Anyaman Rotan
Anyaman Rotan Pitameh Padang, Bertahan dengan Keyakinan Masih Ada Tempat di Hati Masyarakat
Selama lebih dari sepuluh tahun, ia menekuni usaha ini dengan keyakinan kuat bahwa rotan masih memiliki tempat di hati masyarakat.
Penulis: Fajar Alfaridho Herman | Editor: afrizal
TRIBUNPADANG.COM, PADANG– Rotan, tumbuhan palem berduri yang tumbuh berumpun maupun tunggal dari famili Arecaceae, sejak dahulu sudah akrab dengan kehidupan masyarakat.
Tanaman yang bisa ditemukan di dataran rendah hingga dataran tinggi, terutama di bantaran sungai ini, hampir seluruh bagiannya dapat dimanfaatkan.
Mulai dari bahan kursi, pengikat, hingga komponen desain.
Baca juga: Tenun Unggan Khas Sijunjung, Kain Istimewa Miliki Beragam Motif Mengandung Nilai Filosofi
Tak heran, rotan sejak lama menjadi andalan pengerajin dan pengusaha untuk diolah menjadi furnitur serta perlengkapan rumah tangga, seperti kursi, meja, hingga pintu.
Meski kini hadir berbagai produk furnitur dengan bahan baku lebih murah, sejumlah pengusaha anyaman rotan tetap bertahan dengan keyakinan bahwa kerajinan ini punya nilai seni yang tak lekang oleh waktu.
Salah satunya adalah Yuni Hendrita (55), pengusaha kerajinan anyaman rotan di kawasan Pitameh, Kelurahan Tanah Sirah Piai Nan XX, Kecamatan Lubuk Begalung, Kota Padang Sumatera Barat (Sumbar).
Selama lebih dari sepuluh tahun, ia menekuni usaha ini dengan keyakinan kuat bahwa rotan masih memiliki tempat di hati masyarakat.
Baca juga: Indra Yeni, Merdekakan Kaum Perempuan, Lewat Tenun Unggan Lansek Manih Sijunjung
“Kalau untuk bersaing dengan bahan lain, saya tidak ragu. Anyaman rotan punya nilai seni yang tinggi, tidak termakan zaman. Semua kalangan menyukai, bahkan anak muda pun banyak yang tertarik karena estetik,” ujarnya, Kamis (28/8/2025) lalu.
Kecintaan Hendrita pada anyaman rotan berawal dari hobi.
Meski tak terlalu mahir membuat kerajinan, ia memutuskan membuka usaha, apalagi Pitameh memang dikenal sebagai pusat kerajinan rotan.
Tujuannya bukan sekadar bisnis, melainkan juga membuka lapangan pekerjaan bagi warga sekitar yang memiliki keterampilan menganyam.
Kini, Hendrita mengelola dua toko kerajinan rotan dengan sejumlah karyawan.
Di tokonya, tampak beragam produk tertata rapi, mulai dari kursi, meja, pembatas pintu, ayunan, hingga keranjang buah. Dari sekian banyak, produk yang paling sering dibeli adalah ayunan, keranjang buah, serta pintu pembatas.
“Kita tidak punya motif khusus, biasanya hanya bermain di warna. Ada rotan yang dianyam lalu diberi warna agar lebih menarik,” jelasnya.
Harga kerajinan yang dijual Hendrita pun bervariasi, yaitu dari harga Rp15 ribu hingga harga Rp5 juta, tergantung bentuk dan ukurannya.
Hasil Kongres Persatuan PWI 2025 : Akhmad Munir Terpilih Jadi Ketum dan Atal S Depari Jadi Ketua DK |
![]() |
---|
Laga Semen Padang Vs Persita Tangerang Ditunda, Kondisi Keamanan Salah Satu Penyebabnya |
![]() |
---|
Detik-detik Angin Puting Beliung di Alahan Panjang, Warga Berhamburan Melarikan Diri ke Lokasi Aman |
![]() |
---|
Kapolresta Rully Sampaikan Maaf dan Duka untuk Affan, Ajak Massa Kawal Pemeriksaan Personel |
![]() |
---|
Tuntutan Diterima dan Berjalan Damai, Ratusan Massa Aksi Tinggalkan Mako Polresta Bukittinggi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.