Simulasi Tsunami Padang

BMKG Ungkap Golden Time Tsunami di Padang Hanya 20–30 Menit

“Untuk wilayah pesisir Sumatera Barat, golden time kita cuma 20–30 menit ketika sumber tsunaminya berasal dari megathrust," ujar Suaidi Ahadi

Penulis: Muhammad Afdal Afrianto | Editor: Rezi Azwar
TribunPadang.com/Muhammad Afdal Afrianto
TSUNAMI DRILL- Kepala BMKG Padang Panjang Suaidi Ahadi memberikan keterangan kepada wartawan usai pelaksanaan Tsunami Drill di Kota Padang, Rabu (5/11/2025). Dalam kesempatan itu, Suaidi menjelaskan pentingnya kesiapsiagaan masyarakat menghadapi ancaman tsunami serta menegaskan golden time evakuasi di wilayah pesisir Padang hanya berkisar 20–30 menit. 

Ringkasan Berita:
  • BMKG ingatkan pentingnya kesiapsiagaan masyarakat pesisir menghadapi ancaman tsunami, karena waktu evakuasi (golden time) di wilayah Padang hanya sekitar 20–30 menit, dan di Kepulauan Mentawai bahkan kurang dari 10 menit.
  • Kegiatan Tsunami Drill di Padang bertujuan melatih otak dan refleks masyarakat dalam merespons tanda-tanda alam serta meningkatkan koordinasi antarinstansi dalam menindaklanjuti peringatan dini tsunami.
  • Masih ada kendala komunikasi antarinstansi saat simulasi.

TRIBUNPADANG.COM, PADANG – Kepala BMKG Padang Panjang Suaidi Ahadi menegaskan pentingnya kesiapsiagaan masyarakat pesisir dalam menghadapi ancaman tsunami.

Hal itu disampaikannya usai simulasi evakuasi bencana tsunami (Tsunami Drill) yang digelar Pemerintah Kota Padang pada Rabu (5/11/2025).

Simulasi tersebut diawali dengan latihan gempa bumi dan bunyi sirine tsunami pada pukul 10.00 WIB.

Warga sekitar Jalan Jenderal A. Yani, Kelurahan Olo, Kecamatan Padang Barat, berlarian menuju shelter Hotel Santika Padang, salah satu titik evakuasi resmi di kota itu.

Baca juga: Simulasi Tsunami di Padang Dinilai Baik, Warga Minta Pemerintah Siapkan Mekanisme Khusus bagi Lansia

Menurut Suaidi, waktu emas atau “golden time” untuk masyarakat pesisir Padang dalam melakukan evakuasi sangat terbatas.

“Untuk wilayah pesisir Sumatera Barat, golden time kita cuma 20–30 menit ketika sumber tsunaminya berasal dari megathrust," ujar Suaidi Ahadi kepada TribunPadang.com.

Namun, kalau di Kepulauan Mentawai, waktunya lebih singkat lagi, kurang dari 10 menit.

Suaidi menjelaskan, kegiatan simulasi ini bukan sekadar rutinitas, melainkan sarana untuk melatih otak dan refleks masyarakat dalam merespons tanda-tanda alam.

Baca juga: Wako Padang Tegaskan Shelter Tsunami Tak Boleh Terkunci, Jalur Evakuasi Jadi Prioritas Perbaikan

TSUNAMI DRILL PADANG: Sejumlah masyarakat tampak belarian ke Hotel Santika yang menjadi Tempat Evakuasi Sementara (TES) saat pelaksanaan Tsunami Drill, Rabu (5/11/2025). Tsunami Drill tampak dimulai sekira pukul 10.00 WIB dengan diawali membunyikan sirine dari berbagai pengeras suara yang ada di gedung-gedung dan kendaraan yang mempunyai pengeras suara.
TSUNAMI DRILL PADANG: Sejumlah masyarakat tampak belarian ke Hotel Santika yang menjadi Tempat Evakuasi Sementara (TES) saat pelaksanaan Tsunami Drill, Rabu (5/11/2025). Tsunami Drill tampak dimulai sekira pukul 10.00 WIB dengan diawali membunyikan sirine dari berbagai pengeras suara yang ada di gedung-gedung dan kendaraan yang mempunyai pengeras suara. (TribunPadang.com/Fajar Alfaridho Herman)

“Latihan ini untuk melatih otak kita agar siap. Bagaimana masyarakat merespons gejala alam, sistem, dan komunikasi, agar bisa melakukan evakuasi mandiri,” katanya.

Ia menambahkan, peran instansi seperti Pemko Padang, TNI-Polri, Basarnas, BPBD, dan BNPB juga sangat penting dalam membaca dan menindaklanjuti peringatan dini tsunami dari BMKG.

Kalau peringatan dini level 1, 2, dan 3, petugas hanya mendata, belum mengevakuasi korban.

Baca juga: Pakar Sebut Megathrust Mentawai Mengintai Sumbar: Energi Tersimpan Selama Lebih 200 Tahun

"Tapi kalau sudah peringatan dini 4, baru dilakukan evakuasi korban oleh TNI, Polri, dan instansi terkait,” jelas Suaidi.

Meski pelaksanaan simulasi berjalan lancar, Suaidi mencatat masih adanya kendala dalam sistem komunikasi antarinstansi.

“Kalau catatan kami, memang komunikasi masih jadi tantangan. Kita masih gagap komunikasi. Ini baru latihan, apalagi kalau kejadian sebenarnya,” ujarnya.

Baca juga: Warga Padang Berlarian! Sirine Berbunyi Keras, Ratusan Orang Evakuasi Diri Hindari Ancaman Tsunami

Menurutnya, salah satu masalah yang muncul adalah belum adanya frekuensi komunikasi tunggal saat simulasi berlangsung.

Sumber: Tribun Padang
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved