Hidup Dalam Kecemasan
AmukanSungai Batang Mangor kembali menerjang kawasan Pasia Laweh, Bisati Sungai Sariak, Kecamatan VII Koto, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat.
Warga setempat kini hidup dalam kecemasan karena amukan sungai ini bukan fenomena baru, melainkan ancaman tahunan yang minimal terjadi sekali setahun, terutama setelah hujan durasi panjang.
Amukannya cukup memberi dampak yang besar bagi masyarakat setempat, mulai dari lahan pertanian hingga pemukiman masyarakat terus menjadi bulan-bulanan.
Beberapa hari yang lalu, satu unit rumah ambruk ke dalam Batang Mangor, rumah tersebut berada di atas tebing setinggi 15 meter dari permukaan sungai.
Dulunya rumah tersebut berjarak 30 meter dari Batang Mangor, namun bergantinya tahun, aliran Batang Mangor berubah hingga menggerus tebing rumah tersebut.
Baca juga: Mesa Hira Berakhir di Top 3 Indonesian Idol 2025, Ternyata Pernah Ikut Tes Jadi Polwan
Bersama satu unit rumah ini, ada satu unit rumah dan satu fasilitas umum (Musholla) yang tinggal hari menunggu waktu saja untuk ambruk.
Masyarakat setempat Gustiar, menilai amukan Batang Mangor yang makin menjadi ini terjadi akibat kondisi hujan di hulu serta geografis aliran sungai yang terlalu banyak berbelok.
Akibatnya aliran sungai sering berubah sesuai dengan kondisi jalan yang sudah dilaluinya.
"Dulu aliran air ini berada 30 meter dari pemukiman warga, namun kondisi sungai yang berliku membuatnya berubah dengan perlahan," ujarnya, Senin (6/5/2025).
Sependapat dengan Gustiar, Sariyanti menambahkan penyebab dari situasi ini juga karena penggalian pasir yang terjadi di sepanjang aliran sungai.
Baca juga: Batang Mangor Mengamuk Tiap Tahun, Air Meluap 5 Meter Gerus Lahan Petani di Padang Pariaman
Penggalian tersebut, membuat lintasan awal aliran sungai berubah, sehingga aliran sungai yang sudah berliku makin tambah berliku.
"Masih banyaknya masyarakat yang tidak sadar akan bahaya membuang sampah ke sungai juga menjadi salah satu faktornya," ujar Sariyanti.
Meski sudah menyajikan dampak yang nayat pada kehidupan masyarakat setempat, keduanya sepakat masih belum ada penanganan kongkrit dari pemerintah Padang Pariaman atas masalah ini.
Wali Nagari Bisati Sungai Sariak, Firdaus mengatakan, penyebab dari amukan Batang Mangor yang berdampak pada masyarakat ini tidak terlepas dari kondisi geografis sungai.
"Kondisi geografis ini sungai ini, membuat sudut aliran air berubah dan mengancam pemukiman hingga lahan pertanian masyarakat," ujarnya.(*)