Jemaah Tarekat Naqsabandiyah di Padang Rayakan Idul Fitri Hari Ini, Makan Bersama Setelah Salat

Jemaah Tarekat Naqsabandiyah di Padang makna bersama setelah melaksanakan shalat Idul Fitri di Mushalla Baitul Ma'mur di Kampung Dalam, Pauh,

Penulis: Rezi Azwar | Editor: afrizal
TRIBUNPADANG.COM/REZI AZWAR
Jamaah Tarekat Naqsabandiah saat melaksanakan Salat Idul Fitri 1440 H, di Mushalla Baitul Ma'mur, Kampung Dalam, Pauh, Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar), Senin (3/6/2019) 

Jemaah Tarekat Naqsabandiyah di Padang Rayakan Idul Fitri Hari Ini, Tradisi Makan Bersama Setelah Salat

TRIBUNPADANG.COM - Jemaah Tarekat Naqsabandiyah di Padang merayakan Idul Fitri 1440 H hari ini, Senin (3/6/2019).

Sejak pagi, jemaah tampak sudah berdatangkan ke Mushalla Baitul Ma'mur di Kampung Dalam, Pauh, Kota Padang, Sumatera Barat.

Mereka melaksanakan Shalat Idul Fitri berjemaah dilanjutkan mendengarkan khutbah yang disampaikan khatib dalam bahasa Arab.

Bila umumnya sesudah melaksanakan salat Idul Fitri orang pulang bersalam-salaman dan langsung pulang ke rumah, tidak halnya dengan jemaah Tarekat Naqsabandiyah di Padang.

Setelah saling memaafkan, jemaah Tarekat Naqsabandiyah di Padang justru makan bersama.

Jemaah tarekat Naqsabandiah saat makan dan duduk bersama di Mushalla Baitul Ma'mur, Senin (3/6/2019).
Jemaah tarekat Naqsabandiah saat makan dan duduk bersama di Mushalla Baitul Ma'mur, Senin (3/6/2019). (TribunPadang.com/reziazwar)

Pantauan TribunPadang.com, jemaah duduk bersama membentuk lingkaran di musalla.

Selanjutnya menyantap hidangan yang sudah disediakan seperti kopi, teh, gorengan, dan makanan lainnya.

Para Jamaah Naqsabandiyah di Kota Padang Ikuti Salat Ied dan Dengarkan Khutbah

Jamaah Tarekat Naqsabandiah Laksanakan Salat Ied di Padang, Senin 3 Juni 2019

BESOK Jamaah Naqsabandiyah di Padang Rayakan Idul Fitri 1440 H, Genap 30 Hari Berpuasa

Imam Mushalla Baitul Makmur, Syafri Malin Mudo (78) menuturkan perbedaan jadwal penetapan Hari Raya Idul Fitri sudah lama terjadi. 

Hal itu pun tidak ada masalah. 

"Menurut saya perbedaan akan jadwal penetapan Hari Raya Idul Fitri itu sudah lama terjadi, dan itu tidak masalah," kata Imam Mushalla Baitul Makmur, Syafri Malin Mudo (78) kepada TribunPadang.com, Senin (3/6/2019).

Ditambahkan Syafri Malin Mudo, perbedaan itu hal biasa, dan itu sesuai dengan akidah masing-masing yang dipercaya.

Jemaah tarekat Naqsabandiah saat saling bersalaman dan meminta maaf setelah melaksanakan shalat Idul Fitri 1440 H, Senin (3/6/2019).
Jemaah tarekat Naqsabandiah saat saling bersalaman dan meminta maaf setelah melaksanakan shalat Idul Fitri 1440 H, Senin (3/6/2019). (TribunPadang.com/reziazwar)

"Ini sesuai dengan yang biasanya, berdasarkan kitab yang kita pakai yaitu dalam tarekad Naqsabandiah ini adalah kitab Munjib," kata Sekretaris Naqsabandiah Mushalla Baitul Ma'mur, Edizon Revindo kepada TribunPadang.com, Senin (3/6/2019).

Edizon menjelaskan Ramadan tahun 2019 adalah mulai Sabtu tanggal 4 Mei 2019.

Jemaah berpuasa selama 30 hari.

Inilah Jalur Alternatif Mudik Lebaran 2019 di Sumbar, Sejumlah Titik Diprediksi Mengalami Kemacetan

Anggota TNI dan Keluarga Bisa Mudik Lebaran Gratis Naik Hercules, Apa Saja Syaratnya?

HARI Raya Idul Fitri Serempak 5 Juni, Puasa Digenapkan 30 Hari

"Kami sudah berpuasa selama 30 hari. Dan, satu Syawal bertepatan pada hari Senin (3/6/2019) ini, sesuai seperti yang dikatakan dalam Kitab Munjib tersebut," katanya.

Dituturkannya, dalam menentukan awal Ramadhan, berdasarkan penghisaban saat bulan Syakban, atau bulan sebelum Ramadhan. 

Saat bulan Syakban, sudah dilihat peredaran bulan.

Kemudian ditentukan tanggal 15 Syakban atau Nisfu Sya'ban. 

Setelah itu dihitung lagi akhir Sya'ban yang biasanya memiliki bilangan 29 hari.  

Selain sistem hisab, lanjut Edizon, penentuan awal Ramadhan ini juga menggunakan sistem melihat bulan. 

TETAPKAN 1 Syawal 1440 H, Pemerintah Gelar Sidang Isbat pada Senin 3 Juni

Peringatan Dini BMKG 2-3 Juni 2019: Wilayah Sumbar Berpotensi Hujan Lebat

"Jadi, kita tetapkan 15 Sya'ban, yang kita sebut dengan Nisfu Sya'ban. Dan, yang kita hitung saja lagi, bahwa Syakban itu 29 hari. 

Kalau bulan tidak kelihatan pada 29 hari itu, maka kita sempurnakan bulan Syakban itu 30 hari, dan satu Ramadannya jatuh pada hari esoknya.

Kita juga menggunakan sistem melihat bulan. Di samping kita hisab, kita juga melihat bulan. Tapi melihat bulan dengan mata telanjang," ujarnya.(*)

Sumber: Tribun Padang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved