disembelih, Dimakan Beruang, Lompat Truk & Kabur Tabrak Motor

Hendak Dikurbankan, 2 Ekor Kambing Mati Dimangsa Beruang Madu di Tanah Datar Sumbar

Datuak sekaligus pengurus mesjid di Nagari Paraman, Hendri Gunawan mengatakan sebagian daging kurban, dimasak bersama.

Daging yang dimasak pun dimakan bersama. 

"Sebagian daging kita masak secara bersama, lalu makan bersama juga di lapangan. Namanya Makan Ka Padang," kata Hendri Gunawan ketika dihubungi TribunPadang.com Senin (12/8/2019) lalu.

Tradisi Makan Ka Padang diadakan sehari setelah solat Idul adha setelah solat ashar.

"Pada tahun ini kurban di desa ini 5 sapi dan 4 kambiing. 4 sapi dan 5 kambing kita bagikan ke 70 KK. Selebihnya kita masak secara bersama untuk makan ka padang," jelas Hendri Gunawan.

Hendri Gunawan juga menjelasakan kata padang berarti lapangan, Makan Ka Padang maksudnya makan di lapangan.

Rayakan Idul Adha Hari Ini, Intip Tradisi Jamaah Tarekat Syattariyah di Padang Setelah Shalat Ied

Intip Cara Membuat Sup Daging Sapi Nikmat untuk Sajian Saat Lebaran Idul Adha

Namun tradisi Makan Ka Padang beberapa tahu belakangan dilakukan dalam mesjid.

"Beberapa tahun belakang kita makan tidak di lapangan, kita makan bersamanya di mesjid. Karena selama ini setiap makan ka padang selalu hujan dan masyarakat menjadi kewalahan," jelas Hendri Gunawan.

Uniknya, daging kurban tersebut dimasak oleh pemuda setempat.

Daging diolah menjadi gulai, disebut kalio daging.

Sementara nasinya dibawa oleh ibu-ibu dari rumah mereka masing-masing.

Nasi dibungkus menggunakan daun pisang.

"Nasinya dibawa oleb ibu-ibu. Setiap rumah membawa 10 sampai 20 bungkus nasi. Nasi tersebut akan dibagikan kepada keluarga, petinggi kampung, ninik mamak, pemuda dan orang sekampung," jelas Hendri Gunawan.

Masjid Muhammadan di Padang, Didirikan Muslim Asal India 2 Abad Lalu, Serak Gulo Jadi Tradisi

Masjid Raya Gantiang, Masjid Tertua di Padang, Paduan Arsitektur Minang, Cina, Persia & Timur Tengah

Setelah semuanya mendapatkan nasi, makan ka padang dibuka oleh ninik mamak dan berdoa bersama yang dipimpin oleh seorang datuk.

Lalu bungkusan nasi dibuka.

Beberapa orang lelaki akan menuangkan gulai kalio pada nasi-nasi tersebut secara bergiliran.

Selain dituangkan pada nasi, juga dituangkan di wadah yang disediakan oleh setiap ibu-ibu.

Tradisi tidak hanya dinanti masyarakat yang menetap di Paraman, namun juga beberapa orang dari desa tetangga datang.

"Orang perantauan juga banyak yang pulang untuk makan ka padang ini," tambah Hendri Gunawan.(*)

Sumber: Tribun Padang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved