Penangkapan Koyek, bak tamparan keras bagi masyarakat. M
ereka hidup dalam kebersamaan dengan seorang pembunuh, tanpa secuil pun rasa curiga.
Dampak psikologisnya begitu nyata, terutama bagi kaum remaja.
Rumah Koyek yang selama ini memang lengang dan sepi, kini menjadi simbol ketakutan.
Anak gadis Febrianto, misalnya, yang dulunya tak masalah berjalan kaki pulang sekolah, kini selalu meminta dijemput.
Perbuatan Koyek bahkan telah menjadi pameo di kalangan anak-anak, sebuah cara baru untuk menakuti.
Baca juga: Liciknya Wanda Pelaku Pembunuhan di Padang Pariaman, Ngotot Tak Tahu Keberadaan Siska ke Polisi
Sosok Pendiam Penuh Misteri
Febrianto mengenang Koyek sebagai sosok yang santai, mudah senyum, dan tidak banyak bicara.
Di organisasi kepemudaan Lakuak, Sungai Buluh, Batang Anai, Koyek dikenal aktif, bahkan sempat ditunjuk sebagai penasihat dalam acara Maulid Nabi awal tahun lalu.
Ia mudah bergaul, sesekali duduk di lapau melepas penat, dan tak sungkan jika diajak mengobrol.
Masa muda Koyek diwarnai dengan merantau ke Pekanbaru dan sempat mencoba tes polisi, meski gagal.
Kemudian, ia kembali ke kampung halaman, bekerja sebagai pengangkut pasir di aliran Batang Anai, sebelum akhirnya bekerja di pabrik selama satu hingga satu setengah tahun terakhir.
Hubungan asmara Koyek dengan Siska, pacarnya sejak SMA, sudah bukan rahasia lagi.
Kedua keluarga bahkan sudah saling mengenal dan merencanakan pertunangan.
Febrianto bersaksi bahwa tingkah laku Koyek selama bergaul selalu ramah.
Baca juga: LBH Padang Ungkap Sempat Wawancarai Wanda, Tak Sangka Dia Pelaku Pembunuhan Siska Oktavia