TRIBUNPADANG.COM, SOLOK - Inang (54) tak kuasa menahan haru mengingat cabai yang baru dipanen oleh anaknya sebanyak 60 kilogram membusuk karena tak bisa diangkut ke Kota Solok.
"Terpaksa dibuang, habis semuanya karena busuk. Sedangkan jalan ketika itu tak bisa dilewati," katanya kepada Tribunpadang.com, Rabu (10/5/2023).
Puluhan petani cabai di Jorong Kipek, Nagari Aie Luo, Kabupaten Solok, merugi karena hasil panen mereka tak bisa dijual ke Kota Solok. Jalan satu-satunya menuju daerah itu lumpuh total selama delapan hari akibat tertimbun longsor.
Baca juga: Mengunjungi Daerah Terisolir Nagari Aie Luo Solok, Warga Sebut Jalan Mulus Tak Sampai 1 Kilometer
Inang bercerita, padahal hasil panen itu sudah direncanakan untuk biaya bersalin menantunya, Nora (20), yang ditandu melewati jalan rusak saat longsor terjadi.
Meski harga cabai saat ini di tingkat petani hanya Rp 14 ribu per kilogram, kata Inang, uang yang diperoleh lebih dari cukup untuk membiayai proses bersalin menantunya.
Arifin, petani cabai lainnya di Jorong Aie Luo, juga gagal menjual hasil panennya sebanyak 70 kilogram.
Sehari setelah panen, jalan satu-satunya dari Jorong Kipek lumpuh total akibat terhalang tanah longsor.
Arifin mengatakan sebenarnya bisa saja menyewa jasa angkut, tapi biaya yang dikeluarkan tak sebanding dengan uang yang diperoleh.
"Tambah rugi kalau dipaksakan pakai jasa angkut. Harga cabai sekarang sedang murah," kata Arifin.
Menurut Wali Nagari Aie Luo, Maila, ada sekitar 35 hektar sawah dan lima hektar ladang cabai yang rusak tersapu banjir bandang yang terjadi pada Rabu (3/5/2023).
"Ada yang rusak total, ada yang sebagian. Tapi rata-rata tidak ada yang menjadi," katanya kepada Tribunpadang.com, Rabu (10/5/2023).
Maila mengatakan bencana alam ini merupakan pukulan bagi warga Aie Luo yang mayoritas bekerja sebagai petani. Ia memperkirakan sekitar 500 kilogram cabai tak bisa didistribusikan keluar Aie Luo.
Baca juga: Imbas Banjir Bandang di Aie Luo Solok, 40 Hektar Lahan Pertanian Rusak dan Terancam Gagal Panen
Tidak hanya gagal panen akibat ladang dan sawah rusak disapu banjir bandang, Maila bilang ada setengah ton cabai gagal didistribusikan karena putusnya akses jalan.
"Menitik air mata melihatnya. Berkarung-karung cabai siap jual terpaksa dibiarkan membusuk karena mobil tidak bisa lewat," kata Maila.
Sulitnya akses ke Jorong Kipek kian diperparah ketika satu-satunya akses ke daerah ini lumpuh total selama delapan hari terakhir akibat terhalang longsor.
Akibatnya, Jorong Kipek yang dari sananya sudah terisolir secara akses, benar-benar tidak berdaya.
Jarak antara Jorong Kipek menuju Kota Solok lebih kurang 54 kilometer dengan waktu tempuh dalam kondisi cuaca normal lebih kurang 2 jam 40 menit.
Jalan tersebut baru bisa dilewati oleh kendaraan roda empat setelah Dinas PUPR melakukan pembersihan selama tujuh hari.