Serak Gulo 2025

Tradisi Serak Gulo Warga Keturunan India di Kota Padang, Tradisi 450 Tahun Satukan Multi-Etnis

Kota Padang, Sumatera Barat kembali bersiap menyambut salah satu tradisi paling unik dan penuh makna, Serak Gulo.

Penulis: Panji Rahmat | Editor: Rahmadi
TribunPadang.com/Panji Rahmat
TRADISI SERAK GULO - Masjid Muhammadan di Pasa Batipuh, Pasa Gadang, Padang Selatan, Kota Padang, Jumat (14/11/2025). Masjid ini menjadi titik pusat pelaksanaan tradisi serak gulo warga keturunan India. 

Ringkasan Berita:
  • Kota Padang kembali gelar Serak Gulo, tradisi 450 tahun yang menyatukan berbagai etnis.
  • Tradisi berpusat di Masjid Muhammadan, jadi ruang silaturahmi dan akulturasi budaya.
  • Warga keturunan India dari Sumbar hingga Jawa pulang untuk ikut berbagi gula.
  • Anak sekolah dan etnis lain ikut menyumbang, menjadikan tradisi ini multi-etnis.
  • Pemko Padang siapkan satu ton gula dan bazar kuliner untuk puncak acara 22 November.

 

TRIBUNPADANG.COM, PADANG – Kota Padang, Sumatera Barat kembali bersiap menyambut salah satu tradisi paling unik dan penuh makna, Serak Gulo.

Perhelatan yang berpusat di Masjid Muhammadan, masjid tertua di Kota Padang dan jantung Kampung Keling, ini bukan hanya sekadar ritual agama, melainkan sebuah ruang perjumpaan yang sistematis, penawar rindu, dan ajang akulturasi budaya yang kian menguat.

Bagi komunitas keturunan India di Padang, yang telah menyebar hampir ke seluruh penjuru Indonesia, Serak Gulo adalah magnet yang menarik mereka untuk pulang.

Tradisi yang berakar dari kebiasaan Syekh Shanul Hamid, seorang ulama sufi India di Tamil Nadhu 450 tahun silam, ini diwarisi sebagai wujud rasa syukur atas rezeki setahun penuh dan sedekah dalam bentuk pembagian gula.

Seorang warga keturunan India Faradillah Yunus (47), yang merawat tradisi ini, mengungkapkan betapa kuatnya ikatan emosional yang terbangun.

Baca juga: Jadwal Acara Moji TV Sabtu 15 November 2025: Program Menarik Sepanjang Hari, Jangan Lewatkan!

Sejak Maulid Syekh Abdul Qadir Al Jailani selesai, ia sibuk menghubungi kerabat dari Sumbar, Riau, Jambi, Aceh, hingga Surabaya untuk berpartisipasi menyumbang gula.

"Penawar rindulah bagi kami," ujar Faradillah, yang ingatannya penuh dengan kenangan seru saat berebut gula di hari puncak mulai dari sendal putus, kaki terhimpit, hingga terkena bungkusan gula.

Setidaknya rasa kekeluargaan kembali terjalin, silaturahmi terus terjaga. Serta mampu mengakomodir rasa rindu yang sudah tertahan.

Demi menyambut saudara yang pulang kampung, keluarga Faradillah bahkan menyiapkan rumah, membuat kue, dan secara khusus menyiapkan air asam dan emping, menu khas yang disantap bersama sambil bercerita melepas rindu usai acara puncak.

TRADISI SERAK GULO- Seorang warga keturunan india Faradillah Yunus (47), sedang membungkus gula pasir di Pasa Batipuah, Pasa Gadang, Padang Selatan, Kota Padang, Jumat (14/11/2025). Gula ini berasal dari hasil penyisihan rezeki warga yang dipercayakan padanya untuk dibagikan saat hari puncak tradisi serak gulo pekan depan. 
TRADISI SERAK GULO- Seorang warga keturunan india Faradillah Yunus (47), sedang membungkus gula pasir di Pasa Batipuah, Pasa Gadang, Padang Selatan, Kota Padang, Jumat (14/11/2025). Gula ini berasal dari hasil penyisihan rezeki warga yang dipercayakan padanya untuk dibagikan saat hari puncak tradisi serak gulo pekan depan.  (TribunPadang.com/Panji Rahmat)

Dari Sedekah Personal Menjadi Pesta Multi-Etnis

Meskipun berawal dari tradisi Islam keturunan India, Serak Gulo kini telah bertransformasi menjadi agenda kebersamaan multi-etnis.

Beberapa tahun terakhir, sumbangan gula tak lagi didominasi oleh warga keturunan India, tetapi juga diramaikan oleh masyarakat etnis lain seperti Minangkabau dan Tionghoa yang sudah lama berbaur di kawasan Padang Selatan.

Baca juga: Serak Gulo 2025, Tradisi Warisan India Muslim yang Hidup di Padang Sejak 450 Tahun Lalu

Bahkan, remaja dan anak sekolah ikut menyisihkan uang jajan, menyumbang seperempat kilo gula, demi niat dimudahkan mendapat ilmu.

"Kadang ada juga anak sekolah singgah. Kalau anak-anak itu saya suruh aja bungkus sendiri, sekalian proses regenerasi juga," tutur Faradillah, yang teliti membungkus gula dalam kain perca warna-warni bersama kakaknya, Nurjahan Yunus (56).

Total sumbangan gula dari berbagai etnis ini di hari puncak diperkirakan bisa mencapai ton-tonan, yang siap dibagikan kepada ribuan masyarakat dan wisatawan yang hadir.

Dukungan Penuh Pemerintah, 1 Ton Gula dan Bazar Kuliner

Sumber: Tribun Padang
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved