Raulis dan Zulbaidah mengatakan, selama tiga hari mereka tidur tanpa penerangan. Listrik baru menyala pada Sabtu malam.
"Semua mati di sini, listrik, air, jaring telepon, mati semua, mulai hidup ini Sabtu malam itu," ujarnya.
Kampung Limau Hantu saat ini juga dalam keadaan terisolasi. Akses jalan satu-satunya menuju daerah ini putus dan tidak bisa dilewati.
Warga hanya bisa lewat di pinggir-pinggir bukit karena jalan yang biasanya terban terkikis arus sungai hingga habis tak bersisa.
Sepanjang jalan kampung, sampah-sampah menumpuk. Pasir dan lumpur menimbulkan badan jalan. Air sisa banjir masih menggenang.
Raulis dan Zulbaidah bukan satu-satunya warga yang terdampak banjir. Di kampung ini setidaknya ada 15 rumah lainnya yang terdampak.
Untuk kebutuhan makan, warga masih bisa membeli di warung luar kampung dengan berjalan kaki sekitar satu kilometer. Biasanya bisa dengan kendaraan.
"Sampai sekarang belum ada satupun bantuan pemerintah sampai di sini," kata Raulis dan Zulbaidah senada. (*)