Kota Pariaman

Pengamat Nilai Perlu Upaya Pemerintah Hidupkan Batik Sampan di Dusun Sampan Kota Pariaman

Penulis: Panji Rahmat
Editor: Rizka Desri Yusfita
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dewi sartika (36) menunjukan batik sampan tulis yang sudah ia canting di halaman rumahnya, Rabu (24/5/2023).

TRIBUNPADANG.COM, PARIAMAN - Kondisi pelaku batik sampan yang terus berkurang di Dusun Sampan Punggung Ladiang, Pariaman Selatan Kota Pariaman, perlu sentuhan pemerintah untuk mempertahankannya.

Hal ini disampaikan pengamat batik Nurcholis, mengingat batik sampan di Dusun Sampan memiliki sejarah yang panjang di dunia batik Sumatera Barat.

Hanya saja persoalan batik tidak soal nilai sejarah saja, pelaku batik juga memikirkan nilai ekonomi dalam berkarya.

"Saya melihat penurunan pelaku batik di Dusun Sampan itu dampak dari nilai ekonominya tidak berjalan," terangnya, Minggu (28/5/2023).

Baginya kalau nilai ekonomi pelaku batik terjamin, pasti kondisi batik sampan di Dusun Sampan bisa berkembang.

Kondisi saat ini para pembatik merasa jenuh karena karyanya tidak kunjung menghasilkan uang.

Baca juga: Berawal di Zaman Orde Lama, Batik Sampan Pariaman Sempat Jadi Tempat Produksi Terbesar di Sumbar

Di tengah kondisi serupa ini Nurcholish menilai perlunya peran pemerintah daerah untuk membuat batik sampan di Dusun Sampan kembali menggeliat.

Menurutnya pemerintah memiliki peranan besar, dengan menciptakan pasar hasil produksi para pembatik.

Pasar itu bisa diciptakan karena pemerintah punya anggaran besar untuk mengakomodir hasil produk para pembatik.

"Jadi pemerintah, saya rasa bisa membuat kebijakan untuk para ASN menggunakan produk batik tersebut," jelasnya.

Baca juga: Senja Kala Batik Sampan di Dusun Sampan Pariaman

Dalam penerapannya pemerintah bisa mewajibkan ASN untuk menggunakan produk batik sampan dengan membeli langsung ke pelaku batik.

Kebijakan serupa itu kata Nurcholis sudah banyak diterapkan di pemerintahan daerah lain, sehingga bisa dicontoh untuk Pemerintah Kota Pariaman.

Melalui cara itu pelaku batik sampan di Dusun Sampan, bisa antusias kembali untuk berkecimpung dan meningkatkan kualitas produknya.

Upaya dari pemerintah dalam mengakomodir hasil produksi batik tersebut, tentunya akan menciptakan lapangan kerja baru dan menghidupkan ekonomi masyarakat.

Selain upaya pemerintah, pelaku batik di Dusun Sampan juga bisa terus mengembangkan batik sampan dengan menjual produk bersama nilai sejarahnya.

"Sekarang pelaku batik sampan juga bisa menembus pasar nasional dan internasional melalui market online," terang pengrajin batik asal Dharmasraya itu.

Baca juga: Ciri Khas Batik Sampan Asli dari Dusun Sampan Kota Pariaman

Terpisah pelaku batik sampan di Dusun Sampan Dewi Sartika (36), mengaku minat masyarakat untuk belajar batik sampan di Dusun Sampan terus berkurang.

Ia yang sudah belasan tahun jadi pembatik, menilai banyak anak muda di daerah itu belum mau bergelut membuat batik sampan ini.

"Kalau pelakunya terus berkurang, saya takut batik sampan di Dusun Sampan hanya tinggal nama saja," terang, ibu dua anak itu.

Bersandar pada sejarah, batik sampan dinamai demikian karena asal usul dan ciri khas pembuatannya.

Kalau hanya nama batik sampan yang tersisa, tapi pembuatannya di daerah lain, akan membuat masyarakat Dusun Sampan rugi.

Baca juga: Perjuangan Dewi Sartika Lestarikan Batik Sampan Khas Kota Pariaman

Menurutnya sejarah batik sampan ini harus kembali disampaikan pada masyarakat luas, terutama anak muda. Agar mereka mau belajar batik sampan dan menghidupkannya kembali.

Berdasarkan pengamatan Dewi, pelaku batik sampan berkurang karea proses pengerjaannya yang tidak instan.

Menjadi pembatik, Dewi mengaku harus sabar menghabiskan waktu sampai satu pekan untuk menyelesaikan satu pesanan. Jika pesanan itu bagus dan tidak terkendala barulah ia mendapat uang.

"Pengalaman saya setiap kelompok batik sampan yang pernah saya ikuti, proses itu yang tidak sabar mereka lewati," jelasnya.

Baca juga: Sepenggal Cerita Sejarah Batik Sampan di Dusun Sampan Kota Pariaman

Ia melihat banyak pembatik muda, ingin langsung mendapat uang sejak mulai memproduksi batik.

Cara pikir ini harus diubah, agar pembatik muda bisa ikut ambil andil menghidupkan batik sampan di Dusun Sampan.

Minimnya minat pembatik baru ini, menurut Dewi sebenarnya tidak sejalan dengan dukungan pemerintah.

Ia menilai selama jadi pelaku batik sampan ragam bantuan dari pemerintah sempat ia terima.

Mulai dari pelatihan, alat, bahan mentah hingga konsumen pernah ia dapat untuk menjalani usaha batik ini. (*)

Berita Terkini