Kisah Wan Abak, 42 Tahun Bekerja di Rumah Sakit, Begini Suka Duka yang Dilaluinya
Mardiswan yang akrab disapa Wan Abak sudah 42 tahun bekerja di rumah sakit umum Kota Padang. Wan Abak mulai masuk menjadi pegawai honor di rumah saki
Penulis: Rizka Desri Yusfita | Editor: Mona Triana
"Awalnya mendengar sirine ambulan saja saya takut tetapi lama kelamaan saya biasa menghadapi itu," ujar pria asal Tiakar Payakumbuh Timur Kota Payakumbuh ini.
Wan Abak mengaku banyak merasakan suka dan duka selama bekerja di bangsal bedah.
Setelah setahun lamanya ia bekerja, kecelakaan bus terjadi di Sitinjau Lauik, Sumbar.
Seluruh korban dibawa ke rumah sakit M Djamil.
Semua staf rumah sakit saat itu turun membantu.
• HASIL Kualifikasi MotoGP Italia 2019: Valentino Rossi Jadi Pembalap Yamaha Paling Belakang
• ZODIAK CINTA Minggu 2 Juni 2019: Virgo Patah Hati, Taurus Menerima Kasih Sayang, Libra Tertekan
• LIVE STREAMING Kompas TV: Jenazah Ani Yudhoyono Tiba di Tanah Air, Besok Sore Dimakamkan
"Saya saat itu membantu dokter melakukan investigasi. Saya merasa kasihan melihat para korban. Tapi saya juga kasihan kepada diri saya sendiri.
Para korban sudah jelas kematiannya dan ada yang menyelamatkan. Sementara saya sendiri belum jelas," ucapnya pada TribunPadang.com.
Wan Abak juga menuturkan bahwa dirinya pernah dikeroyok keluarga pasien.
"Saat itu disiplin ruangan bangsal sangat tinggi. Keluarga pasien yang bertamu di luar jam tamu dilarang masuk demi menjaga kesehatan dan kenyaman pasien.
Namun, setelah diberi tahu, keluarga pasien menolak. Kemudian saya dihadang oleh lima anggota keluarga pasien. Cekcok pun terjadi. Itu membuat saya luka-luka," cerita Wan Abak.
Kejadian tersebut sempat membuat keluarga pasien ditahan.
Tetapi Wan Abak memaafkan perlakuan tersebut dan mengeluarkan mereka dari tahanan.
Wan Abak paham, keluarga pasien tersebut tengah berada dalam kondisi panik dan stres.
Di bangsal bedah membuat ia harus tabah dan semangat menjalani pekerjaannya.
"Menegakkan suatu aturan itu tentu ada risiko. Di sana saya belajar memahami pola pikir orang lain. Saya yakin keluarga pasien saat itu pikirannya sedang kacau. Pikirannya bergejolak dan emosinya sedang tinggi," jelas Wan Abak.