Mereka menampilkan beragam ciri khas kebudayaan yang ada di masing-masing nagari.
Secara umum, penampilan dari masing-masing nagari di Kabupaten Solok tersebut hampir identik, seperti prosesi maantaan marapulai, manjalang mintuo dan bararak bako.
Yang jadi jadi pembeda dari penampilan kebudayaan tersebut terdapat pada jenis pakaian adat yang dipakai peserta kirab kebudayaan.
Tetapi dari puluhan penampilan pawai kebudayaan itu, ada satu prosesi adat yang memiliki keunikan tersendiri dan jadi pembeda dari penampilan nagari-nagari lainnya.
Baca juga: Sanksi Kepegawaian Menanti Mantan Kabid Trantibum Satpol PP dan Damkar Kota Pariaman
Proses adat itu dinamakan maanta mayit ka kuburan (mengantarkan mayat ke kuburan) yang ditampilkan oleh Nagari Bukit Tandang, Kecamatan Bukit Sundi, Kabupaten Solok.
Saat acara arak-arakan berlangsung, kontingen Bukit Tandang membawa keranda dari bahan bambu yang ditutup kain batik.
"Ini adalah prosesi adat satu-satunya yang ada di Sumatera Barat dan masih dipertahankan sampai saat ini," kata Wan Piliang, Ketua Pemuda Bukit Tandang, kepada Tribunpadang.com, Selasa (14/3/2023).
Wan yang juga menjabat sebagai malin di Bukit Tandang ini mengatakan, ketika ada masyarakat yang meninggal dunia, ia dibawa menggunakan keranda yang dibikin dari anyaman bambu dan pelepah pohon anau.
"Sejak dulu kami tidak mengenal pemakaian keranda dari besi. Semua masyarakat nagari menolak karena kami memiliki prosesi adat ketika ada yang meninggal," katanya.
Baca juga: Ribuan Masyarakat dari 74 Nagari Ikuti Kirab Kebudayaan Meriahkan HUT ke-110 Kabupaten Solok
Wan menyebutkan, makna dari prosesi maantaan mayit ka kuburan adalah untuk memperat rasa kekeluargaan dan semangat gotong royong di nagari.
Jadi ketika ada yang mangkat, masyarakat akan bergotong royong membangun keranda dari bambu dan pelepah anau.
Ia mengatakan proses pembuatan keranda itu tidak bisa dilakukan secara sembarangan dan harus dipimpin oleh satu seorang malin atau pembantu penghulu dalam urusan agama di nagari.
Penutup keranda tersebut berbentuk segi empat dan tidak dibuat melengkung seperti keranda pada umumnya.
Wan menjelaskan, bahan yang digunakan sebagai penutup berasal dari pelepah pohon anau.
Baca juga: Sambut Ramadan, Pemkab Solok Selatan Ajak Masyarakat Balimau Basamo, Gratis dan Berhadiah
Sementara bagian tandu pada keranda itu terbuat dari betung.