Serak Gulo 2025
Pemko Padang Siapkan 1 Ton Gula untuk Tradisi Serak Gulo 2025
Pemerintah Kota Padang, Sumatera Barat, menyiapkan satu ton gula pasir untuk mendukung pelaksanaan tradisi serak gulo warga keturunan India
Penulis: Panji Rahmat | Editor: Rahmadi
Ringkasan Berita:
- Pemko Padang menyiapkan satu ton gula untuk tradisi serak gulo 2025 di Pasa Gadang.
- Dispar Padang memastikan persiapan berjalan dan melibatkan berbagai etnis di kota itu.
- Bazar kuliner dua hari digelar untuk dukung UMKM dan menarik pengunjung.
- Ribuan warga diperkirakan memadati kawasan Masjid Muhammadan saat tradisi berlangsung.
TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Pemerintah Kota Padang, Sumatera Barat, menyiapkan satu ton gula pasir untuk mendukung pelaksanaan tradisi serak gulo warga keturunan India di Masjid Muhammadan, Pasa Gadang, Padang Selatan, Jumat (14/11/2025).
Kepala Dinas Pariwisata Kota Padang Yudi Indra Sani, mengatakan, tradisi serak gulo ini merupakan agenda pariwisata pemerintah setempat.
Keberlangsungan tradisi ini dalam beberapa tahun terakhir selalu disuplort oleh pihaknya, guna melestarikan budaya, meningkatkan kunjungan wisatawan dan menggerakkan roda ekonomi masyarakat.
“Tahun ini kami bakal menyiapkan satu ton gula untuk tradisi serak gulo yang akan berlangsung pekan depan (22/11/2025),” ujarnya.
Pihaknya menilai tradisi serak gulo merupakan budaya masyarakat keturunan india yang hanya berlangsung di Kota Padang, meski akarnya dari India Selatan.
Baca juga: Jadwal Acara GTV Sabtu 15 November 2025: Deretan Program Seru dari Pagi hingga Malam
Bahkan perkembangan tradisi ini, sudah melibatkan etnis lain yang ada di Kota Padang, sehingga memperkuat rasa keberagaman di tengah masyarakat.
Selain satu ton gula, Dispar juga sudah menyiapkan bazar kuliner multi etnis selama dua hari di sekitaran lokasi kegiatan.
“Kami juga akan melibatkan UMKM untuk menudukung kegiatan ini, dengan harapan bisa menarik wisatawan dan meningkatkan perekonomian masyarakat,” ujarnya.
Ia berharap acara ini bisa dihadiri oleh ribuan wisatawan dan menghasilkan perputaran ekonomi yang sinifikan.
Penawar Rindu Keturunan India
Sejauh ini memang belum ada penawar rindu terbaik selain pertemuan, melalui tradisi serak gulo, masyarakat keturunan India di Pasa Batipuh, Pasa Gadang, Padang Selatan, Kota Padang coba mewujudkan.
Tradisi serak gulo ini menurut sejumlah sumber sudah berlangsung sejak ratusan tahun silam, bermula di perkampungan kecil Nagore, Naggapattinam daerah Tamil Nadhu India Selatan, 450 tahun silam.
Tradisi ini merupakan kebiasaan dari Syekh Shanul Hamid, ulama sufi India yang dikenal sebagai Waliyullah yang memegang peranan penting dalam penyebaran agama islam pada masa itu.
Di Kota Padang tradisi ini dirawat oleh warga keturunan India, yang sering disebut kampung keling oleh masyarakat setempat dengan lokasi di Masjid Muhammadan yang notabene masjid tertua di Kota Padang.
Diantaranya warga keturunan yang ambil peran dalam pelestarian budaya ini Faradillah Yunus (47), yang sudah menikmati tradisi ini sejak lahir.
Baca juga: Bagnaia Takkan Salahkan Motor dan Kesulitan Angkat Performa Ducati Semenjak Marc Marquez Absen
Bahkan, banyak kenangan yang masih membaluti ingatannya akan tradisi ini, mulai dari sendal putus, kaki terhimpit hingga terkena bungkusan gula saat hari puncak.
“Semuanya membekas dan terus hidup dalam ingatan saya. Malah kejadian itu yang membuat tradisi ini mampu bertahan hingga sekarang,” ujarnya ditemui, saat sedang membungkus gula untuk persiapan tradisi serak gulo pekan depan, Sabtu (22/11/2025).
Tujuan utama dalam tradisi ini yang diturunkan oleh orang tuanya adalah bentuk rasa syukur masyarakat india keturunan atas rezeki yang diterima sepanjang tahun.
Secara tidak langsung tradisi kni adalah bentuk sedekah oleh umat islam, namun dalam bentuk pembagian gula, sekaligus memperingati wafatnya Syekh Shanul Hamid yang dikenal suka berbagi gula atau makanan manis semasa hidupnya.
Tradisi ini berlangsung pasca maulid Syekh Abdul Qadir Al Jailani, atau 40 hari sebelum maulid Syekh Shanul Hamid yang bertepatan pada tanggal 1 Jumadil Akhir kalender hijriah.
Baca juga: Pemko Bukittinggi Salurkan bantuan pangan Periode Oktober-November dengan Tambahan Minyak Goreng
“Urutan Prosesnya berlangsung dengan mengumpulkan gula, membungkusnya hingga membagikannya,” ujar Faradillah.
Namun, dalam proses itu hidup rasa kebersamaan dan silaturahmi antar masyarakat keturunan India yang sudah berpencar hampir ke seluruh penjuru Indonesia.
Faradillah mengaku jika sudah selesai Maulud Syekh Abdul Qadir Al Jailani, ia akan menghubungi saudaranya mulai dari Sumbar, Riau, Jambi, Aceh hingga Surabaya.
Tujuan utama komunikasi itu untuk mengingatkan saudaranya bahwa tradisi serak gulo akan berlangsung, supaya mereka bisa menyisihkan rezekinya.
“Nanti ada saudara yang memesan bahwa ingin ikut serta dengan jumlah beragam, mulai dari satu kilo hingga satu karung,” ujarnya.
Baca juga: Damkar Padang Bantu Buka Mobil Terkunci di Parupuk Tabing, Kunci Tertinggal dalam Kendaraan
Pesanan itu nantinya akan diakomodir oleh keluarga Faradillah yang berada di Kota Padang, dengan menyiapkan kain perca warna-warni dan membungkus gula tersebut.
Kegiatan itu akan dijalankan Faradillah secara perlahan memanfaatkan waktu senggang di sela aktivitas harian.
Setelah penjajakan komunikasi tahap awal itu, setiap pesanan yang telah selesai dibungkusnya, akan diinformasikan oleh Faradillah pada para keluarga yang berada di luar Kota Padang.
“Setidaknya rasa kekeluargaan kembali terjalin, silaturahmi terus terjaga. Serta mampu mengakomodir rasa rindu yang sudah tertahan,” ujarnya.
Pada tradisi serak gulo ini juga, Faradillah mengaku sejumlah kerabat biasanya memutuskan untuk pulang kampung.
Baca juga: KemenHAM Sumbar Ajak Ratusan Siswa SMP 12 Padang Berani Tolak Segala Bentuk Kekerasan
Demi menyambut para saudara biasanya, Faradillah dan keluarganya akan membersihkan rumah menyiapkan tempat menginap hingga membuat kue, layaknya lebaran Idul Fitri.
Paling pasti, mereka akan menyiapkan air asam dan emping (sejenis toping untuk minuman cendol), menu itu akan mereka santap setelah tradisi puncak serak gulo selesai.
“Nanti kalau sudah selesai (acara puncak) kami bersantai sambil menikmati kue dan makanan yang ada. Sembari bercerita melepas rindu, menbahas kejadian saat acara puncak,” ujarnya.
Ia menilai tradisi serak gulo ini secara tidak langsung sudah menjadi penawar rindu bagi keluarganya dengan dibalut akulturasi budaya dan tradisi keturunan india.
“Penawar rindulah bagi kami, serta juga untuk menyemarakkan penyanbutan bulan ramadhan yang sisa beberapa bulan saja,” ujarnya.(*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/padang/foto/bank/originals/Pemerintah-Kota-Padang-Sudaa.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.