Kisah Wan Abak, 42 Tahun Bekerja di Rumah Sakit, Begini Suka Duka yang Dilaluinya
Mardiswan yang akrab disapa Wan Abak sudah 42 tahun bekerja di rumah sakit umum Kota Padang. Wan Abak mulai masuk menjadi pegawai honor di rumah saki
Penulis: Rizka Desri Yusfita | Editor: Mona Triana
Dua puluh empat tahun bekerja sebagai operator telepon membuat wawasan Wan Abak bertambah, lancar berkomunikasi dan dikenal oleh banyak orang.
• 3 Kali Perubahan Jadwal Persib Bandung, Robert Rene Alberts: Ini Melanggar Regulasi Sepak Bola
• Personel Polres Padang Pariaman Bagi-bagi Takjil Gratis, Anak Yatim Diberi Amplop dan Bingkisan
• HASIL Kualifikasi MotoGP Italia 2019, Marc Marquez Start Terdepan, Valentino Rossi Posisi ke-18
Kini Wan Abak diamanahkan sebagai staf humas Rumah Sakit M Djamil Padang.
Ia bertugas melayani pasien, keluarga pasien, mendampingi media, dan lainnya.
Banyak pengaduan pasien yang ia terima.
Mulai pasien masuk rumah sakit tanpa BPJS hingga pasien kurang mampu.
"Kami pihak rumah sakit berusaha membantu pasien yang kurang mampu. Kami berusaha mencarikan bantuan dengan bekerja sama dengan dinas sosial dan Baznas," terang Wan Abak.
Ditemui di ruang Humas Rumah Sakit M Djamil Padang, pria tiga anak ini menunjukan wajah cerianya.
Seperti biasa ia memperlakukan orang lain sama tanpa pandang bulu.
Bisa bekerja di rumah sakit karena saat itu dia memang butuh uang untuk melanjutkan pendidikannya ke bangku menengah atas.
"Di samping kerja memang butuh uang, saya juga ingin membantu orang lain," ujar pria yang gegas ketika berjalan ini.
Bagi Wan Abak kenal dengan orang lain bisa dilihat dari cara berkomunikasi dengan seseorang.
Jika komunikasi seseorang itu baik, maka sebaliknya perlakuan lawan bicara juga akan baik.
"Kalau orang butuh informasi, kita sampaikan. Kalau saya tidak mampu membantu, saya terus terang saja kalau saya tidak bisa," ucapnya.
Dalam menjalani hidup, Wan Abak berpedoman kepada yang sudah-sudah hingga termotivasi untuk bekerja.
"Saya bawakan ke diri saya. Bagaimana jika saya berada di posisi orang tersebut. Ditambah saya juga berasal dari keluarga susah," kata Wan Abak, anak dari pasangan buruh bangunan dan pedagang buah ini.
Jika tak ada kendala apapun, Wan Abak bertekad ingin mengabdi dan menolong orang lain sepanjang hidupnya.
Ia ingin menolong orang lain sesuai kemampuannya.
Ia sungguh-sungguh ingin meringankan beban seseorang.
Jika beban seseorang berkurang, ada kepuasan tersendiri bagi dirinya.
Orang tuanya pernah berpesan kepadanya.
"Senangkanlah orang lain, kamu pasti akan merasa senang sendiri. Menolong orang lain jangan mengharapkan imbalan, harus ikhlas," kenang Wan Abak menirukan ucapan orang tuanya.
Pria yang memiliki nilai ilmu komunikasi tinggi saat SMA ini memiliki hobi sebagai penyiar.
Hobi itu membawanya menjadi penyiar radio di RRI tanpa honor.
Tapi itu tak masalah baginya. Ia hanya sekadar melepas hobi, menambah wawasan, dan pergaulannya.
Semua ilmu Wan Abak didapatkan secara otodidak.
Wan Abak berpesan jika ada orang yang membutuhkan bantuan, maka posisikan diri sama seperti orang tersebut.
"Bawakan ke diri kita penderitaan orang lain. Jika kita sudah merasakan, akan muncul jiwa sosial dan empati terhadap orang lain dengan mudah," tutup Wan Abak. (*)