TRIBUNPADANG.COM, PESISIR SELATAN - Raulis (74) dan Zulbaidah (65) berusaha memegangi tiang dapur rumahnya agar tidak hanyut terbawa air bah.
Di tengah kepanikan dan berendam hingga sedada, mereka bertahan di dalam rumah menyelamatkan harta berharga.
"Tidak bisa berbuat apa-apa, saya pegang terus tiang dapur ini biar tidak hanyut. Mengucap-ngucap," kata Zulbaidah dalam bahasa Minang kepada TribunPadang.com, Minggu (10/3/2024).
"Saya dapur ini saya tambang (ikat) ke pohon di sana, biar tidak hanyut, saya berdiri di sini (pintu dapur), tidak bisa berbuat apa-apa," ujar Raulis memperagakan situasi yang ia lewati.
Banjir bandang melanda Kampung Limau Hantu, Kenagarian Taratak Tempatiah, Kecamatan Batang Kapas, Pesisir Selatan pada Kamis (7/3/2023) malam.
Baca juga: POPULER SUMBAR: Banjir dan Longsor di Pessel Memakan Korban Jiwa 16 Meninggal, Warga Makan Seadanya
Raulis dan Zulbaidah bertetangga. Dapur rumah mereka memang dekat dengan sungai dan hancur terbawa banjir bandang.
"Semuanya hanyut. Yang di dapur ini tidak ada bersisa satu pun. Hanyut semua," kata Raulis berulang-ulang.
Mereka menceritakan bagaimana detik-detik air bah datang dari hulu sungai menghantam pemukiman. Peristiwa itu terjadi Kamis malam.
Raulis mengatakan, air bah datang dua kali. Kali pertama menjelang Magrib, sekitar pukul 18.00 WIB, dan yang kedua sekitar pukul 20.00 WIB.
Banjir pertaman tidak terlalu besar. Air masuk ke dalam rumah mereka setinggi lutut, atau sekitar 50 centimeter. "Banjir pertama ini cepat surut," ucap Raulis.
Baca juga: Pilu Warga Batu Bala Pessel, Rumah Hancur Dihantam Banjir, Tidur Gelap-gelapan, Makan Seadanya
Kemudian banjir yang kedua, selang dua jam setelahnya, Raulis bilang tiba dengan debit yang lebih besar. Suara gemuruh air terdengar kencang.
"Yang ini yang menghancurkan. Banyak bawa kayu-kayu ukuran besar. Lihat lah di sana, di jalan kan banyak berserakan itu," katanya menunjuk ke pintu masuk kampung.
Banjir yang kedua ketinggiannya mencapai sedada orang dewasa, sekitar satu meter. Banjir kedua ini yang membuat dapur rumahnya yang semi permanen hilang.
Raulis menambah, saat banjir kedua terjadi, suasana diperparah dengan matinya listrik. Mereka menghadapi banjir dalam keadaan gelap gulita.
Banjir mulai surut sekitar pukul 00.00 WIB. Namun belum sepenuhnya air dalam rumah kering. "Kering itu mulai subuh," Zulbaidah menimpali.
Baca juga: Banjir dan Longsor di Pesisir Selatan Memakan Korban Jiwa, 16 Orang Meninggal, 7 Orang Hilang