TRIBUNPADANG.COM, SIJUNJUNG - Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat (Sumbar) memiliki tujuh Warisan Budaya Tak benda (WBTb) yang telah diakui oleh Kementerian Kebudayaan.
Hal itu disampaikan oleh Bupati Sijunjung, Benny Dwifa saat Rapat Koordinasi Pemerintah Provinsi dengan kabupaten dan kota se-Sumatera Barat di Aula Gubernuran Sumatera Barat, pada Selasa (5/8/2025).
Benny Dwifa menyebutkan, sejatinya berbudaya bukan hanya perkara seberapa banyak Nilai Budaya dan Cagar Budaya yang dapat dilestarikan.
Tetapi, nilai budaya yang ada, bisa dilestarikan dan menjadi warisan generasi mendatang.
Baca juga: Ketua Tim Pansel Sekda Kota Pariaman Sakit, Proses Seleksi 4 Calon Jadi Tertunda
"Berbudaya sejatinya itu, bagaimana kita memastikan anak cucu nanti, bisa memahami dengan sesungguhnya arti keberadaannya di hadapan Sang Pencipta," ucapnya.
Ia menyampaikan rasa syukurnya atas penetapan ini dan berharap agar generasi muda Kabupaten Sijunjung dapat terus melestarikan warisan budaya tersebut.
“Ini adalah pengakuan atas kerja keras kita semua. Semoga budaya kita terus hidup dan berkembang di tengah arus modernisasi. Untuk itu sekali lagi kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut mensukseskan penetapan karya budaya ini,”katanya.
"Berarti saat ini Kabupaten Sijunjung telah memiliki tujuh WBTB yang sudah disertifikatkan," ujar Benny.
Baca juga: Kejati Sumbar Raih Peringkat III Kinerja Bidang Intelijen Semester I 2025
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sijunjung, Puji Basuki melalui Kepala Bidang Kebudayaan, Abdul Gafar Indra didampingi PPTK Cagar Budaya, Wiwit Arianita menjelaskan, dari empat karya budaya yang diusulkan, dua di antaranya berhasil direkomendasikan untuk ditetapkan sebagai WBTb Indonesia tahun 2024.
"Karya budaya yang mendapat penetapan adalah Baombai (Nagari Padang Laweh) dan Bakpo Nan Saraf (Nagari Sijunjung) sementara dua usulan lainnya yaitu Godok Obui (Lubuk Tarok), dan Randang Bilalang (Nagari Kumanis) belum berhasil mendapatkan rekomendasi untuk ditetapkan sebagai WBTb,” ujar Abdul Gafar Indra.
Keberhasilan ini lanjut Abdul Gafar tidak terlepas dari dedikasi para maestro yang terus menjaga dan melestarikan warisan budaya daerah.
Baombai ini menceritakan tentang proses atau tahapan kegiatan bertani mulai dari pengolahan tanah sampai panen.
Tari Baombai kerap kali ditampilkan dalam kegiatan-kegiatan seni pertunjukkan, baik dalam kegiatan yang diadakan pemerintah daerah maupun festival budaya.
Ba Ombai ini sendiri dilestarikan oleh maestro Gusnimar dan Nurtini di Jorong Koto, Nagari Padang Laweh, Kecamatan Koto VII.
Sementara itu, Bakpo Nan Saraf merupakan sebuah kegiatan dalam konteks pengajian kitab di salah satu surau di Sijunjung.
Baca juga: Tari Baombai dan Bakpo Nan Saraf dari Sijunjung Sumbar Ditetapkan Jadi Warisan Budaya Tak Benda